Pernikahan Keduaku Dengan Sahabatku
'Ceklek' Suara pintu yang berwarna putih terbuka dan keluarlah seorang wanita yang sudah berpenampilan rapi dengan dandanan yang sederhana.
"Kamu sudah siap Dell?" Sebuah suara membuat wanita yang kerap disapa Adelia itu menoleh ke asal suara yang bertanya padanya.
"Sudah ... kamu juga sudah siap?" sahutnya dengan tersenyum manis pada pria yang saat ini berdiri di dekatnya.
"Sudah, ayo kita sarapan dulu," ajak pria yang bernama Dion.
Mendengar ajakan dari pria yang sudah setahun itu menjadi suaminya. Adelia menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Dion yang sudah berjalan lebih dulu.
Tidak ada lagi percakapan yang terjadi antara mereka di perjalanan menuju ke meja makan itu, hanya ada suara ketukan sepatu mereka yang bersentuhan dengan lantai yang menjadi pengiring langkah mereka.
"Selamat pagi Tuan muda, selamat pagi Nona," sapa Pak Mul yang merupakan kepala pelayan di rumah itu.
"Selamat pagi juga Pak Mul," jawab Adelia, sementara Dion hanya mengangguk sebagai jawaban atas sapaan dari Pak Mul itu.
Kini mereka telah sampai di meja makan, Adelia mendudukkan dirinya menyusul Dion yang telah lebih dulu duduk di kursi untuk memulai sarapannya.
Tidak ada percakapan atau apapun yang terjadi di meja makan, hal seperti itu memang sudah biasa untuk mereka berdua, mengingat hubungan mereka yang tidak seperti pasangan normal lainnya.
Tak berselang lama mereka pun mulai bangkit kembali dari kursi karena telah selesai menyantap sarapan mereka.
Mereka melangkahkan kaki untuk pergi dari ruangan itu menuju tempat kerja, Adelia dan Dion akan pergi dengan menggunakan kendaraan mereka masing-masing.
Dion masuk ke dalam mobil yang pintunya telah dibukakan oleh sopirnya. Namun, sebelum mobil itu mulai melaju, dia berbicara pada Adelia terlebih dahulu dengan membuka kaca mobilnya.
"Nanti Vano ngajak makan malam di tempat biasa," kata Dion.
"Serius! Vano udah pulang. Kok gak ngabarin aku sih." Adelia yang sedang memanaskan mobilnya, menatap Dion dengan tak percaya.
"Gak tau, mungkin dia belum sempat. Ya udah aku cuma mau bilang itu aja, aku akan datang bareng Zeline nanti malam," kata Dion dengan enteng, tanpa memikirkan perasaan Adelia sedikit pun.
"Ya udah, kamu hati-hati di jalannya ya, sampai ketemu nanti malam," sahut Adelia berusaha tersenyum, meski hatinya serasa diremas saat mendengar Dion akan mengajak Zeline untuk makan malam nanti.
'Hmmmmm' sahut Dion singkat dan menyuruh supirnya untuk menjalankan mobilnya.
"Kapan kamu akan menganggap aku ini sebagai istrimu Dion? Apakah aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk mendapatkan cintamu itu?" Adelia menghela napas dan mengusap pipinya yang mulai basah.
Setelah itu, mobil Adelia pun mulai melaju, melewati gerbang meninggalkan komplek perumahan Dion, membelah jalanan menuju ke butiknya.
............................
"Bagaimana kabarmu sekarang, apa kamu sudah bahagia dengannya Dell? aku harap kamu bahagia, karena jika sampai aku mendengar kamu tidak bahagia, aku tidak akan segan-segan merebutmu darinya. Meskipun dia sahabatku tapi aku tidak akan tinggal diam kalau sampai dia menyakitimu," kata seorang pria yang sedang menyetir, sambil membayangkan wajah cantik Adelia.
Meskipun sudah setahun ini dia berusaha untuk melupakan Adelia. Tapi rasa itu malah semakin besar, meskipun dia tau ini salah, tapi dia tidak bisa mengendalikan hatinya sendiri.
Setelah beberapa menit kemudian dia pun sampai di kantornya, dia mulai melangkah menuju ke lobby dan menuju lift khusus untuk para petinggi di perusahaannya itu.
