Keesokan harinya, sebelum berangkat magang Agistha dan Kania janjian untuk sarapan bareng di tukang bubur favorite langganan mereka. Kania yang sudah lebih dulu sampai sana, tak lama Agistha pun datang menghampiri Kania yang duduk disalah satu meja. Bubur disini sangat ramai, bahkan tak jarang banyak yang membatalkan pesanannya karena antrean yang begitu panjang, karena rasanya memang sangat lezat.
"Kania sudah pesan bubur sama minumnya juga?" tanya Agistha yang baru saja mendaratkan badannya di kursi depan Kania.
"Sudah Agis, sebentar lagi datang, aku sudah sampai dari satu jam yang lalu untuk mengantre," kata Kania membuat Agistha terkekeh.
"Sorry," ucap Agistha dengan menunjukkan barisan giginya yang putih bersih.
Dan bubur mereka pun datang. Agistha yang dari rumah sengaja tidak sarapan memakan buburnya dengan sangat lahap begitu juga dengan Kania. Tak sampai 10 menit bubur mereka habis tak tersisa.
"Alhamdulillah kenyang, Agis kamu kesini naik apa?" tanya Kania.
"Aku dianter mang Ujang soalnya papah ke kantornya siangan katanya," kata Agistha.
"Aku nebeng ya ke kantor bokap lu kan searah," kata Kania sambil menaik turunkan kedua alisnya dengan senyuman yang merekah.
"Loh kamu udah mulai magang Kania?" tanya Agistha.
"Sudah Agis ini hari pertama aku magang," ucap Kania.
"Kalau begitu hayo nanti kesiangan lagi," ajak Agistha yang menuju kasir. Setelah membayar bubur dan minuman, mereka pun masuk ke dalam mobil.
"Mang Ujang ke Andara Corp. dulu ya abis itu ke kantor papah," kata Agistha pada mang Ujang.
"Baik non," jawab mang Ujang.
Mobil pun melaju ke perusahaan Andara Corp., 20 menit kemudian sampailah di depan lobby.
"Agis ini bener perusahaan lelaki tampan nan dingin, tajir bener ya," kata Kania menatap kagum perusahaan milik Reza.
"Iya bener emang tajir banget hahaha," Agistha ketawa melihat ekspresi Kania yang tidak bisa dikondisikan.
"Eh tapi gedean perusahaan kamu tau," imbuh Kania.
"Udah ah, aku masuk ya, kamu hati-hati ya daah," kata Agistha kemudian keluar dari mobil dan melambaikan tangan pada Kania.
Agistha pun masuk kedalam lobby disambut oleh 2 orang resepsionis.
"Selamat pagi bu," kata resepsionis 1.
"Pagi, panggil namaku aja ya aku kan masih sekolah," kata Agistha terkekeh.
"Oke Agistha," kata resepsionis 2.
Agistha mengangkat kedua jempolnya, lalu melakukan absensi.
"Aku masuk dulu ya, permisi," kata Agistha dengan senyuman yang merekah.
"Si Agistha baik juga ya gak sombong udah gitu anaknya ceria lagi," kata resepsionis 1.
"Iya bener, jadi gak sungkan menyapanya," imbuh resepsionis 2.
Agistha kini sudah sampai didepan ruangan Riko.
TOKTOKTOK (suara ketukan pintu)
"Iya, masuk!" kata Riko dari dalam.
"Selamat pagi pak Riko," sapa Agistha.
"Pagi, kamu tumben baru datang jam segini?" tanya Riko.
"Iya pak tadi abis janjian sama sahabat saya makan bubur bareng," kata Agistha.
"Sahabat kamu cantik gak Agis?" tanya Riko dan hanya dijawab sebuah senyuman oleh Agistha.
TLILILILIP TLILILIP (telepon diruangan Riko berbunyi)
"Hallo?" kata Riko.
"Suruh Agis keruangan saya sekarang ya," kata Reza dan belum sempat Riko menjawab namun sambungan telepon langsung diputus oleh Reza.
"Agis, kamu keruangan pak Reza sekarang ya," kata Riko dan dijawab anggukkan kepala oleh Agistha.
"Tumben masih pagi gini aku disuruh ke ruangan pak Reza ada apa ya?" , batin Agistha bertanya-tanya.
