Sore ini setelah Senja di periksa, kondisinya sudah membaik. Senja dengan senang karena sudah di perbolehkan pulang, tapi tidak dengan Satya, karena setelah di rumah mereka akan tidur terpisah.
"Om, Senja pulang ke rumah Kakek ya, mau lihat Nenek," ucap Senja sambil membantu Satya memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Ada syaratnya," jawab Satya singkat.
"Kok pakai syarat sih Om," keluh Senja sambil duduk di samping Satya dengan cemberut.
Satya tersenyum melihat tingkah istrinya yang terlihat kesal padanya. Satya duduk menghadap Senja sambil memegang kedua tangan senja.
Senja merasakan jantungnya terasa mau lompat keluar karena debaran jantungnya sangat kuat apa lagi saat matanya dan mata Satya beradu.
"Syarat yang pertama jangan memanggilku Om lagi, syarat yang kedua kita pergi berdua ke rumah Kakek dan syarat yang terakhir, saat kita di rumah tidur tidak boleh pisah, karena kalau tiba-tiba Bunda datang lihat kita tidur terpisah mereka akan bersedih." ucap Satya, Hanya tersenyum menatap wajah istrinya yang terkejut.
Senja masih bengong, mendengar syarat yang terakhir, jantungnya semakin berdebar saat tiba-tiba Satya mengecup keningnya dengan lama. seketika wajah Senja memerah karena malu.
"Kenapa tidak menjawab, diam berarti kamu setuju dengan syaratnya," ucap Satya sambil membelai rambut Senja yang panjang.
"Maaf, kalau enggak Panggil Om jadi harus panggil apa?" tanya Senja dengan menundukkan kepalanya karena jantungnya masih berdebar.
Satya memegang dagu Senja, sampai wajahnya kini bisa menatap mata suaminya.
"Jangan menunduk, saat berbicara dengan orang tatap matanya, itu tandanya kamu tidak lemah," kata Satya menatap intens mata istrinya.
"Maaf," ucap Senja sambil menenangkan debaran jantungnya.
"Kamu boleh panggil , Hubby, sayang atau yang lain," jawab Satya.
'Harus di panggil apa coba, selain panggil Om. aku panggil Mas sajalah, ngapain pusing-pusing' batin Senja.
"Kalau panggil Mas saja boleh enggak," ucap Senja sambil tersenyum tipis menatap suaminya.
Satya tersenyum melihat tingkah istrinya yang masih malu dengannya, tak lama masuk Ranga dengan nafas ngos-ngosan.
"Hah, sesak napas," ucap Ranga sambil duduk di sofa.
"Kak Ranga habis di kejar apa? sampai ngos-ngosan gitu," kata Senja.
"Di kejar waktu, lagian pulang hari ini mendadak kasih tahunya," jawab Ranga melirik ke arah Satya.
Satya hanya diam, Senja yang melihat Ranga kecapekan memberikan air mineral ke Ranga, membuat Satya memutar bola matanya.
"Terima kasih Senja," ucap Ranga.
"Ia sama-sama Om, Mas kita langsung tempat Kakek ya," ucap Senja sambil tersenyum menatap wajah Ranga.
"uhuk...uhuk..." Ranga langsung tersedak karena terkejut mendengar Senja memanggil Satya Mas.
"Kebiasaan," ucap Satya sambil menepuk punggung Ranga.
"Jangan bilang kalian sudah saling terima menjadi suami istri!" kata Ranga yang penasaran.
"Sudah ayo antar kami ke rumah Kakek Roby," sahut Satya langsung menggandeng tangan Senja melangkah keluar beriringan.
"Prok...prok...wah kalian ya, ternyata sudah saling terima satu sama lain," ucap Ranga sambil bertepuk tangan, tapi juga kesal karena barang Satya dan Senja banyak, sedangkan Satya sudah tidak terlihat lari di lorong.
Di dalam mobil hening, semua asik dengan pemikiran masing-masing, tangan Satya masih menggenggam tangan Senja, duduk mereka pun tidak ada jarak. Ranga melihat dari spion tersenyum, merasa senang akhirnya Satya masih bisa di taklukkan oleh Senja.
Setelah menempuh perjalanan satu jam mobil sampai di depan gerbang warna hitam, terlihat penjaga segera membukakan pintu.
Setelah Mobil berhenti Senja langsung keluar berlari menuju pintu, saat melihat Kakeknya menyambut kedatangannya.
"Assalamualaikum Kakekku yang ganteng dan keriput," ucap Senja sambil menyalami tangan Kakek Roby.
"Walaikumsalam Nak, kok suaminya tinggalin," kata Kakek sambil mengacak rambut Senja.
Saat Senja melihat Kakek dan Suaminya mengobrol di ruang keluarga, Senja yang akan ke belakang melihat bik sum jalan mengendap-endap untuk mengerjai bik Sum, Satya dan Ranga yang melihat Senja seperti pencuri hanya diam memperhatikan saja.
