***
“To … tolong, siapapun adikku, adikku, ahhh!” Rean yang sedang bermimpi mengenai masa lalunya terbangun dari tidurnya, keringat yang begitu banyak sudah membasahi tubuhnya, jantungnya berdenyut sangat cepat dan tubuhnya masih saja gemetaran.
“Aneh, mengapa mimpi itu muncul lagi? dan rasanya seperti nyata dan terasa menyakitkan,” ketus Rean berjalalan menuju dapur untuk mengambil minuman.
Rean kebingungan, mengapa dia bisa memimpikan hal yang sudah ia lupakan itu, rasa sakit dan terbuang itu entah mengapa kembali lagi.
"Tring … Tring … Tring"
Deringan ponselnya tiba-tiba berbunyi, dan sebagai assiten yang selalu sigap, Rean bergegas menuju ponselnya, karena merasa jika yang akan menghubungi dirinya adalah Winston.
“Ahh, ternyata dia,” gumam Rean tersenyum seperti seorang remaja yang tersipu malu saat menerima telepon dari gebetannya.
“Halo?” sahut Rean pura-pura santai dan dengan nada yang biasa, namun wajahnya berkebalikan dengan nada suaranya, wajahnya sangat berbinar dan terlihat seperti seseorang yang sedang kasmaran.
“Ha … halo, apakah aku mengganggumu malam-malam begini?’ sahut Lily sedikit gugup, saat pernyataan hubungan yang sedikit aneh di pantai tempo lalu, membuat Rean dan Lily terpaut hubungan romansa yang sedikit aneh.
“Tidak, memangnya ada perlu apa?” ucap Rean masih kaku, sekarang Rean sudah membaringkan tubuhnya lagi, dia tersenyum sangat lebar dan jemarinya tidak berhenti mengusap dadanya karena degupan aneh yang baru ia rasakan itu membuatnya bergetar.
“Hais, kenapa dia kaku sekali? kenapa bertanya ada perlu apa? aku menghubungi mu saja sudah mengumpulkan niat seribu watt, dan sekarang dia masih saja tidak peka jika aku sepertinya merindukan dia, huhu, nasibku ini,” gumam Lily sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya dan berdecak sedikit kesal, saat menemukan jika Rean sama sekali tidak peka, jika ada seorang gadis menghubungi seorang pria pada malam hari maka artinya gadis itu tidak bisa tidur dan sedang merindukan pria yang menjadi kekasihnya itu.
Bagaimana tidak, sebelum berhasil menguhubungi Rean, Lily sudah berpikir kurang lebih tiga jam sampai akhirnya memencet tombol panggil, namun nyatanya orang yang ia hubungi tetap saja kaku dan tidak peka.
“Tidak bisa dibiarkan, pembibitan berkelas untuk mendapatkan anak seperti Axel dan Alexa harus berjalan dengan lancar, aku juga harus segera memiliki anak dari bibit unggul! aku harus lebih agresif!” decak Lily menyalakan semangat juangnya untuk tetap berjuang mendapatkan bibit unggul dari Rean, sama seperti apa yang mereka bicarakan di pantai tempo lalu.
“Umm, setelah pembicaraan kita tempo lalu saat di pantai, kita tidak pernah membicarakan nya lagi, aku rasa kita harus mendiskusikannya sesegera mungkin dan mempraktekkannya segera, aku ingin tujuan hubungan kita segera terlaksana, aku tidak bisa tidur karena memikirkan tentang pembibitan itu,” sahut Lily masih saja tidak mengerti apa yang ia bicarakan.
Lily secara tidak sadar dan sengaja telah membahas perihal hubungan intim untuk mendapatkan anak dengan seseorang yang baru saja menjadi kekasihnya itu.
“Secepat itu? tetapi aku belum siap sama sekali, aku harus menyiapkan mentalku dulu, aku juga harus menanyakan beberapa tips dari Bos Winston, jika berhubungan badan seperti itu aku masih belum memiliki pengalaman,” sahut Rean dengan begitu jujurnya.
Terlihat sekali jika selama hidup dia belum pernah berhubungan dengan seorang gadis, dan Lily adalah kekasih pertamanya, jadi wajar saja jika dia tidak mengerti, apalagi selama ini dia disibukkan dengan segudang pekerjaan oleh Winstoin, jadi untuk memikirkan adegan dewasa seperti itu adalah hal yang sangat tidak biasa bagi Rean.
“Ha? hubungan badan? tunggu … tunggu, apakah aku baru saja meminta berhubungan badan dengan dia? apakah aku di tolak? apakah mulutku dan pemikiranku yang bodoh ini sudah menghancurkan aku lagi? aaaaa!” teriak Lily dalam hatinya saat menyadari jawaban Rean itu adalah merupakan respon dari pernyataan yang dengan tidak sengaja ia utarakan sendiri.
