Cuaca terik hari ini membuat Senja yang sedang duduk di taman belakang merasa gerah, sejak kepergian Satya ke kantor ia merasa ada yang kurang. Saat sedang memainkan handponenya tiba-tiba di kejutkan dengan sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya.
"Astagfirullah Mas, bikin kaget," ucap Senja yang sudah tau siapa yang datang.
"Sayang, aku kangen," kata Satya semakin erat memeluk istrinya.
"Ehmmm, benarkah? seorang Satya Nugraha CEO yang terkenal dingin dan galak bisa merayu," goda Senja sambil membalikkan tubuhnya menghadap Satya.
"uhhh...merusak suasana saja!" ketus Satya.
Senja tertawa lepas melihat Satya yang kesal sambil cemberut menatapnya.
"Hah..bercanda Bby," sahut Senja.
"Kok jadi Bby?" tanya Satya yang heran saat mendengarnya.
"Pokoknya Aku lebih suka panggil Bby, kalau panggil Hubby kepanjangan," jelas Senja.
Satya terdiam mencoba mencerna ucapan istri kecilnya.
"Ya sudahlah, kapan kita pulang kerumah?" tanya Satya, Senja langsung menatap suaminya.
"Maksudnya?" tanya Senja.
"Begini istriku besok Bunda akan makan malam di rumah, sekalian mau ada yang di bicarakan dengan Bby." jawab Satya takut Senja marah karena baru semalam tinggal di tempat Kakek Roby.
"Ya sudah nanti sore saja kita pulang," ucap Senja yang langsung duduk di pangkuan Satya.
Satya memeluk pinggang Senja supaya tidak terjatuh.
"Jangan banyak bergerak, kalau tidak mau membangunkannya," kata Satya dengan suara beratnya.
Senja yang mengerti maksud suaminya, segera duduk diam sambil menyandarkan kepala suaminya di dadanya.
Rendy dan Ranga yang melihat pemandangan itu seakan tidak percaya, Satya yang terkenal tak tersentuh dengan wanita manapun, bisa takluk dengan gadis kecil umur 18 tahun
Rendy dan Ranga saling pandang sambil tersenyum, karena tak mau mengganggu sepasang pengantin baru, keduanya kembali lagi duduk di ruang keluarga yang sudah ada Kakek Roby.
Kakek Roby yang melihat Randy dan Ranga kembali tidak dengan Satya menatap keduanya dengan heran.
"Mana Satya dan Senja Nak?" tanya Kakek
Randy dan Ranga saling tatap, membuta Kakek geram melihat dua orang di depannya.
"Apa kalian tidak mendengar apa kataku tadi?" kata Kakek dengan kesal.
"Papa, biarkan mereka melepaskan rindu dulu, Rendy enggak tega mengganggunya." jawab Rendy.
"Apa meraka sedang begini," ucap Kakek sambil mempraktekkan kedua tangannya seakan sedang berciuman.
"Papa!..." suara Rendy agak naik satu oktaf melihat Papanya seperti itu.
Ranga hanya tersenyum menanggapi gerakan tangan Kakek Senja.
Tak lama Satya masuk sambil menggendong Senja yang sudah tidur di pangkuannya tadi.
Melihat itu Rendy yang tau betul si ratu tidur hanya menggelengkan kepalanya.
"Maaf, saya bawa Senja ke kamar dulu," ucap Satya saat melihat Kakek dan Rendy sedang menatapnya.
"Silakan," jawab Rendy singkat.
"Apa meraka sudah saling menyukai?" tanya Kakek sambil melihat Satya yang pergi menuju kamar Senja.
"Sepertinya sudah Kek?" jawab Ranga.
Kakek Roby hanya mengangguk menanggapinya, sedangkan Ranga tersenyum senang, Melihat sahabat karibnya sudah menemukan kebahagiaannya.
Di kota Jakarta
Seorang wanita sedang menatap keluar apartemen sambil memegang handphonenya.
"Mentari?" panggil Shinta sahabat karibnya.
"Hai, sudah pulang, maaf aku tak mendengar saat kamu masuk." jawab Mentari sambil mengusap air matanya.
Shinta yang melihat sahabatnya itu menangis hanya bisa menghela nafas panjang.
"Jangan sedih, bila ini keputusan yang sudah kamu pilih," ucap Shinta
"Aku hanya bingung Shin, bagaimana sekarang keadaan rumah," jawab Mentari.
"Coba kamu hubungi Senja?" kata Shinta sambil duduk di samping sahabatnya.
"Aku takut, Senja akan marah padaku" sahut Mentari.
