" Pa, apa." Panggil bocah tersebut kepada Arzachio yang saat ini sedang sibuk dengan ponselnya.
" Iya sayang ada apa." Balasnya sambil menatap ke arah sang anak sekilas.
" Apa nih elja elus agus atu ama ama. Ama cayang aku dali pada apa. Apa tak cayang atu, bagus atu tadi ama ama aja." Balasnya kesal membuat Arzachio langsung menatap ke arahnya.
" LEBIH BAIK KAMU DIAM SAJA, HA. JANGAN BUAT SAYA TAMBAH MARAH DENGAN NGELIHAT KELAKUAN KAMU KE SAYA. HARUSNYA ITU KAMU BERSYUKUR SAYA UDAH NERIMA KAMU JADI ANAK SAYA. BUKAN MALAH KURANG AJAR GINI KE SAYA." Bentak Arzachio marah membuat bocah tubuh bocah tersebut bergetar hebat mendengar bentakan yang Arzachio berikan padanya.
" Apa ahat, atu tak cuka. Atu au ama ama aja. Apa jahat hiks, atu benci hiks benci." Teriak bocah tersebut menangis di dalam mobil dan langsung bergegas turun dari mobil saat mobil tersebut berhenti dalam keadaan macet.
" Axton tunggu." Teriak Arzachio frustasi melihat kelakuan nekat bocahnya.
" SIAL, BANGSAT, BEGO, ANJING." Umpat Arzachio kesal karena gagal menyusul langkah kaki sang putra.
" Huwaaaaa ama huhuh." Ucap bocah tersebut terus menangis mencari dimana keberadaan apartemen Xena.
" Atu enci apa atu enci. Atu au ama ama aja huhu. Ama huhuhu atut." Ucap bocah tersebut ketakutan mencari dimana tempat Xena tinggal.
...°°°°°°...
" Huft, akhirnya Al berhasil bertemu dengan ayahnya." Ucap Xena bahagia dan sedikit sedih akibat tidak bisa bertemu lagi dengan anak tersebut.
" Semoga kamu bahagia ya sayang, mama harap kamu selalu bahagia dan gak sedih lagi." Ucapnya tersenyum miris meratapi hidupnya.
" Maafin mama karena enggak bisa ngebawa kamu sama mama. Mama cuman seorang gadis miskin yang berhasil mendapatkan beasiswa di kota ini." Ucapnya terisak di sebuah taman yang ada di kota tersebut.
" Maafin mama sayang, maafin mama." Ucapnya terisak di bangku taman.
" Meskipun kita baru bertemu tapi rasa sayang mama ke kamu itu tulus. Hidup mama tidak beruntung sayang hingga mama tak mampu membawa kamu tetap stay sama mama. Meskipun begitu terima kasih atas 1 minggu kebersamaan kita berdua. Kebersamaan yang paling indah dan juga sangat mengesankan dalam hidup mama. Terima kasih karena sudah pernah singgah di hidup mama." Ucap Xena terharu dan terkejud saat merasakan pelukan kecil dari balik punggungnya.
" HIKS HIKS AMA HUHUHU." Ucap suara anak kecil tersebut yang kedengaran tidak asing.
" Kamu kok bisa disini sayang, kamu kenapa nak." Ucap Xena khawatir menatap Axton.
" Apa ahat atu tak cuka. Atu benci apa." Ucapnya menangis di pelukan Xena.
" Iya sayang, diam ya nak. Jangan nangis lagi, Al harus kuat buat ngelindungi mama sama papa ya sayang." Ucapnya membujuk Axton.
" Sayang." Panggil Xena lembut setelah bocah tersebut berhenti menangis.
" Mama mau tanya boleh." Ucapnya yang di balas anggukan kepala oleh Axton.
" Kenapa Al bisa disini, bukannya Al tadi di cafe ya sama papanya Al." Ucap Xena lembut.
" Hiks hiks hiks."
" Kok kamu malah nangis sayang." Jawab Xena dengan raut wajah khawatir.
" Apa ahat ama, apa bentak Al. Al tak cuka." Ucapnya mulai bercerita.
" Kenapa papa bisa marah sama bentak Al sayang, pasti ada alasan kan."
" Iya ma, apa tu ibuk elus ama hpnya atu tak cuka. Apa cuekin Al dan apa malah-malah ama Al ama." Ucapnya sedih kepada Xena.
" Yaudah sekarang Al mau apa." Tanya Xena lembut.
" Al au ama ama aja, dak au ama apa. Apa ahat Al tak cuka." Ucapnya memeluk Xena erat dan menenggelamkan wajahnya di leher Xena.
" Yaudah sekarang kita pulang ya sayang, sebelum itu kita belanja dulu ya buat beli bahan makanan buat kita makan di rumah." Ucap Xena yang di balas anggukan kepala oleh sang anak.
Tak jauh dari sana terdapat seorang pria yang menatap mereka dengan berbagai emosi. Mulai dari sedih, marah, kecewa dan lainnya. Semua itu sama sekali tak mampu dijabarlan oleh kata-kata. Yang mampu ia lakukan saat ini hanya meratapi nasibnya, tanpa ada seorang pun yang mau mendukung atau menerima kehadirannya. Ya, orang ity Arzachio yang hanya mampu menatap anaknya dari jauh tanpa bisa mendekat ataupun mendekapnya. Dirinya kecewa atas sikapnya yang sudah membentak sang putra, dirinya sedih melihat putranya yang lebih nyaman berada di dekapan orang lain dari pada dekapannya. Kenapa tuhan begitu tidak adil padanya !! Dirinya kaya, punya jabatan yang besar tapi tak mampu membuat hidupnya bahagia. Sekalipun bahagia tapi itu hanya sementara dan berlangsung dengan sangat cepat tanpa bisa dirinya cegat ataupun putar. Hanya penyesalan yang saat ini dapat dirinya sampaikan dengan satu kata yaitu ' Maaf ' dari bibir tipisnya dan muka arogannya.
" Maafin papa sayang, papa rasa kamu perlu waktu untuk memahami semuanya. Papa janji akan tetap memantau kamu meskipun dari jauh. Melihat mu tertawa bahagia tanpa ada rasa sedih membuat papa sedikit tersadar bahwa kamu juga memerluka sosok seorang wanita yang dapat memberikan kehangatan dan juga kasih sayang. Dan semuanya akan papa kabulkan. Semoga kamu bahagia dengan jalan yang telah kamu pilih." Ucapnya pergi dengan raut wajah sedih bercampur kecewa.
" Yo ma ita belanja." Ucapnya semangat dengan binar bahagia yang tercetak sangat jelas di wajah mungilnya.
" Ayo sayang, meluncur." Balas Xena tak kalah heboh dan akhirnya tertawa bersama.
...°°°°°°...
1 minggu kemudian
" Al, Ayo sayang kita bangun." Bujuk Xena kepada bocah yang masih nyenyak di dalam tidurnya.
" Anti ma acih antuk." Ucapnya menguap dan kembali tidur.
" GAK MAU BANGUN MAMA TINGGAL, MAMA MAU PERGI KE RUMAH BIBI SINTA KETEMU SAMA CACA. CALON MANTU MAMA." Teriak Xena murka dan langsung membuat bocah tersebut bangun dari tempat tidurnya.
" Itut ama au ketemua ama aca. Alon antu ama." Ucapnya bergegas berlari memasuki kamar mandi membuat Xena langsung menahan tawanya.
" Hahaha, satu kosong bola pimpong." Ucap Xena tertawa membuat langkah mungil sang bocah langsung terhenti.
" Amaaaaaaa tipuuuuuuuuu huwaaaa." Teriaknya menangis.
" Aunty kok Al angis." Seru seorang bocah yang memasuki kamar baby Al.
" HUWA Aca Al kangen." Rengeknya manja mengejar Gadis tersebut.
" Al auu lum mandi Aca tak cuka." Ucapnya mengibaskan tangannya di hadapan wajah Al membuat Al tertunduk kecewa.
" Amaaaa." Adunya pada Xena yang langsung di balas tatapan tajam dari sang mama.
" Kalau ada maunya baru panggil mama, ck mama mau pergi ah ama Aca. Al di rumah aja tidur lagi sana." Ucapnya berjalan menuju ke arah Gadis tersebut.
" Ama tok itu cih Al ndak au di inggal, Al au itut uga." Ucapnya cedih.
" Alon antu kok Al di inggal cih. Kan amu itu unya aku tlus alo Al ndak itut kamu uga dak oleh ikut." Ucapnya kesal menatap sang pacar yang menatapnya seolah tak peduli.
" Atu tak au ama amu. Amu elek, elum andi, bucuk. Tak cuka dan atu tak au adi acal amu." Jawab Aca kesal menatap anak laki-laki itu.
" Tak oleh amu tu uma unya atu tak oleh olak tak cuka. Anti alo ada cowok yang eketin amu atu hajal." Ucapnya marah dan mengepalkan kedua tangan mungilnya.
" Al elek atu tak au adi acal amu." Ucapnya cempreng menatap bocah laki-laki tersebut.
Flassback on
" Auntyyyyy." Teriak bocah perempuan girang sambil memasuki apartement Xena dengan seorang wanita yang terlihat seusia Xexa yang tak lain adalah Sinta.
" Amu ciapa." Tanya bocah perempuan itu saat melihat ada seorang bocah laki-laki di dalam kamar Xena.
" Atu anaknya, emang napa." Jawabnya judes dan acuh.
" Tak amu boong, Aunty cena tak unya anak. Amu boong kan." Jawabnya menyipitkan matanya.
" Xenaaaaa." Teriak seorang wanita yang tak lain Sinta yang saat ini sefang memcari keberadaan Xena namun nihil hasilnya.
" Hey bocah mana Xena kok dia gak ada disini sih." Ucap Sinta menatap Axton kesal akibat tidak berhasil menemukan keberadaan sahabat karibnya.
" Ama agi ke awah atanya au eli jajan." Jawabnya acuh menatap Sinta dan bocah perempuan itu malas.
" Hey bocah songong kali gaya kau. Anak siapa kau kok bisa nyasar kau kesini." Ucapnya dengan logat medannya.
" Tau ciapa atu tak enal ndak ada ama ilang ama atu, tau ni ciapa." Ucapnya kesal sambil melanjutkan makanannya.
" Aunty Sin ulang yuk dicini ada cah nakal ndak celu. Cok ita cali aunty Cena ya aunty." Ucapnya kesal menatap kelakuan Axton.
" Hus cana hush." Ucapnya mengibaskan kedua tangan mungilnya di depan Sinta dan Aca.
" Amu nyebelin." Ucap Aca kesal berjalan mendekati Axton dan langsung menjambak rambut coklatnya membuat Axton langsung berteriak kesakitan.
" Lasain ciapa culuh ahat."
" Lepacin cetannn atit tau atit, lepacin hiks. Huwaaaa ama olong ni anak ahat ama atu." Ucapnya berteriak kesakitan memanggil nama Xena.
" Ya Allah whatt happen Aca Sinta". Teriak Xena saat memasuki apartement miliknya.
" Tuh bocah buat jiwa bar-bar Aca keluar kesetanan kan jadinya." Jawabnya santai.
" Yaudah kalau gitu kamu pisahin lah." Ucap Xena kesal melihat rambut sang putra acak-acakan dan muka sembabnya habis menangis.
" Aaf aunty adi ia ni nyebelin Aca ndak cuka. Abis itu ia nyolot ama ami." Ucapnya menampilkan muka bersalahnya kepada Xena.
" Gak papa kok sayang lain kali jangan kayak gitu lagi ya, lihat Alnya kesakitan." Ucap Xena lembut sambil mensejajarkan posisi mereka.
" Iya aunty cena." Jawabnya memeluk Xena erat.
