"Kamu percaya sama aku 'kan Dell?" tanya Vano sambil menggenggam tangan Adelia yang ada di atas meja.
"Aku bingung mau mulai dari mana," sahut Adelia Menundukkan kepalanya.
"Bagaimana bisa kamu tiba-tiba nikah sama Dion waktu itu? Bukannya Dion itu pacaran sama Zeline dari sebelum kita kuliah dan kamu juga tau itu? Terus kenapa tiba-tiba saja kalian menikah, sedangkan Dion dan Zeline masih berhubungan?" Pertanyaan beruntun dari Vano.
"Aku baru tahu setahun yang lalu kalau orang tuaku dan orang tua Dion adalah sahabat sudah sejak lama, mereka sudah merencanakan perjodohan untuk anak-anak mereka agar hubungan antara mereka Semakin kuat," cerita Adelia.
"Terus, kamu langsung menerima begitu saja perjodohan itu. Walau kamu tau Dion sudah memiliki pacar," kata Vano menatap tajam Adelia, ada kekesalan dalam dirinya.
"Tidak, awalnya aku mau menolaknya. tapi, setelah aku mendengar bahwa Dion menerima perjodohan itu, aku senang karena aku berpikir bahwa aku bisa memiliki Dion, pria yang selama ini aku dambakan untuk menjadi suamiku kamu tahu, kan? Kalau aku menyukai dia secara diam-diam semenjak kita kenalan."
"Tapi, setelah aku tau bahwa Dion punya pacar, aku berusaha membuang perasaanku itu karena aku tidak mau sakit hati dan saat aku mendengar kalau Dion menerima perjodohan itu aku sangat bahagia aku mengira kalau Dion dan Zeline sudah tidak ada hubungan lagi sehingga dia mau menerima perjodohan itu." Wajah Adelia menjadi sendu.
Vano yang mendengar apa yang dikatakan Adelia, hanya bisa menahan sakit di hatinya. Dia tahu kalau Adelia selama ini hanya mencintai Dion secara diam-diam, sama seperti dia yang mencintainya secara diam-diam.
Kenapa kamu tidak pernah bisa melihat aku Dell, kenapa kamu tidak bisa merasakan bahwa perhatianku padamu selama ini bukan hanya karena aku menganggapmu sebagai sahabatku. tapi, aku mencintaimu, sampai kapan aku harus menyembunyikan perasaanku di balik topeng persahabatan ini. Kapan kamu akan sadar akan cinta yang aku miliki ini untukmu Dell, batin Vano.
"Tapi ternyata aku salah, tepat saat malam pertama kita aku tau kalau dia masih berhubungan baik dengan Zeline. Dia menerima perjodohan itu karena tidak mau mengecewakan orang tuanya apalagi mama Sinta," kata Adelia yang melanjutkan ceritanya sambil termenung.
FLASHBACK
Disaat orang lain akan menyambut malam pertama dengan penuh kebahagiaan berbeda dengan Adelia, malam pertama yang diimpikannya akan jadi malam yang paling membahagiakan. Di mana dia akan menghabiskan malam yang indah dengan pria yang dicintainya berubah menjadi malam yang teramat menyedihkan.
Di saat dia sedang asik dengan lamunannya, suara pintu kamar mandi yang terbuka membuatnya tersadar dari lamunan itu.
Keluarlah Dion dari kamar mandi dengan baju tidur yang lengkap dan rambut yang sedikit basah, Adelia yang melihat itu semakin gugup dia meremas kedua tangannya yang telah basah oleh keringat.
"Kamu tidur saja di kasur aku akan tidur di sofa," kata Dion dengan mada datar, hingga membuat Adelia heran.
"Kenapa kita tidak tidur bareng aja di kasur, kita 'kan sudah menikah," kata Adelia sambil menunduk malu.
"Apa kamu mengira kita akan melakukan hubungan suami-istri di malam pertama seperti pasangan lainya," kata Dion sambil terkekeh di akhir kalimatnya.
"Kenapa tidak, bukannya kita sudah menikah dan kita sudah sah sebagai suami-istri," kata Adelia mendongak, melihat Dion yang berdiri di depannya.
Mendengar perkataan Adelia, Dion malah tertawa, membuat Adelia semakin bingung dengan hal itu.
Apanya yang lucu kenapa dia malah tertawa apa aku salah ngomong? tanya Adelia dalam hatinya.
"Apa kamu pikir, aku mau menerima perjodohan ini karena aku tertarik kepadamu dan mempunyai perasaan kepadamu? Kamu salah, aku tidak akan pernah tertarik dan mempunyai perasaan padamu dengar itu baik-baik," kata Dion, mengambil bantal dan hendak tidur di sofa.
"Terus kenapa kamu menerima perjodohan ini kalau kamu tidak akan tertarik padaku?" tanya Adelia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sudah basah dengan air mata.
"Aku menerima perjodohan ini karena aku mau menuruti keinginan orang tuaku dan aku tidak mau sampai mengecewakan mamaku. Bukankah kamu tau sendiri, kalau aku mempunyai Zeline dan hanya dia yang akan aku cintai untuk selamanya," kata Dion sambil memejamkan matanya.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku? Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu masih berhubungan dengan Zeline kepada orang tuamu dan menolak perjodohan ini dengan tegas," kata Adelia dengan suara bergetar, disertai tangisan.