"Dorrrr,....," suara Senja mengagetkan bik Sum yang sedang menyapu.
"Aakkkk....." ucap bik Sum yang latah, langsung tergeletak di Lantai. membuat Satya dan Ranga terkejut melihat wanita paruh baya tergeletak di lantai Karena Ulah Senja.
Suara tawa senja seketika pecah, Senja duduk di lantai membantu bik Sum duduk.
"Non, tega deh," ucap bik Sum wajahnya sudah memerah karena malu, apa lagi di lihatnya ada suami Senja.
"Hahahaha...ia maaf Bik, Senja kangen," ucap Senja sambil memeluk bik Sum dengan erat.
Kakek Roby yang melihat tingkah cucunya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
" Begitu mereka nak Satya, bik Sum itu latah, tapi sering di kerjain Senja." ucap Kakek Roby sambil tersenyum melihat Senja datang membawa tiga cangkir teh.
"Silakan di minum tuan-tuan," kata Senja sambil tersenyum ramah, saat Senja akan pergi kakek mencegahnya.
" Mau ke mana? duduklah di sini," ucap Kakek sambil menepuk sofa di sampingnya, Senja hanya menurut.
"Kek, Senja mau ke kamar Nenek." ucap Senja memasang wajah imutnya membuat Satya tersenyum gemes melihat betapa manjanya istrinya.
"Nenekmu Sedang pergi dengan sahabat-sahabatnya ke Jakarta." jawab Kakek Roby.
"What? kok bisa Kakek kasih izin sih!" sungut Senja sambil cemberut.
"Biarkan saja Nenek mu itu jalan-jalan Nak," jawab Kakek.
"Senja mau ikut," ucap Senja dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Hah, kamu itu sudah punya suami, kalau mau jalan ya sama suamimu," sahut Kakek Roby.
"Kan hanya suami sementara kek, nanti kalau Ibu pulang kami pisah," ucap Senja.
Entah kenapa ada perasaan sakit di dadanya saat Senja mengucapkan kata-kata tadi, sambil menatap Satya yang juga sedang menatapnya dengan tajam.
Wah kayaknya aku salah ngomong, mas Satya terlihat menahan marah, hihihi...seram sekali wajahnya.
Kakek yang melihat perubahan mas Satya segera menyuruhku istirahat sedangkan Om Ranga pulang di antar sopir Kakek karena mas Satya menyuruhnya.
"Kakek kami istirahat dulu," ucap Satya sambil menggandeng tanganku, terasa sakit cengkeramannya.
Mas Satya membuka pintu kamar lalu mendorongku masuk, mas Satya langsung menutup pintu dan menguncinya.
"Apa maksudnya ucapan mu tadi Senja," ucap Mas Satya kepadaku.
"Kitakan menikah untuk itu Mas," ucapku sambil memundurkan langkahku karena mas Satya melangkah maju terus mendekatiku sampai punggungku menabrak sesuatu yang keras, aku yakin itu lemari pakaianku.
"Dengar ini baik-baik Senja, jangan pernah berpikir kalau pernikahan kita ini hanya main-main, ini pernikahan terakhirku," ucap Satya tegas.
Apa yang di katakan mas Satya, apa dia salah minum obat, kenapa ini di bilang pernikahan yang terakhir untuknya. ah... enggak mungkin mas Satya sudah mencintaiku, batin Senja.
"Maksudnya apa Mas?" tanya Senja dengan berlahan menatap mata suaminya.
Satya menyentuh kedua pipi Senja dengan lembut.
"Sayang, jangan pernah bilang pernikahan ini hanya sementara, hari ini, detik ini Senja Irawan adalah istri dari Satya Nugraha satu-satunya sampai maut memisahkan kita," ucap Satya.
Setelah mendengar ucapan Satya, air mata Senja mengalir di pipinya, melihat itu Satya mengusapnya dengan lembut.
"Mas, apa boleh Senja peluk," ucap Senja sambil terisak. Satya tersenyum langsung memeluk tubuh istrinya dengan erat, begitu juga sebaliknya dengan Senja.
Bersambung ya
Huwaaa pengen di peluk juga, Terima kasih yang sudah singgah di PENGANTIN PENGGANTI IBUKU, jangan lupa tinggalkan pesan, di kritik juga boleh🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lha emangnya kenapa? mmg seharusnya gitu kan? Jangan bilang kamu suka sama Senja Ga..awas aja..
2024-07-16
0
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah akhirnya Satya bisa menerima Senja dgn baik,Semoga bahagia ya,Gak usah di kenang dan noleh ke belakang lagi ya Sat,Jaga lah yg ada di depan mata..
2024-07-16
0
Nikmah Rahmayani
𝓪𝓴𝓾 𝓼𝓪𝓷𝓰𝓪𝓽 𝓼𝓾𝓴𝓪 𝓪𝓵𝓾𝓻 𝓬𝓮𝓻𝓲𝓽𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓽𝓱𝓸𝓻
2022-06-22
1