PENGANTIN PENGGANTI IBUKU
Malam ini di kediaman Roby Sanjaya sangat ramai, karena semua keluarga besar tengah berkumpul untuk menghadiri pernikahan Mentari yang kedua.
Menteri akan dijodohkan dengan anak dari rekan bisnis Papa Roby, Satya Nugraha seorang duda berumur 28 tahun. Namun, yang menjadi masalahnya sampai sekarang ia belum bercerai dari Yoga.
Delapan belas tahun yang lalu Yoga pergi dari rumah karena ancaman dari mertuanya, ia disuruh memilih pergi dari rumah atau keselamatan istri dan anaknya yang masih bayi terancam.
Mentari menangis dikamar ia begitu bingung, disisi lain masih mencintai suaminya. Setelah 18 tahun berpisah apakah suaminya masih mencintainya seperti dirinya saat ini.
Wanita itu begitu yakin suatu saat Yoga akan datang menjemputnya, kini dirinya hanya bisa pasrah atau kabur malam ini.
Menikah lagi tidak pernah terlintas di benak wanita berumur 38 tahun itu, tapi dulu saat keduanya memutuskan menikah di umur 19 tahun membuat Mentari dan Yoga merasa sangat bahagia dan berjanji akan setia sampai mati.
Mas Yoga dimana? apa benar mas sekarang di Jakarta. Mentari rindu, tolong jemput dan bawa pergi.
Mentari menarik nafasnya beberapa kali, akhirnya ia yakin akan pergi meninggalkan rumah saat keluarganya masih asik mengobrol. Dia mulai mengemasi baju dan memasukkan di tas tanselnya.
Mentari melangkah ke arah jendela, ia memperhatikan sekeliling tidak ada yang melintasi sekitar taman belakang. Kemudian dia melemparkan ranselnya melalui jendela. Namun, sebelumnya ia menulis surat untuk orang tuanya.
Wanita itu keluar dari kamar, ia bisa melihat ke arah ruang tamu dan keluarga masih ramai. Mentari berjalan kearah dapur, merasa aman kemudian dia segera keluar dari pintu belakang.
Mentari tidak lupa mengambil ranselnya yang ia lemparkan tadi, dia segera berlari menuju pintu belakang. Namun, langkahnya berhenti saat pagar dikunci.
Ayo Mentari kamu jangan menyerah, harus cari cara biar bisa keluar tanpa sepengetahuan penghuni rumah.
Mentari akhirnya memanjat pagar pembatas, saat sudah sampai diatas ia segera melempar ranselnya. Kemudian dia segera turun, tapi sayang saat akan mencoba turun tubuhnya merosot dan Bukkk.
Aduh sakit, padahal sudah pelan-pelan masih jatuh juga!
Mentari memperhatikan jalanan yang terlihat sepi, ia segera berjalan menuju simpang untuk mencari taksi. Saat ada taksi lewat dia segera menyetopnya, tapi ia bingung mau kemana saat ini.
"Mau kemana, Mbak?" tanya sopir taksi itu
"Antar saya ke penginapan saja ya... Pak," jawabnya sambil tersenyum.
"Mau penginapan yang di mana Mbak?" tanyanya lagi. Mentari agak bingung! membuat sopir itu meliriknya lewat spion.
"Yang murah aja Pak," jawabnya.
Sopir taksi itu hanya mengangguk, kemudian ia kembali lagi fokus mengemudikan mobilnya. Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit mobil berhenti, Mentari melihat sekeliling.
"Mbak sudah sampai," ucapnya ramah.
"Eh...iya Pak," jawabnya sambil membuka pintu mobil.
Mentari segera membayar taksinya, ia menatap bangunan tingkat dua di depannya. Dia akhirnya masuk dan memesan kamar, sampai di kamar Mentari segera merebahkan tubuhnya.
"Aku akan ke Jakarta untuk menemui Shinta, tapi apa mas Yoga masih mencintaiku? setelah 18 tahun tidak bertemu bagaimana dia sekarang." katanya liirh
Karena lelah Mentari sudah begitu mengantuk, karena malam sudah larut. Tidak menunggu lama akhirnya dia tertidur juga.
********
Sementara di kediaman Papa Roby.
Mama Marni yang ingin istirahat, tapi sebelumnya ia akan melihat anaknya terlebih dahulu. wanita paruh baya itu berlahan membuka pintu kamar Mentari, dia mengerutkan keningnya saat di kasur anaknya tidak ada.
Mama Marni segera melihatnya dikamar mandi, tapi kosong. Matanya melihat sekeliling ruangan, kemudian ia berjalan ke arah meja rias. Seketika dia terkejut! saat membaca surat yang di tinggalkan oleh Mentari.
Mama Marni segera keluar kamar dan berjalan menuju ke kamarnya, saat sampai kamar dia melihat suaminya akan berbaring.
"Papa...." Panggilnya.
Papa Roby melihat istrinya yang begitu cemas, ia kembali lagi duduk sambil menatap wanita yang kini berdiri di depannya.
"Ada apa?" tanya papa Roby
Mama Marni tidak menjawab, tapi ia langsung menyerahkan surat yang di tinggalkan anaknya.
Papa Roby segera mengambil dan membacanya, seketika wajahnya menegang.
Papa Roby meremas kertas di tangannya, ia kemudikan keluar menuju kamar cucunya. Rahangnya mengeras menahan amarah, ia yakin cucunya tahu kalau Ibunya akan kabur.
Sampai depan kamar Papa Roby segera mengedor pintu kamar Senja dengan kuat, tapi belum juga dibukakan oleh cucunya. Hal itu membuatnya semakin meradang.
Senja yang baru saja akan tidur dikejutkan oleh suara gedoran pintu yang kuat dari luar pada hal sekarang sudah Pukul 1.30, Senja belum tidur karena masih memikirkan pernikahan ibunya dengan Satya Nugraha seorang duda.
Senja tau istrinya Satya memilih kabur dengan kekasihnya, setelah 2 hari pernikahannya.
Senja segera bangun sebelum pintu kamarnya di dobrak oleh Kakeknya.
"Ada apa? Senja ngantuk, Kek," ucapnya sambil mengucek matanya.
Kakek hanya menatap cucu satu-satunya itu, lalu Kakek langsung masuk kamar Senja, diperiksanya kamar cucunya.
"Mana Ibumu Senja!" bentak Kakek sambil melihat sekeliling kamar cucunya
Senja terkejut, baru kali ini kakek membentaknya dengan suara yang mengelegar. Semua yang di lantai bawah buru-buru menuju arah suara kakek, Nenek berjalan berlahan sambil menangis memeluk Senja.
"Sudah Pa, sudah kita tunggu sampai besok pagi. Siapa tau Mentari pulang," ucap Nenek,
Senja menatap Neneknya, ada apa sebenarnya? kenapa semua orang panik!
"Nek, ada apa?" ucap Senja sambil mengusap air mata Nenek Marni.
"Ini, Ibumu pergi meninggalkan surat," jawab Nenek sambil memperlihatkan kertas yang dipegangnya ke arah Senja.
Senja segera mengambil kertas di tangan Neneknya, lalu ia membuka dan segera membacanya.
*Buat Mama dan Papa.
Sebelumnya Mentari minta maaf Pa, kalau Mentari mengecewakan Papa dan Mama lagi, jujur Mentari sampai sekarang masih mencintai Mas Yoga, sekarang Mentari akan mencarinya.
Maaf Pa, Mentari tidak mencintai Satya.
Mentari titip Senja ya, katakan pada Senja kalau Mentari mencari Ayahnya.
Maafkan Mentari sudah mengecewakan Papa dan Mama.
Salam sayang dari Mentari.
Senja meremas kertas yang ada di tangannya, air matanya mengalir bebas di pipi. rasa kecewanya sangat besar kepada Ibunya, tapi Senja harus tetap tegar.
Sampai kapan hanya Allah SWT yang tau, selama ini Senja diejek dan dihina karena tidak mempunyai Ayah, semua itu ia rasakan dari saat mulai TK sampai lulus SMA.
