Setelah menerima telepon dari bik Ida Satya segera mengambil kunci mobil, saat di depan lift ia bertemu Ranga.
"Eh Bos mau ke mana?" tanya Ranga, segera menghentikan Satya yang terlihat buru-buru.
Satya menghentikan langkahnya, kenapa aku begitu mengkhawatirkannya, ah bodoh seharusnya aku tidak memperdulikan wanita itu, batinnya, lalu masuk kembali ke ruangannya.
Ranga yang melihat atasan sekaligus sahabatnya merasa ada yang di sembunyikan padanya. dia mengikuti langkah Satya masuk ke ruangan.
"Apa ada masalah, kenapa kamu begitu khawatir Sat?" tanya Ranga penuh slidik.
"Sudahlah tidak penting!" jawab Satya. Ranga hanya menghela nafas panjang melihat sahabatnya.
"Ayo kita sebentar lagi ada janji dengan CEO Wijaya," sela Ranga mengingatkan Satya.
Satya hanya diam, tapi segera mengambil jasnya yang diletakan di kursi. Mereka melangkah keluar sampai di lobby seperti biasa banyak karyawan wanita yang diam-diam memperhatikan Satya, sikap Satya yang dingin makin menambah nilai plus bagi kariawannya.
Satya dan Ranga sudah berada dimobil, saat mobil melewati kampus, dia melihat Senja duduk di depan gerbang sendirian.
"Ranga berhenti,," membuat Ranga terkejut langsung mengerem mendadak.
"Kamu kenapa sih, kita sedang buru-buru!" Ranga terlihat sangat kesal.
Satya menunjuk ke arah gerbang, Ranga mengikuti arah tangan Bosnya.
"Eh... itu Senja, bukannya dia sakit Sat?"tanya Ranga yang juga ikut terkejut melihat istri dari Bosnya yang masih terlihat pucat, sesekali dia memijat pelipisnya. melihat itu Satya segera turun dari mobil segera menghampiri Istrinya.
Senja mendengar mahasiswa wanita teriak histeris, tetap cuek, dia juga mendengar perbincangan mahasiswa itu mengatakan kalau wajahnya berkarisma, pikirnya mereka terlalu berlebihan.
Saat Senja sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba merasa badannya melayang, ia begitu terkejut saat menyadari kalau sedang di gendong oleh suaminya.
"Om... turunin!" teriak Senja sambil memukul dada Satya.
Satya hanya diam tetap melangkah kakinya menuju mobil, di mana Ranga berdiri di samping mobil siap membuka pintu buat bos dan Nona muda.
Senja sangat malu, apa lagi mendengar teriakkan mahasiswa perempuan saat melihat dirinya tiba-tiba di gendong Satya.
Ranga yang masih terkejut melihat kedatangan Satya hanya bengong, Satya menendang kaki Ranga barulah ia sadar segera membukakan pintu mobil.
Ranga hanya menggelengkan kepala, karena masih belum percaya melihat seorang Satya yang dingin bisa melakukannya di depan umum.
"Jadi kita ke mana dulu Pak?" tanya Ranga yang bingung mau langsung ke restoran tempat janji dengan CEO grup Wijaya atau mengantarkan Nona mudanya terlebih dahulu.
"Langsung ke restoran saja," jawab Satya tetap dingin,
Senja hanya bisa pasrah mendengar jawaban Satya. Ranga langsung menuju restoran sesuai rencananya tadi.
Sampai di restoran, mobil terparkir di tempat kursus, Satya segera turun tetap cuek kepada Senja, sedangkan Ranga mengaruk kepalanya merasa bingung dengan sikap sahabatnya.
"Nona, sebaiknya Anda juga turun, karena kami pasti lama," ucap Ranga.
"Baiklah Om," jawab Senja, membuat mata Ranga melebar saat mendengar dirinya di panggil Om.
Senja masuk ke restoran, melihat Satya duduk di meja dengan tiga orang yang tidak ia kenal, akhirnya ia duduk di meja pojok yang menghadap ke jalan.
Saat Ranga masuk restoran melihat Nonanya memilih duduk sendiri hanya menggelengkan kepala, ia segera mendekati Satya dan duduk bergabung disana.
Satya yang fokus mendengar tentang kerja sama yang akan di jalin dengan grup Wijaya, tanpa ia sadari Senja memperhatikan dari tempat duduknya.
"Tamfan juga si Om, apa lagi saat sedang berbicara serius jadi gemes,"batin Senja.
Saat Senja tengah asik memperhatikan Satya, saat itu juga suaminya tengah memandangnya. Tatapan mereka beradu seketika Senja gugup dengan wajah merona langsung memalingkan wajahnya ke arah jalan.
Satya tersenyum tipis, melihat istrinya mencuri pandang dengannya, Ranga yang melihat arah pandangan Bosnya langsung berdehem, membuat dia terkejut langsung fokus kembali ke arah CEO Wijaya.
Setelah selesai mereka langsung memesan makan siang, CEO Wijaya yang bernama Radit sangat senang bisa menjalin kerja sama dengan grup Nugraha.
Saat tengah menikmati makan siang, Satya melihat sekilas Istrinya yang sedang meletakkan kepalanya di meja.
"Apa dia tidur? atau masih pusing," batin Satya.
Setelah selesai makan siang Radit dan Satya langsung meninggalkan restoran, setelah ia melihat Radit keluar.
Satya segera menghampiri Senja, di pegangnya dahi Senja, Satya menarik nafas berat.
"Ada apa?" tanya Ranga mendekati Satya.
"Badannya panas lagi," jawab Satya.
Satya mengendong Senja yang tertidur di meja restoran, Ranga segera mengikuti sahabatnya, tanpa mereka sadari ada yang memotret saat Satya mengendong Istrinya.
Satya dan Ranga sudah di dalam mobil, langsung menuju kearah jalan pulang ke rumah.
Satya meletakkan kepala Senja dipahanya, saat sedang melihat email di tabnya tiba-tiba Senja mengigau memanggil Ibunya.
"Ibu...Ibu...." Ucap Senja dengan gelisah, Ranga yang melihat dari spion merasa iba kepada Nona kecilnya.
Satya mengusap kepala Senja dengan lembut, tak lama Istrinya tertidur tenang kembali, ia menatap ke jendela sepanjang perjalanan pulang.
Tanpa Satya sadari kalau mobil sudah berhenti di depan rumahnya, Ranga melihat Bosnya yang masih melamun hanya mengerutu tidak jelas.
"Bos sudah sampai," ucap Ranga.
Membuat Satya tersadar menatap sekeliling, Ia segera keluar lalu mengangkat tubuh Senja, bik Ida yang melihat majikannya pulang dengan mengendong Nonanya hanya bengong.
Ranga langsung masuk mengikuti Satya, bik Ida juga mengikuti ke kamar Senja.
"Bik tolong jagain Senja, jangan kasih dia keluar, badannya panas tolong kompres dulu pakai air hangat," ucap Satya lalu melangkah keluar menghampiri Ranga yang duduk di ruang keluarga.
"Ayo kita kembali ke kantor," ucap Satya
"Kamu sebaiknya jagain Senja saja Sat?" ucap Ranga.
"Ada bik Ida yang jagain," jawab Satya dingin, membuat Ranga hanya bisa menatap sahabatnya itu,
Ranga tau sebenarnya Satya sudah tertarik dengan Senja, melihat ke khwatirannya saat Istrinya pingsan kemarin, tapi dasar manusia kutup itu belum menyadari. batin Ranga
"Bos jangan terlalu cuek dengannya, bagaimanapun juga dia istri sahmu dalam agama dan Negara," ucap Ranga mengingatkan Satya.
"Aku hanya mengikuti kata Ayah dan Bunda saja, mungkin dengan itu Bunda tidak akan menangis lagi, kamu tahu Ga Bunda tidak akan menyerah sebelum aku menikah lagi." jawab Satya.
"Tapi ini beda Sat, Senja butuh perhatian kamu juga, dia masih terlalu mudah." Kata Ranga dengan fokus mengemudi.
"Aku akan membebaskan Senja, kalau dia ada kekasih nanti," ucap Satya dengan suara beratnya.
"Kamu yakin, tidak akan cemburu," jawab Ranga merasa tidak percaya dengan apa yang di dengar dari sahabatnya.
Bersambung ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Juan Sastra
kok senja ggak di kasih makan juga,,malah biarkan begitu saja
2022-06-20
0
Nianandra Amelia Putri
entar cemburu lg dasar kanebo kering
2022-03-21
0
Nianandra Amelia Putri
mawar untuk senja yaaa
2022-03-21
0