Pagi menjelang.
Jeny membuka kedua matanya berlahan. Gadis itu meringis ketika merasakan denyutan ngilu di kepalanya.
“Lo udah bangun..?”
Suara berat tomy membuat jeny menoleh pelan. Dengan posisinya yang masih terlentang dengan selimut yang menutupi sebagian dari tubuh nya jeny menatap tomy. Jeny ingat, semalam dirinya marah pada tomy. Dan jeny melampiaskan kemarahan nya dengan berenang.
Jeny melengos.
Waktu begitu cepat berlalu. Dan hari ini adalah hari perpisahan nya dengan tomy.
“Jen lo mau..”
“Pergi sana.” Sela jeny memotong ucapan tomy cepat.
Tomy terdiam.
Pemuda itu tersenyum. Tomy tau jeny tidak ingin berpisah dengan dirinya. Begitu juga sebalik nya.
Dengan senyum yang mengembang di bibir tipis nya tomy mendekat dan duduk di tepi ranjang tepat di samping jeny.
“Kamu mau ikut ngaterin aku ke bandara atau di rumah aja sama mbok?”
Pertanyaan tomy membuat jeny kembali menoleh dan menatap nya. Gadis itu menatap tomy dengan wajah tidak percaya nya.
“Segitu kaget nya..” Senyum tomy mencubit pelan ujung hidung mancung istrinya.
“Tom...”
“Jen... Kamu harus inget dan jangan sampai lupa. Aku pergi hanya untuk sementara. Dan sejauh apapun aku pergi aku pasti kembali.. Karna kamu ada disini. Kamu tempat aku pulang sekarang.” Sela tomy menatap jeny lembut.
Air mata jeny menetes mendengar nya. Gadis itu berlahan mengukir senyuman di bibir nya. Jeny sadar dirinya tidak boleh egois. Tomy pergi bukan untuk meninggalkan nya. Tomy pergi untuk menggapai semua yang tomy inginkan. Dan tomy pergi untuk kembali lagi sebagai suaminya.
“Udah dong.. Jangan nangis terus. Mending sekarang kamu mandi. Aku siapin bajunya yah..” Senyum tomy mengusap lembut pipi basah jeny.
Jeny menganggukan kepalanya.
Namun saat tomy hendak bangkit jeny langsung berhambur memeluk tubuh tegap pemuda tampan itu.
“Janji sama aku.. Kamu akan terus kasih kabar..” Lirih jeny dengan suara lirih dan bergetar.
Tomy tersenyum mendengar nya. Dengan lembut di balas nya pelukan erat jeny.
“Janji istriku..” Balas nya lembut.
“Udah.. Mandi dulu sana..” Kata tomy melepaskan lembut pelukan jeny.
“Oke..” Lirih jeny menganggukan kepalanya.
Jeny turun dari ranjang nya. Meskipun kepalanya terasa sangat sakit dan terus berdenyut tetapi jeny berusaha untuk terlihat baik baik saja di depan tomy. Jeny tidak mau lagi menghalangi niat baik tomy. Tomy pergi bukan hanya untuk dirinya. Tetapi untuk papah nya. Untuk masa depan perusahaan keluarga nya.
“Maafin aku.. Aku tau kamu sedang tidak baik baik aja sekarang.. Tapi aku nggak bisa tetap tinggal..” Lirih tomy dengan rasa sesak di dadanya menatap punggung jeny yang hendak masuk ke dalam kamar mandi.
Tomy menghela nafas.
Pemuda itu mengedarkan pandanganya ke seluruh sudut kamar itu. 3 hari menempati kamar itu bersama jeny siang dan malam membuat tomy merasa lucu. Namun semua itu menjadi penyemangat tersendiri di dalam hatinya. Senyuman dan air mata jeny membuat tomy sadar bahwa ada seseorang yang sangat menunggu kepulangan nya. Seseorang yang tidak lain adalah istrinya sendiri.
Tomy tersenyum.
Meskipun jarak mereka akan terpisah jauh, tapi status istri yang di sandang jeny sekarang membuat tomy tenang. Setidak nya tomy yakin dengan status itu jeny tidak akan mungkin jatuh ke dalam pelukan lorenzo. Tomy tau jeny bisa menjaga diri juga hatinya. Meskipun mereka tidak saling mencintai tetapi status mutlak itu tidak akan mudah di ubah oleh siapapun termasuk jeny.