Namun, Senja menyimpannya sendiri, ia tidak pernah cerita kepada Ibu dan keluarganya yang lain.
Tak lama Senja membawa Neneknya turun ke lantai satu, dia melihat semua berkumpul di ruang keluarga, tak lama ia ikut duduk di samping sang Nenek.
Kakek Roby terlihat masih sangat kesal dengan kepergian anaknya, ia menatap Senja merasa bersalah, karena harus menyuruh mengantikan Ibunya untuk menikah dengan Satya.
"Kakek sudah menghubungi keluarga Nugraha, Kalau sampai besok Mentari belum pulang. Kakek dikasih dua pilihan, Saham Nugraha akan ditarik, dan otomatis akan berpengaruh terhadap perusahaan kita," ujarnya sambil mengusap wajah keriputnya yang di makan usia.
"Sarat yang kedua apa?" tanya Rendy
"Pilihan yang kedua, Senja harus mengantikan Ibunya menikah dengan Satya," kata kakek.
Semua terkejut dengan permintaan keluarga Nugraha.
"Kakek Berharap padamu, Nak," ucapnya memohon kepada Senja.
Senja masih diam mencerna apa yang baru saja di dengarnya, jangakan menikah pacaran saja aku belum pernah.
Senja menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, ia masih mau kuliah mengejar mimpinya. Pacaran belum menjadi prioritas utama seorang Senja Irawan, apalagi harus menikah di usia muda.
"Enggak! Senja enggak mau menikah," ucapnya dengan tegas.
"Rendy juga tidak setuju," belanya.
"Ini sudah jadi keputusan Kakek, kalau saja Ibumu tidak kabur kamu tidak perlu berkorban seperti ini. Ngerti kamu!" bentaknya kepada Senja
Rendy langsung berdiri, ia menatap papanya tajam sambil mengepalkan kedua tangannya. Melihat itu Mama Marni segera menenangkannya, ia begitu sedih melihat keluarganya seperti ini.
"Kakek egois, Kakek hanya memikirkan diri Kakek sendiri. Apa kakek tahu kenapa Ibu memilih kabur, hah!" teriak Senja kepadanya
"Karena Ibumu wanita bodoh! lebih memilih mencari lelaki yang tidak berguna seperti Ayahmu!" bentaknya.
Mama Marni menangis mendengar perdebatan cucu dan suaminya, Randy yang melihat itu juga sangat kesal.
"Satya itu pria dingin, umur Senja dan Satya sangat jauh, bagaimana papa bisa menikahkan mereka?" tanya Rendy.
"Itu demi nama baik kita dan keluarga Nugraha." Jawabnya datar.
"Tapi Kek, Senja masih 18 tahun masak sih harus menikahi Om-om, Kakek enggak kasihan sama Senja." kata gadis kecil itu sambil menatap Kakeknya berharap dibatalkan
"Umurnya Baru 28 tahun Senja, tapi terlihat seperti umur 25 Tahun, kakek yakin kamu akan menyukainya." Jawab Kakek menatap cucunya.
"Papa coba pakai cara lain," usul rendy
Kakek Roby menatap tajam ke arah Rendy yang dari tadi mencoba menghancurkan rencananya selama ini, ia tidak ingin gagal lagi.
"Ya sudah sekarang semua istirahat," ucap Nenek Marni yang tidak ingin ada perdebatan lagi. kemudian mama Marni dan Kakek Roby pergi istirahat.
Di ruang keluarga tinggalah Rendy dan Senja, keduanya sama-sama terdiam. Gadis itu menarik nafasnya panjang pacaran saja selama ini belum menjadi prioritasnya, apa lagi harus menikah muda dengan seorang duda.
Ibu yang seharusnya menjadi pelindungku, lebih memilih mengejar cintanya. Namun, apa dia tahu sekarang aku yang menjadi korbannya.
Rendy menatap iba kepada ponakannya, yang harus menikah dengan temannya saat kuliah dulu. walau sekarang dia kurang dekat Satya karena kesibukannya masing-masing.
Waktu yang tunggu-tunggupun datang, Senja masih di ruang makeup sejak pukul 6.00. Dia merasa sedih Ibu satu-satunya yang dimiliki tidak ada dihari pernikahannya, tak lama pintu terbuka Nenek tersenyum menatap cucunya.
"Kamu terlihat cantik, Nak," ucapnya tersenyum menatap wajah Senja yang sangat mirip dengan Mentari.
"Terimakasih Nek, Nek Senja kabur juga ya!" katanya dengan melangkah mendekati Jendela kamarnya.
"Husttt, enggak boleh kasihan Kakek sudah merencanakan semua ini, biar saham perusahaan tuan Nugraha tidak di tarik Nak," ucap Nenek sambil mengusap air matanya.
"Maaf Nek, Senja akan menikah dengan Om Satya," ucapnya, tak lama Nenek memeluk cucunya.
"Ayo kita turun, karena ijab kabulnya sebentar lagi akan di mulai. Setelah ijab kabul kamu baru boleh keluar," ucap Nenek ke cucunya.
Sementara di ruang tamu sudah ada penghulu, dan keluarga besar Satya, pernikahan ini sengaja hanya mengundang keluarga besar saja, setelah ada kabar kalau Mentari kabur.
Satya duduk di depan pak penghulu sebagi wali nikahnya Senja, sedangkan Kakek dan Om Rendy sebagi saksi dari pihak Senja dan ada 2 saksi lagi dari pihak Satya.
Setelah terdengar suara Sah dari para saksi, resmi sudah Senja menjadi istri dari Satya Nugraha. Tak lama ia di iring sampai di depan Satya, Satya terlihat berdiri menyambut istrinya yang baru sekali ini melihat anak dari Mentari.
Senja mendekati Satya dengan jantung yang berdebar, ya Allah ternyata ganteng Om Satya.
Setelah itu Satya memegang tangan Senja membantunya duduk di sampingnya, semua berkas sudah siap di tanda tangani dan tukar cincin juga sudah.
Waktunya semua tamu undangan untuk menyantap makanan yang sudah di hidangkan, sedangkan kedua mempelai duduk di pelaminan yang ada di dekat kamar makeup yang di gunakannya tadi.
Keduanya sama-sama diam, hanya terkadang terdengar helaian nafas Senja yang sudah merasa lelah. Apa lagi harus pura-pura tersenyum saat ada tamu undangan mengucapkan selamat.
Senja sudah merasa gerah dilihatnya Satya sebentar, tapi Satya tetap diam seperti patung.
"Om, Senja kekamar duluan ya? sudah gerah ini," ucapnya sambil menatap suaminya, tapi dia tetap diam.
Senja makin kesal karena tidak ada respon dari Satya, tak lama dia melihat Nenek melangkah ke arahnya.
"Nak Satya sudah bisa istirahat, karena tamu tinggal keluarga besar kita saja, ayo Nak antar suaminya untuk istirahat." ucap Nenek sambil tersenyum.
"Maaf Nek, Satya istirahat dulu, tolong sampaikan ke yang lain," ucapnya sopan.
Tak lama Senja berjalan duluan, yang di ikuti oleh Satya, sampai kamar dia langsung menghempaskan tubuhnya di kasur yang di hiasi dengan kelopak mawar. Sedangkan Satya memilih duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya di bahu sofa.
Bersambung ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Riby gak pernah mau belajar dari apa yg sudah terjadi, Bukannya kapok malah di ulangin lagi,hadeehh Egois bamget nih orang..Satya juga kenapa mau,Mentari itu 10 tahun lebih tuaan dari kamu lho..
2024-07-15
0
Qaisaa Nazarudin
Astaga udah kayak anak abegeh aja..Ortunya juga kenapa sih maksa banget..🤦🤦
2024-07-15
0
Qaisaa Nazarudin
Kabur mengejar cinta yg belum pasti,untung kalo mantan masih sendiri,lha kalo mantan udah punya isteri gimana, bertahun2 juga,kenapa harus sekarang kabur mencarinya?
2024-07-15
0