Karena baru saja panik karena merasa terlalu bodoh, secara tidak sengaja Lily mematikan panggilan teleponnya, dia memukul-mukul bantal yang ada di tempat tidurnya itu.
“Huhu, aku malu, aku malu, aku malu, tolong seseorang berikan aku kepintaran sedikit saja, aku tidak ingin terlalu bodoh di hadapannya, huhu,” Lily menangis tersedu-sedu karena merasa jika dirinya terlalu bodoh untuk Rean.
Lily merasa jika wanita sepertinya sama sekali tidak menarik di mata pria, apalagi pengalamannya dengan pria yang bernama Rey yang telah memanfaatkan dirinya karena kebodohan dan kepolosannya dahulu, Lily merasa jika dirinya terlalu memiliki banyak kekurangan, makanya saat berhubungan dengan Rean, Lily ingin terlihat perfect dan ingin meminimalisir kebodohannya, namun seperti tadi, bahkan dia masih saja tidak sadar apa yang ia katakan.
“Tring … Tring … Tring”
Setelah beberapa saat menangis, ponselnya kembali berdering.
Lalu, segera Lily melihat jika sekarang kekasihnya, Rean, sedang menelepon dia, namun kali ini bukan panggilan telepon, namun video call.
“Ha? tunggu, tunggu, wajahku, wajahku sama sekali tidak bermake-up,” teriak Lily langsung bergegas mengambil tas isi peralatan riasnya dan memakaian bedak setipis mungkin juga lipstick di bibirnya.
Karena perasaan insecure dan tidak percaya dirinya membuat Lily tidak percaya diri jika harus berwajah polos dihadapan orang lain, apalagi kali ini dia akan bertatapan muka dengan kekasihnya, Lily ingin setidaknya tampil cantik, agar dia dicintai oleh Rean.
“Ehem, ehem, bersikap se-naturtal mungkin, jangan berbicara hal-hal bodoh dan bersikaplah anggun Lily, ayo, semangat!” decak Lily mengepal tangannya dan mengatur pernafasannya. Lalu setelah itu mengangkat video call itu.
“Uhmm, ada apa? kenapa kau menelepon lagi?” ucap Lily sembari mengatur rambutnya agar terurai ke belakang telinganya, senyumannya merekah dan matanya melihat kebawah bukan ke layar.
Lily terlihat seperti anak gadis yang mencoba menarik perhatian lawan jenisnya dengan bersikap begitu feminim dan anggun.
“Tidak, aku hanya ingin melihat wajahmu sebelum aku pergi tidur, bisakah kau melihat ke arah kamera sebentar?" sahut Rean masih saja dengan nada yang kaku.
“Umm, baiklah jika kau memaksa, sebenarnya aku sangat malu, tapi demi dirimu aku akan melihat ke arah kamera,” jawab Lily perlahan menghadapkan wajahnya yang tertunduk tersipu malu itu ke depan kamera sehingga wajahnya terlihat jelas di layar ponsel Rean.
“Aku sudah melihat ke layar, apakah kau suka? sebenarnya aku tidak menggunakan make-up apapun, jika aku cantik dan kau ….” belum sempat Lily melanjutkan pembicaraannya Rean langsung menyahuti Lily.
“Baiklah, aku sudah melihat wajahmu dan mengambil potretnya, sepertinya aku sudah bisa tidur tanpa bermimpi buruk lagi, selamat malam,” sahut Rean masih saja tidak mengerti bagaimana memperlakukan seorang wanita.
Lalu tanpa aba-aba dan peringatan, Rean langsung memutuskan panggilan video callnya, tujuannya menghubungi Lily adalah karena ia ingin melihat wajah Lily sebelum tidur, dia ingin mencoba apakah jika melihat wajah wanita yang membuat jantungnya berdebar itu apakah mampu membuatnya berhenti bermimpi buruk seperti tadi.
Sedangkan Lily yang masih terkejut masih menganga di depan layar ponselnya, matanya terbelalak dan tubuhnya masih terpaku tidak bisa merespon apa yang baru saja terjadi.
***
Jangan lupa komen dan masukan membangun nya ya 🖤🌚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
weny
q msh pnsrn nasib sean adiknya rean
2022-11-27
0
Agustina Kusuma Dewi
cha yo
jd agresif
🤣😂😉😆😘😍
2022-10-23
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓼𝓪𝓶𝓪" 𝓹𝓸𝓵𝓸𝓼 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-10-20
0