“Hanya aku yang bisa memutuskan semuanya.” Gumam tomy.
Tomy bangkit dari duduk nya.
Pemuda itu melangkah menuju lemari pakaian jeny untuk menyiapkan baju yang akan di kenakan oleh istrinya.
Ketika meraih kaos dan celana jeny, tomy tersenyum.
“Suatu saat ini aku akan membuat kamu yang melakukan ini untuk aku istriku..” Gumam nya.
Sekitar 20 menit jeny berada di dalam kamar mandi, gadis itu akhir nya keluar dengan balutan kimono di tubuh mungil nya.
Jeny menatap tomy yang berdiri di depan jendela kamar nya.
“Tomy..” Panggil nya pelan.
Tomy langsung menoleh dan tersenyum.
Pemuda yang sudah siap untuk pergi itu menatap jeny dengan senyuman manis yang terukir di bibir tipis nya.
“Udah..?” Tanya nya.
Jeny tidak menjawab.
Gadis itu menoleh ke ranjang dan mendapati bajunya sudah terletak disana.
Tomy benar benar menyiapkan baju untuk nya.
“Aku nggak mau pake itu..” Katanya.
“Aku mau pake dress..” Lanjut jeny menatap tomy.
Tomy nengeryit.
Setaunya jeny selalu tidak percaya diri jika berpenampilan anggun. Gadis itu lebih suka memakai jins dengan kaos oblong serta jaket sebagai pelengkap penampilan nya.
Tapi sekarang gadis itu mengatakan ingin mengenakan dress.
“Eh.. Emang nya kamu punya?” Tanya tomy menggaruk tengkuk nya bingung.
Tomy tau tidak ada dress satupun di dalam lemari pakaian gadis itu.
Jeny menggelengkan kepalanya lemah.
Dirinya memang tidak mempunyai satu pun dress di lemari pakaian nya.
“Ooh.. Ya ya udah.. Bentar yah.. Aku coba pinjemin ke mamah..” Kata tomy gagap.
“Dress mamah terlalu besar untuk aku..”
Tomy menelan ludah nya.
Postur tubuh jeny dengan mamah nya memang berbeda. Mamah jeny berpostur tinggi semampai sedangkan jeny cenderung mungil namun terlihat sintal.
Tomy memejamkan kedua matanya sesaat.
Entah kenapa tomy merasa gugup hanya karna mendengar jeny ingin memakai dress.
“Ya udah.. Kamu pakai itu dulu aja.. Nanti menuju bandara kita mampir sebentar ke butik..” Putus tomy.
“Aku tunggu di luar.” Katanya lagi.
Jeny tersenyum dan menganggukan kepalanya. Bukan tanpa alasan jeny ingin memakai dress. Untuk hari ini jeny ingin terlihat cantik di mata suaminya. Jeny juga ingin terlihat anggun seperti sarah. Jeny ingin tomy menyukai nya untuk hari ini.
Setelah tomy keluar dari kamar nya, jeny langsung meraih lipatan kaos dan celana serta daleman yang di siapkan tomy untuk nya. Jeny tersipu membayangkan tomy menyentuh pakaian dalam nya. Pipi nya mendadak terasa panas sampai ke kelopak matanya.
“Sweet banget sih..” Senyum nya bergumam.
Tidak mau membuat suaminya dan orang tuanya menunggu lama jeny pun segera bergegas. Dengan senyuman yang terus terukir di bibir nya jeny mengenakan pakaian nya. Jeny tidak sabar ingin memilih dress yang nanti akan di kenakan nya menuju bandara untuk mengantar suaminya.
Di lantai bawah kedua orang tua jeny dan tomy sudah menunggu. Mereka tampak mengobrol ringan dengan di selingi canda tawa sambil menunggu tomy dan jeny turun.
“Loh tom.. Mana istri kamu..?” Tanya papah tomy begitu melihat tomy yang muncul dengan menarik koper nya.
“Jeny masih siap siap mah pah..” Jawab tomy tersenyum.
“Oh iyah.. Tomy kayanya bawa mobil sendiri aja. Soalnya nanti mau mampir sebentar sama jeny ke butik..” Kata tomy sambil mendudukan dirinya di samping papah nya.
“Mau ngapain?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments