"Apa terjadi sesuatu antara kamu dan Dion?" tanya Vano menatap dalam, mata Adelia, tersirat sebuah kesedihan yang dapat dilihatnya dari pancaran mata yang memerah itu.
"Aku gak papa Van, aku hanya bahagia hingga tidak bisa membendung air mataku saat melihatmu kembali," kata Adelia dengan tersenyum, berusaha meyakinkan Vano, tapi percuma Vano tau ada yang dia sembunyikan darinya.
"Apa hubunganmu dan Dion baik-baik saja? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" tanya Vano lagi masih belum mengalihkan tatapannya dari mata Adelia.
"Hubunganku baik-baik saja, udah yuk masuk dulu. Aku mau beresin barangku dulu, bukankah kita mau makan malam dengan Dion," kata Adelia mengalihkan pembicaraan.
Vano pun mengangguk pasrah dan mengikuti Adelia masuk ke butiknya bersama Dimas yang masih mengikuti mereka. Vano tidak bisa memaksa Adelia untuk berterus terang padanya, karena status di antara mereka hanya sebatas sahabat.
Dia hanya bisa berharap, bukan Dion penyebab kesedihan Adelia itu, sungguh dia tidak akan terima jika itu benar-benar terjadi.
Setelah sampai di ruangannya, Adelia pun mempersilakan Vano dan Dimas untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Sementara dia membereskan barang yang akan dibawanya pulang.
Vano yang duduk di sofa terus memperhatikan gerak-gerik Adelia yang sedang membereskan mejanya, dia benar-benar merindukan sosok itu. Sosok yang selalu bersamanya saat kuliah dulu, sosok yang selalu memenuhi pikirannya.
"Yuk, kita langsung aja ke Restoran," ajak Adelia.
"Oh iya kamu siapa? apa kamu asistennya Vano?" tanya Adelia pada Dimas.
"Dia Dimas, asisten sekaligus sahabatku dan Dion," sahut Vano yang menjawab pertanyaan Adelia.
"Oh sahabat, sejak kapan? kok aku baru tau," kata Adelia.
"Sejak SMP dan SMA, tapi pas kuliah kita beda Universitas, jadi dulu jarang ketemu," sahut Vano lagi, sedangkan Dimas memutar matanya karena dia yang akan menjawab pertanyaan dari Adelia itu terus dipotong oleh Vano.
Mereka pun sampai di parkiran Vano mengajak Adelia untuk satu mobil dengannya.
"Kamu ikut mobilku aja ya, biar cepat," ajak Vano yang langsung disetujui oleh Adelia.
"Bagaimana kabar keluargamu, apa mereka baik-baik saja?" Saat di perjalanan Vano memulai percakapan.
"Semuanya baik," jawab Adelia.
"Oh ya, apa kamu belum kepikiran untuk punya anak? Secara kalian menikah udah lumayan lama," ucap Vano sambil melihat ekspresi Adelia.
Adelia yang mendapatkan pertanyaan seperti itu hanya termenung untuk beberapa saat.
Sebenarnya aku juga ingin punya anak karena usiaku sudah cukup matang untuk punya anak, tapi Dion, mana mau punya anak dariku. Menyentuhku saja tidak pernah, gandengan tangan pun paling kalau lagi di depan orang tua kita saja, batin Adelia.
"Aku masih ingin fokus dulu pada pekerjaan dan karirku, lagian punya anak itu harus dipikirin dulu matang-matang," jawab Adelia tanpa melihat ke arah Vano.
"Terus kamu sendiri gimana, apa udah ada seseorang yang spesial di hatimu?" tanya Adelia, mengalihkan pembicaraan lagi.
"Atau Jangan-jangan selama setahun ini kamu gak ada kabar karena udah punya pacar bule ya di sana, sampai lupa sama aku," kata Adelia dengan memanyunkan bibirnya. Vano yang melihat itu hanya terkekeh.
"Tentu saja, ada seseorang yang berhasil membuka gemboknya dan berhasil tinggal di sini," sahut Vano menatap mata Adelia dan memegang tangan Adelia lalu diarahkan ke dadanya.
Jantung Adelia berdetak tidak seperti biasanya, saat tangannya merasakan detak jantung Vano. Mereka saling menatap untuk beberapa saat, hingga Adelia memalingkan wajahnya terlebih dahulu ke arah lain.
"Wah, aku jadi penasaran seperti apa wanita yang berhasil masuk ke hatimu? Apa kamu sudah mengatakan perasaanmu padanya, pasti dia tidak menolakmu, kapan kamu akan kenalkan aku padanya," kata Adelia setelah berhasil mengendalikan dirinya.
"Dia wanita cantik, baik dan agak cerewet saat bersamaku beda kalau lagi sama orang lain, aku belum sempat mengatakan perasaanku padanya karena dia keburu nikah sama orang lain," kata Vano dengan wajah sendunya.
"Yah, sayang sekali. Padahal kamu baru aja dapat merasakan cinta, tapi keduluan orang lain, mungkin dia bukan jodohmu," kata Adelia hanya dibalas senyuman oleh Vano, setelah itu tidak ada lagi percakapan antara mereka.
Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi sampai di Restoran tempat mereka janjian. Mereka pun masuk ke ruang VIP yang telah direservasi oleh Dimas sebelumnya, Vano dan Adelia berbincang sambil menunggu Dion datang, sedangkan Dimas fokus pada ponselnya.
Tak lama kemudian yang ditunggu pun tiba, tapi tidak sendiri. Dion datang bersama Zeline sesuai dengan yang dikatakannya pada Adelia sebelum berangkat kerja,
Dion dan Zeline berjalan beriringan memasuki ruangan itu dengan santai, Vano yang melihat itu kaget. Bagaimana bisa Dion berangkat bersama Zeline, sementara Adelia yang istrinya dibiarkan sendiri.
"Apa-apaan si Dion ini, kenapa dia mengajak Zeline ke sini, apa dia tidak memikirkan perasaan Adel," cebik Vano dalam hatinya.
"Sorry lama, tadi kita kejebak macet," kata Dion sambil menggeserkan kursi untuk Zeline duduki. Zeline langsung duduk dan mengucapkan terima kasih, sambil tersenyum manis pada Dion.
"Oh iya gimana kabar kalian?" tanya Dion pada Vano dan Dimas sambil salaman ala laki-laki.
"Baik, kamu sendiri gimana kabarnya? Aku dengar perusahaanmu makin maju aja ya sekarang?" sahut Dimas menjawab sapaan Dion.
Sementara Vano hanya diam, menatap tajam Dion dan sesekali melihat Adelia yang terdengar beberapa kali menghela napas, tanpa melihat ke arah Dion dan Zeline.
"Baik juga, ya begitulah sekarang lumayan banyak peningkatan dalam setahun ini, aku dengar kamu jadi asisten Vano ya sekarang," kata Dion hanya dijawab anggukan oleh Dimas.
"Oh iya Van, apa sekarang kamu akan mengelola perusahaan yang di sini dan menetap lagi disini?" tanya Dion pada Vano yang hanya diam dari tadi.
'Hemmm' Hanya deheman saja yang dapat terdengar atas pertanyaan Dion itu.
Adelia yang merasa suasana jadi canggung pun, mulai berbicara untuk mencairkan suasana.
"Udah kita makan dulu yuk, nanti lanjut lagi ngobrolnya aku udah laper nih, tadi siang makan cuma sedikit," kata Adelia sambil memegang perutnya yang rata.
Mereka pun memulai makan malamnya dengan tenang, tapi mata Adelia sesekali melihat ke arah Dion yang memperlakukan Zeline dengan lembut dan romantis.
Adelia hanya bisa memegang kuat garpu dan sendok yang dipegangnya, dia menundukkan wajahnya dan menghela napas untuk menenangkan hatinya yang bergemuruh.
Setelah makanan mereka habis, Adelia memutuskan pamit terlebih dahulu karena dia sudah tidak tahan membendung air matanya lagi.
"Aku harus pulang duluan, ada hal yang harus aku kerjakan lagi," pamit Adelia berusaha tersenyum dan langsung melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari orang yang ada di ruangan itu.
"Apa kamu tidak berniat untuk mengantarkan Adel pulang? ini sudah malam," kata Vano, pada Dion dengan tatapan tajamnya.
"Biarkan aja, dia udah biasa pulang malam sendiri, lagian habis ini aku masih ada urusan dengan Zeline," kata Dion dengan santai.
"Urusan apa yang kalian lakukan, melakukan hal yang menjijikkan cih!" sindir Vano.
"Apa maksud kamu Van?" Dion menatap Vano dengan sengit.
"Aku yakin kamu tidak bodoh untuk mengerti apa maksud perkataan aku tadi, apalagi yang bisa dilakukan oleh seorang pria yang sudah menikah bersama dengan simpanannya," sarkas Vano.
"Jaga omongan loe Van, jangan sampai gue ngehajar loe di sini karena omongan asal loe itu!" Dion berdiri dan menggebrak dengan tatapan nyalang pada vano.
Vano ikut bangun, dia berniat untuk melayangkan sebuah bogeman mentah pada Dion. Namun, segera ditahan oleh Dimas.
"Van, jangan gegabah. Lihat ini di mana, jangan buat keributan," kata Dimas berusaha menenangkan Vano yang sudah tersulut emosi dari tadi.
"Ayo kita pergi dari sini Dion," ajak Zeline pada Dion.
"Jangan pernah ikut campur urusan keluargaku!" kata Dion sebelum pergi dari sana.
"Lepaskan Adel br*ngs*k!" geram Vano.
Dion dan Zeline sudah pergi dari ruangan itu, meninggalkan Vano yang masih ditenangkan oleh Dimas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
naning
mulai seru nih
2021-11-22
0
fayyad alhanan
mulai suka
2021-11-22
0
Fitriana Nanaz
gue klau baca cerita yg ada pelakornya jadi ngromet ngromet sendiri.bikin senam jantung😁😁
2021-11-11
0