TOKTOKTOK (suara ketukan pintu)
"Kok gak ada jawaban, aku langsung masuk aja kali ya," Agistha bermonolog didepan pintu ruangan Reza.
Agistha masuk ternyata lampu ruangan pak Reza gelap. Seketika Agistha langsung keringat dingin, pasalnya setelah meditasi oleh ustadz Fahri Agistha tidak pernah mematikan lampu lagi saat tidur bahkan ia jadi tidak suka gelap. Pikiran negatifnya langsung menguasai dirinya.
Namun Agistha terus berusaha melawan pikiran negatif itu dengan pikiran positif.
"Pak.. Pak Reza dimana kok gelap pak," teriak Agistha dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya.
"Hayo Agis bisa Agis bisa gak boleh takut, inget Allah inget Allah, astagfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah," batin Agistha terus beristighfar.
Bayang-bayang mimpi buruk yang selalu ia alami pun datang.
"Agis tolong aku, aku jodohmu, Agis tolong selamatkan aku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," ucapan laki-laki itu berputar di memori alam bawah sadar Agistha.
Agistha melihat cahaya didepan sana dengan sekuat tenaga untuk tetap berdiri, namun saat cahaya itu membentuk wajah Agistha langsung menjerit dan pingsan.
BRUK
Reza langsung menghidupi saklar lampu ruangannya.
"Ya Allah Agis maaf maaf kok kamu sampai pingsan sih," kata Reza panik, karena ruangan Reza kedap suara jadi Reza langsung menelepon Riko dari ponselnya.
"Riko cepet ke ruangan gue ini si Agis pingsan!" teriak Reza.
"Pingsan! habis diapain anak orang Za, iya gue kesana," kata Riko menutup teleponnya.
BRUAK!!
Riko membuka kencang pintu ruangan Reza, membuat Reza menatap tajam ke arah Riko.
"Sorry gue gak sengaja Za panik nih gue, kok bisa sih ini anak pingsan, gak lu apa-apain kan?" kata Riko terus berbicara.
"Tadi gue tuh mau ngasih kejutan ke Agis karena kemarin dia ulang tahun, eh dia malah pingsan," kata Reza sambil menaruh Agistha ke sofa dan memberi Agistha minyak kayu putih ke hidungnya.
"Kejutan? lu ada perasaan sama Agis, Za?" tanya Riko terkejut.
"Mungkin," kata Reza spontan.
"Wah wah wah, gak beres ini kita harus bersaing sehat Za," kata Riko membuat Reza menatap tajam kearah Riko.
Agistha pun terbangun disela-sela perdebatan Reza dan Riko.
"Kok aku disini sih, kepalaku pusing sekali," kata Agistha sambil memijit pelan keningnya.
Reza bangun dari sofa langsung membawa kue ulang tahun untuk Agistha.
"Selamat ulang tahun Agistha Sellysa, semoga bertambahnya usiamu membuatmu tambah dewasa, bahagia selalu dan dilancarkan rezekinya serta dikuatkan iman islamnya aamiin," kata Reza dengan senyuman tipis di sudut bibirnya.
Agistha dan Riko saling memandang dengan raut wajah terheran-heran. Selama magang disini Reza selalu menunjukkan wajah dingin dan datarnya.
"Ehem, ditiup dulu Agis," kata Reza dan Agistha pun meniup lilinya.
"Terima kasih banyak pak kuenya cantik," kata Agistha tulus.
"Sama-sama, ayok kita makan bareng kuenya," kata Reza sambil mengambil pisau kue diatas mejanya.
"Ehem bucin," goda Riko namun diabaikan begitu saja oleh Reza.
Setelah sekian lama, Riko melihat Reza kembali menjadi Reza yang hangat semenjak hadirnya Agistha dikantornya. Namun Reza belum bisa memastikan apakah ini cinta atau bukan.
"Apa aku benar-benar sudah mencintainya? mengapa secepat ini? bahkan senyumnya membuat perasaanku lebih tenang, meskipun aku melihat ada sesuatu dibalik matanya yang indah itu, tapi aku belum berani bertanya padanya," batin Reza saat sedang memakan kue ulang tahun Agistha.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Happyy
😍😍
2022-02-19
0
👑Mawar Berduri💕
akun 2
semangat
2021-06-07
1
Marya Juliani Jawak
So sweat....
2021-05-20
1