"Sebenarnya setelah acara kelulusan, aku mau mengenalkan Zeline pada orang tuaku, tapi sebelum aku bicara, orang tuaku sudah lebih dulu menyampaikan keinginannya untuk menjodohkan aku denganmu, awalnya aku menolak keinginan mereka, tapi papa mengancam akan mencoret aku dari ahli warisnya dan mencabut semua pasilitas yang aku miliki."
"Awalnya aku tidak masalah dengan itu karena aku bisa memulai semuanya dari nol bersama Zeline dan Zeline pun tidak akan keberatan dengan hal itu, tapi saat mama bilang kalau dia akan kecewa padaku kalau aku menolak perjodohan ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menolaknya," cerita panjang lebar dari Dion itu, semakin membuat Adelia sedih.
"Apakah kamu tidak bisa meninggalkan Zeline dan berusaha untuk membuka hatimu untukku, kita bisa memulai hubungan ini dari awal," kata Adelia menatap Dion penuh harap.
"Aku tidak mungkin melakukan itu, selain aku sangat mencintai Zeline aku juga sudah mengambil hal paling berharga dalam hidupnya, kamu pasti ngerti hal yang paling berharga apa, bagi perempuan yang aku maksud."
Jantung Adelia serasa di remas mendengar hal itu, dia tentu saja mengerti apa yang dikatakan Dion padanya, hal apa lagi yang paling berharga dari perempuan selain kehormatannya.
Itu artinya Dion dan Zeline sudah terlalu jauh dalam berpacaran, ya Tuhan, takdir apa yang kau gariskan untukku ini, jeritnya dalam hati.
"Kamu tenang aja, jika waktunya tiba, kamu akan aku ceraikan dan kamu akan bebas seperti biasa lagi, tapi jangan pernah berharap aku akan memiliki perasaan padamu. Kita hanya akan terlihat seperti pasangan, di depan orang tua kita saja, di luar dari itu kita bersikap layaknya teman seperti saat kita kuliah dulu paham," kata Dion dengan entengnya, tanpa rasa bersalah sedikitpun, setelah itu dia memejamkan matanya dan berlalu ke alam mimpinya.
Sementara Adelia hanya bisa menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, di sana dia menangis tanpa suara. Malam pertama yang dia impikan penuh kebahagiaan telah hancur, hanya ada kesedihan yang dia rasakan.
FLASHBACK END
Vano yang melihat Adelia melamun sambil menangis menyadarkan Adelia dari lamunannya.
"Kamu baik-baik aja 'kan Dell?" tanya Vano mengusap air mata yang ada di pipi Adelia.
"Ehh- iya aku baik-baik aja Van," kata Adelia mengusap air matanya.
Setelah itu hanya ada keheningan di antara mereka, sampai ponsel Adelia yang di simpan di meja bergetar, menandakan ada panggilan masuk.
"Ya Dion, ada apa?" tanya Adelia saat mengangkat telponnya.
"Dimana?" tanya Dion singkat.
"Aku lagi makan siang bareng Vano," sahut Adelia.
"Pulang," kata Dion lalu mematikan sambugan telponya.
"I ... kenapa sih dia itu makin ke sini makin nyebelin aja, dasar," gerutu Adelia.
"Kenapa?" Vano menatap Adelia dengan heran.
"Dion nih nyuruh pulang tumben banget, biasanya juga masa bodo, mau aku pulang, apa nggak. Ngapain juga sekarang nyuruh aku cepet-cepet pulang." Adelia mengoceh sambil mengerucutkan bibirnya.
Vano yang melihat itu terkekeh gemas melihat sikap Adelia, dia pun mengacak rambut Adelia dengan gemas.
"Ya udah pulang sana, nanti dia makin marah lagi. Lain kali kita ketemu lagi," kata Vano.
"Kok kamu jadi ngusir aku perasaan tadi siapa deh yang ngajak ketemuan sekarang malah ngusir huh," rajuk Adelia menatap tajam ke arah Vano.
"Bukan ngusir, siapa tau ada yang penting, makanya dia nyuruh kamu pulang," kata Vano meluruskan.
"Ya udah deh, aku pulang dulu ya bye," kata Adelia berdiri dari duduknya. tapi, sebelum kakinya melangkah Vano juga ikut berdiri dan memegang tangan Adelia, lalu mencium kening Adelia.
"Kamu tenang aja ya, sekarang aku akan selalu ada di sampingmu," kata Vano.
Adelia pun mengangguk dan berjalan keluar dari Restoran, dia tak ambil pusing dengan sikap Vano itu, dia berpikiran itu mungkin sebuah perhatian sebagai sahabatnya karena hal itu sudah biasa Vano lakukan semenjak mereka masih kuliah, meskipun sekarang terasa agak sedikit canggung.
"Aku pasti akan melepaskanmu dari ikatan yang hanya membuatmu menderita itu Dell," kata Vano sambil terus menatap punggung adelia yang perlahan menghilang dari balik pintu Restoran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Neneng cinta
hmmmm...kekaaih bayangan donk.....ky lagunya cakra khan......
🎵🎵🎵🎵
2022-12-05
0
Marthina Tina
SAHABAT TAPI MESRA 😍😍😍
2021-12-19
0
Velycita Melani Putri
hai namaku velisita panggil aku veve?
2021-11-27
3