Setelah acara selesai Yoga meminta agar Satya dan Senja ikut pulang kerumahnya, Satya yang ingin hanya berdua saja dengan istrinya menolak ajakan sahabatnya yang sekarang menjadi mertuanya.
Perdebatan alot antara Satya dan Yoga akhirnya berakhir setelah Senja mengatakan, malam ini saja menginap kerumah orang tuanya, sebenarnya Satya tidak tega karena dari bayi Senja baru kali ini bertemu dengan Ayah kandungnya, akhirnya Satya mengalah Senja akan tinggal dengan kedua orang tuanya selama satu Minggu.
"Bby, apa Bby marah?" tanya Senja setelah keduanya masuk kamar.
"Enggak Mmy, Bby rasanya enggak sanggup untuk pisah," jawab Satya.
Senja terdiam, Senja sadar kalau besok seharusnya keduanya harus pulang karena Satya ada meeting dengan pemegang saham grup Nugraha.
"Kalau Bby berat, nanti Mmy akan bicara lagi sama Ibu dan Ayah," ucap Senja.
Satya menoleh ke samping, dilihatnya istri kecilnya sedang memperhatikan wajahnya.
"Lagian Bby seminggu ini akan sibuk sayang, enggak ada salahnya Mmy di sini dengan Ibu dan Ayah," kata Satya yang langsung menarik Senja ke dalam pelukannya.
"Terimakasih, Bby," ucap Senja sambil mengusap pipi Satya.
"Sama-sama sayang," jawab Satya sambil mengecup kening Senja.
Senja yang begitu lelah sudah tidur di pelukan Satya.
Satya membetulkan posisi Senja supaya nyaman, di pandangnya wajah polos yang mampu membuat hidupnya berwarna, Satya ikut berbaring di samping istrinya, tak lama keduanya larut dalam mimpinya.
Sedangkan di kamar Yoga dan Mentari tengah asik mengobrol.
"Mas, kasihan Senja," ucap Mentari yang terlihat sedih.
"Tapi sepertinya Senja sudah mulai mencintai Satya," sahut Yoga sambil mengecek beberapa email di ponselnya.
"Apa semuanya ini takdir yang di berikan Allah SWT, dengan aku kabur dari pernikahan itu membuat kita lepas dari ancaman Papa," kata Mentari.
"Maksudnya?" tanya Yoga sambil menghadap ke arah istrinya.
"Mas, dulu Papa sering mengancammu, kalau sampai kamu menemui aku dan Senja, Papa akan membuatmu tak bertemu denganku untuk selamanya," ucap Mentari.
"Ia sayang, tapi Mas juga ingin dapat restu dari Mama dan Papa," jawab Yoga.
"Kenapa Mas enggak kasih tau Papa, kalau Mas punya perusahaan sendiri sekarang?" tanya Mentari.
"Aku enggak mau sombong, aku takut, karena ini hanyalah titipan dari dari Allah SWT," jawab Yoga sambil tersenyum menatap wajah istrinya.
"Tapi...," ucap Mentari terpotong oleh Yoga
"Jangan menilai Papa dari segi buruknya, tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya tidak bahagia, contohnya kita, kamu tahu sayang, waktu aku tahu Senja menjadi penganti untukmu, dadaku sesak, tapi aku harus belajar ikhlas" ucap Yoga.
Mentari yang merasa bersalah langsung pecah tangisnya," andai aku enggak kabur, ini enggak akan terjadi," kata Mentari merasa menyesal.
"Husst, jangan bicara seperti itu, ini takdir yang harus kita jalani" ucap Yoga sambil menempelkan jarinya di bibir Mentari.
Yoga memeluk istrinya dengan erat, supaya Mentari tenang.
"Sekarang istirahatlah, besok kita antar Satya ke Bandara," kata Yoga. Mentari hanya mengangguk.
Suara azan Subuh berkumandang, bersamaan dengan suara alarm di ponsel Senja. Berlahan mata Senja terbuka, Senja merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perutnya.
Senja menoleh di lihatnya tangan Satya berada di atas perutnya, Senja tersenyum sambil memandang wajah tampan suaminya, saat Senja memindahkan tangan Satya, Satya membuka matanya langsung memberikan kecupan kebenda kenyal warna merah muda di depannya.
"Bby!" teriak Senja yang terkejut dengan serangan Satya, Satya langsung memeluk tubuh kecil Istrinya dengan erat. rasanya berat meninggalkan Senja disini.
"Sayang, serius mau tinggal di sini?" tanya Satya.
"Hanya seminggu Bby, jangan lebay," jawab Senja sambil melangkah pergi ke kamar mandi.
Satya hanya bisa menarik nafas panjang, melihat istrinya masuk kamar mandi. Satya membanting tubuhnya di kasur sambil mengeram. Ingin rasanya Satya memaksa Senja untuk pulang bersamanya.
"Mmy," panggil Satya.
"Bby, ayo ambil wudhu setelah itu sholat subuh," ucap Senja.
"Ehmm," guman Satya
Setelah keduanya siap sholat, Senja langsung keluar kamar untuk membuatkan suaminya teh. sampai dapur Senja melihat Ibunya sedang memotong sayuran.
"Pagi Bu, sapa Senja sambil mengecup pipi Mentari.
"Pagi sayang, sudah sholat Nak?" tanya Mentari.
"Sudah dong," ucap Senja sambil tersenyum.
"Suamimu sudah bangun, buatkan minum dan antarkan ke kamar," ucap Mentari.
"Siap komandan," jawab Senja.
Melihat tingkah Senja Mentari tersenyum hangat, walau sudah menikah, Senja tetap akan menjadi anak kecilnya.
Yoga yang melihat istrinya senyum-senyum sendiri langsung menghampirinya.
"Sayang," sapa Yoga langsung memeluk pinggang Mentari.
"Mas lepas, malu kalau sampai Satya dan Senja melihat." kata Mentari berusaha melepaskan diri dari pelukan Yoga.
"Kenapa harus malu, mereka sudah dewasa, apa lagi sudah menikah juga," jawab Yoga.
"Tapi jangan depan mereka juga kita pelukan," kata Mentari dengan kesal.
"Jangan cemberut, aku jadi pengen," goda Yoga membuat wajah Mentari langsung memerah.
"Cie...., Ayah suka ngegombal juga," ucap Senja yang baru datang sama Satya.
"Dasar anak kecil, enggak boleh lihat Ayah sama Ibu senang dikit," sahut Yoga kesal.
"Lagian merayu istri di dapur," guman Satya yang masih bisa di dengar oleh Yoga.
"Kalau di kamar sudah tadi malam sampai subuh," ucap Yoga sambil menyeringai ke arah Mentari.
"What's, sampai subuh!" teriak Senja yang terkejut.
"Hadeh.... lupa Ayah Bu, kalau ada anak di bawah umur," ucap Yoga .
"Ye...siapa bilang Senja anak di bawah umur," ucap Senja yang langsung duduk di pangkuan Satya.
Melihat tingkah Senja, Yoga langsung melebarkan matanya, seakan tidak percaya anaknya yang masih berumur delapan belas tahun bisa melakukan itu di depan matanya, tidak berbeda dengan Mentari yang sedang membawa sayur panas terkejut melihat Senja duduk di pangkuan Satya.
"Astagfirullah Senja, kamu tidak malu mesra-mesraan di depan Ibu dan Ayah," ucap Mentari sambil menjewer telinga Senja.
Satya hanya terkekeh melihat Istrinya di marahin oleh Ibunya.
"Auh..., Ibu sakit!" kata Senja dengan kesal akhirnya berpindah duduk di kursi samping Satya.
"Rasain," ucap Mentari yang sebenarnya malu dengan Satya. Bisa-bisanya Senja seperti itu di depan orang tuanya.
Yoga hanya bisa memijat pelipisnya, melihat anak gadisnya yang terlalu agresif.
"Ayah hari ini jadi cutikan?" tanya Senja.
"Jadi sayang," jawab Yoga.
"Kita antar suamimu dulu Nak, baru pergi jalan-jalan nanti," sahut Mentari.
Sedang Satya hanya diam menikmati sarapannya, walau dalam hati sangat merutuki dirinya sendiri, dengan jadwal kerjaan yang sangat padat, sehingga tidak bisa menemani istrinya berlibur.
Senja yang tidak sengaja melihat suaminya yang hanya diam, akhirnya mengambil sosis yang berada di piring Satya, sedang Satya hanya tersenyum melihatnya.
"Senja, enggak sopan," tegur mentari yang melihat tingkah anaknya.
"Bby, boleh 'kan?"tanya Senja
"Maafkan Senja, Sat," kata Mentari.
"Enggak apa-apa," jawab Satya.
Senja langsung tersenyum menoleh ke suaminya, Senja paling suka kalau melihat Satya tersenyum akan terlihat jelas lesung pipinya.
"Bby, jangan menggodaku dengan memamerkan lesung pipimu," kata Senja sambil mengedipkan matanya.
Satya langsung tersedak mendengar ucapan Senja, pada hal dirinya tidak ada niat menggoda istrinya, apa lagi ada orang tua Senja di depannya.
"Astagfirullah Senja!" sahut Mentari
Bersambung ya...
Jangan lupa dukung terus Pengantin Pengganti Ibuku dengan cara like, vote dan berikan hadiahnya jika terhibur dengan judul yang satu ini
Sambil menunggu up, bisa baca dulu Takdir Cinta Khansa sudah tamat ya di sesion 1.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Ella Achmat
keren cerita nya sdh di like dan di kadi vote
semangat ....thor
2022-07-02
0
Melie
Suka sama sosok Senja 🤭
2022-05-21
1
iamleo
umur yoga berpa deh?? kok bisa sahabat sama Satya yg 28th?? sedangkan senja 18th, mentari 38 kn ya?
2022-04-15
0