Wajahnya yang selalu terlihat dingin dan tegas, membuat kagum siapa saja yang melihatnya. Termasuk kaum hawa. tapi, meski banyak wanita yang selalu mendekatinya tidak ada satu pun wanita yang berhasil masuk ke hatinya.
Hatinya seolah sudah terkunci hanya untuk satu nama yaitu. Adelia Carlotta Abiputra, wanita cantik, anggun, dan ramah yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Meskipun sampai saat ini dia tidak berani mengungkapkan perasaannya, hingga akhirnya Adelia menikah dengan sahabatnya sendiri.
Setelah lift sampai di lantai tempat dimana ruangannya berada dia keluar dari lift dan berjalan menuju ke ruangannya.
Di depan pintu ruangannya sudah ada asisten juga sekertarisnya yang sedang menyambut kedatangannya.
"Selamat datang kembali Tuan," sapa asisten dan sekertarisnya sambil menunduk.
'Hhhmmm' Hanya suara itu yang terdengar oleh asisten dan sekertarisnya.
"Maaf Tuan, mau saya buatkan kopi atau teh?" tanya sekertarisnya yang bernama Anggi saat dia duduk di kursi kerjanya
"Kopi," jawabnya singkat, Anggi pun bergegas keluar dari ruangan itu.
"Tuan Vano memang tidak berubah, dari dulu perasaan selalu saja datar," kata Anggi lalu bergegas ke pantry untuk membuat kopi.
Setelah selesai membuat kopi, Anggi segera mengantarkan kopi itu ke ruanga bosnya, saat sampai di depan pintu, dia pun mengetuk pintu terlebih dahulu dan setelah dipersilakan untuk masuk, barulah dia masuk lalu meletakan kopinya di meja kerja bosnya itu.
"Apa masih ada yang anda butuhkan lagi Tuan?" tanya Anggi berdiri di depan meja bosnya.
"Tidak," jawab bosnya yang memiliki nama lengkap Elvano Adhitama itu dengan singkat.
"kalau begitu saya permisi tuan," pamit Anggi
'hmmmm'
Setelah Anggi menghilang dari balik pintu ruangannya itu, Vano mulai berbicara pada asistennya.
"Apa agendaku hari ini Dim?" tanya Vano kepada asisten pribadi sekaligus sahabatnya itu.
Mendapat pertanyaan itu, Dimas pun mulai menjelaskan apa saja agendanya hari ini sampai dengan selesai.
"Baik Tuan, kalau gitu saya permisi untuk kembali keruangan saya dulu Tuan," pamit Dimas saat sudah selesai membahas masalah pekerjaan dengan Vano.
'Hmmmm' jawab Vano singkat, tapi sebelum Dimas membuka pintu ruangannya, dia menghentikan langkah Dimas.
"Tunggu ... usahakan jam tiga semua pertemuan sudah selesai. Dan nanti kamu ikut aku untuk makan malam dengan Dion dan Adelia tapi sebelum itu kita ke butik Adel dulu."
"Iya tuan nanti saya akan mengatur semuanya," ucap Dimas dan keluar dari ruangan itu.
"Aku kira setelah satu tahun kamu di luar negeri, kamu udah bisa lupain tentang perasaanmu itu Van, tapi ternyata tidak, perasaan kamu sepertinya masih sama seperti dulu meskipun kamu tau dia istri sahabatmu, tapi kamu tetap menyimpan perasaan itu. Seandainya dulu kamu mempunyai keberanian untuk mengatakan perasaanmu, pasti yang ada di posisi Dion saat ini adalah kamu ... Semoga saja kali ini tuhan berpihak padamu meski kemungkinannya sangat kecil karena jika dilihat mereka selalu baik-baik saja tidak pernah terdengar ada masalah," gumam Dimas saat sudah keluar dari ruangan Vano.
Dia tahu betul bagaimana sahabatnya itu telah memendam perasaan yang begitu besar untuk istri sahabatnya dari sejak lama. Bahkan sebelum wanita yang disukainya menikah dengan sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sari Lesmana
hadirr thor
2022-11-12
1
Wirningsih Wirningsih
hadir 😊
2022-04-19
2
Tufa Hans
Yuhu.... aku datang 🤣
2022-03-07
1