" Epas tak oleh meluk ama Al. Anti Al hajal, mau tamu." Ucapnya Axton marah.
" Atu inta aaf ya Al, atu tak cengaja. Amunya nyebelin atu tak cuka." Ucap bocah perempuan tersebut dan langsung memeluk Axton membuat kedua pipi Axton langsung memerah menahan malu.
" Cieee malu ya, uhuy." Teriak Sinta gemas melihat kelakuan anak dari sahabatnya itu malu-malu.
" Ndak kok ciapa ya malu, atu tak malu ya." Ucapnya memasang muka datar.
" Xen, tu bocah loh nemu dimana. Kok gemesin gitu sih, mau dong gue satu macam tu anak." Ucap Sinta menatap Xena penuh harap.
" Buat sono lo kira anak itu kodok apa yang gampang lo temuin di pinggir jalan. Apa lagi tampang-tampang kayak Al bheh tak ada duanya di dunia. Dia tu produk luar makanya gak ada lawan." Ucap Xena ngelantur yang langsung di toyor Sinta.
" Ck, gitu aja balagu loh. Noh, si Aca juga kayak gitu bibit unggul lagi, ada lawan emang." Ucap Sinta emosi menatap sang keponakan.
" Udah deh bagus kita masak biat tih bocah main berdua biar akur. Lo lapar kan makanya lo kesini." Jawab Xena yang sudah tahu seluk beluk sang sahabat. Jika di apartementnya kosong maka dia akan ke rumhanya untuk numpang makan. Maklum anak kos makanya hemat pengeluaran dan minim pemasukan.
" Hehehe, si ibuk tau aja tuh. Makin cayang deh, mau aku peluk juga kayak Aca meluk tu bocah, gak." Tanya Sinta yang langsung di tatap tajam oleh Xena.
" Gak usah makasih, cepat gih bantuin gue. Kasihan si Al udah kelaparan." Ucap Xene menuju dapur dan diikuti oleh Sinta di belakangnya.
Flassback of
" Tamu kok gitu cih, kan aku udah nembak kamu kemalin." Ucap Al yang sudah mulai fasih berbicara.
" Tapan ? tak ada tuh, kamu tipu aku tak mau." Ucap Aca menatap bocah laki-laki itu malas.
" Kamu ni gak boleh gitu, curang." Ucapnya Al kesal.
Xena yang melihat perdebatan kedua bocah yang tak selesai-selesai, langsung menatap mereka marah dan juga murka. Al yang sama sekali belum mandi dan Aca yang malah belum menghabiskan makanannya membuat Xena menatap para bocah tersebut jengah dan juga malas.
" Aca, aunty mau kamu cepat habiskan sarapan yang udah aunty buat dan kamu Al. Cepat mandi dan setelah itu pergi ke rumah makan. Kita mau jalan-jalan habis ini." Ucap Xena kesal membuat kedua bocah tersebut menunduk kesal dan langsung bersorak bahagia saat mendengar kata jalan-jalan yang keluar dari mulut Xena.
" YES." Sorak mereka berdua bahagia.
" Hmm, lambat satu menit batal jalan-jalnnya." Jawab Xena dan keluar dari kamar bocah laki-laki itu dan diikuti oleh kepergian Aca di belakangnya.
" Yes ama." Ucap Al dan langsung berlari ke dalam kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kastinah
bacanya cape Thor lidahnya ikutan kaku
2021-06-02
0
Atika Burgit
bahasa anak kecil nya gak jlas,, sudah berpa novel yang aku baca ada anak2 nya juga
tetapi ngerti aku baca nya.
walau di buat cedal
dan ini kn novel cerita di luar neggri tetapi sperti bahasa anak jakarta😂
2021-03-24
0
Ilham Ramadhan
maap toh saya jadi pening banyak membaca kata2 yg ga helas saya paham kalau itu ucapan anak kecil yg masih velum jelas tapi tolong dong aga di jelaskan aja biar gapusing membacanya . trima kasih
2021-03-16
2