"Gue tadi ketemu dengan Yoga, Yoga sudah menceritakan semua ke gue, selama ini bukannya enggak mau menghubungi elo, Yoga di ancam bokap Lo, katanya kalau sampai Yoga muncul di depan Lo dan senja, Yoga tidak akan pernah melihat kalian berdua lagi." jelas Shinta panjang lebar.
Mentari yang tau betul sikap keras Papanya hanya bisa menghela nafas panjang.
"Jadi aku harus bagaimana?" kata Mentari lemah.
"Lo hanya tunggu di sini, nanti malam Yoga akan menjumpai Lo," jawab Shinta.
Mentari menatap wajah sahabat karibnya itu, mencoba menenangkan jantungnya saat mendengar kalau Yoga akan menjumpai di Apartemen.
"Apa Mas yoga tau Shin, kalau aku sekarang di sini?" tanya Mentari dengan terkejut.
"Hah...Lo telat terkejutnya, emang enggak berubah ya dari dulu loding Lo lama" ejek Shinta sambil menunjuk kening Mentari.
"Ih...apaan sih, enggak lucu tau!" kesal Mentari yang melihat Shinta selalu bilang dirinya lolit.
"Tetapi itu yang bikin laki lo jatuh cinta" jawab Shita sambil tertawa lepas.
"Shin, apa mas Yoga sudah punya kekasih sekarang?" tanya Mentari.
Shinta yang mendengar ucapannya Mentari menatapnya dengan jengah.
"Sejak Lo melahirkan Senja, dan Papa Lo mengusir Yoga, Yoga itu lelaki yang tak tersentuh sama makhluk yang namanya wanita!" kata Shinta tegas.
Mentari merasa lega mendengarnya, andai dulu Papanya merestui hubungannya dengan Yoga pasti sekarang sudah bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya.
"Aku takut, mas Yoga marah, karena aku meninggalkan Senja sendirian." ucap Mentari.
"Lo tenang saja, Yoga sudah tau, gue sudah cerita sama laki lo, kalau lo kabur karena tidak mau menikah dengan lelaki pilihan Papa Lo yang egois itu," jawab Shinta dengan gaya santainya sambil merokok.
"Shin, kamu masih merokok?" tanya Mentari yang terbatuk saat asap rokok mengepul ke atas langit-langit apartemen.
"Seperti yang Lo lihat, inilah gue yang sekarang," ucap Shinta sambil tersenyum tipis menatap Mentari yang sudah berapa kali batuk.
Shinta segera mematikan rokoknya melihat Mentari yang tidak berhenti batuk.
"Shin, tolong matikan ACnya biar asapnya hilang," ucap Mentari sambil membuka jendela kamar.
"Ia...ia..bawel banget si Lo, untung sahabat gue." ucap Shinta dengan kesal.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, Mentari yang dari tadi tidak tenang menunggu kedatangan Yoga, sudah 18 tahun tidak berkomunikasi dan bertemu dengan lelaki cinta pertamanya itu.
Tak lama bunyi bel, apartemen berbunyi, jantung Mentari berdetak lebih cepat, bukannya membukakan pintu Mentari bengong di depan pintu apartemen.
Shita yang mendengar handphonenyanya berbunyi melihat nama yoga menghela nafas panjang.
"Halo, apa Pak Yoga yang terhormat?" tanya Shinta yang kesal karena tidurnya terganggu.
"Jangan marah-marah, gue sudah di depan aperteman, Lo di rumah kan?" tanya Yoga.
"Eh...ia gue di rumah, sebentar gue buka pintu," jawab Shinta langsung keluar kamar.
Shita terkejut melihat Mentari jalan mondar-mandir di depan pintu, Shinta langsung menepuk bahu mentari, sambil menaikkan alisnya menatap tajam.
"Astagfirullah, Shinta bikin kaget" ucap Mentari sambil mengusap dadanya.
"Lo sudah berapa lama mondar-mandir dimari hah! itu laki lo sudah setengah jam nunggu enggak Lo bukakan pintu, ganggu tidur gue saja" ucap Shinta sambil mendorong tubuh Mentari supaya minggir.
Tak lama pintu terbuka, sosok yang sangat di rindukan Mentari sekarang berdiri tegap menatapnya,
Bersambung ya...
jangan lupa like dan votenya Pengantin Penganti Ibuku. biar aku makin semangat buat nulisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Untung aja,ku pikir Yoga udah family sendiri,Maklum udah 18 tahun juga..
2024-07-16
0
Muniroh Mumun
mentari n yoga sama" setia ....co cweet cih 🥰
2022-05-08
0
Novvia Ramadani HN
untung saja yoga TDK menikah lgi?..
2022-02-02
1