"okhok okhok" Ian merangkak keluar dari mobilnya yang tadi sempat terbalik.
"Hey cepat tolong aku" Vino terjepit. Perutnya sudah berada di jendela mobil. Padahal ia sudah bersusah payah untuk keluar,namun hasilnya tetap nihil.
"Kau menyusahkan" Ian lebih memilih untuk menolong Putra yang sudah pingsan di dalam mobil. Namun tubuh Putra mudah untuk di keluarkan.
"Dasar kau" gerutu Vino.
"Apa yang mau kamu berikan padaku jika aku menolong mu hah?" Ian menarik tangan Vino.
"Mobil"
Ucapan Vino membuat Ian semangat, pantaslah. Siapa yang tak mengenal ayah Vino, seorang pengusaha sukses yang terkenal dimana-mana.
"Tepati janjimu" Ian menatap yakin Vino yang sedang mengusap seluruh tubuh setelah keluar dengan sempurna.
"Mobil derek" Vino beranjak menuju tempat Putra yang sedang di senderkan di bawah tiang listrik.
"Apah?" Ian kesal. Ia mengikuti Vino dan berjongkok memeriksa keadaan Putra.
"Siapa mereka" Vino mengamati muka Putra yang penuh luka.
"Entahlah,di pikiranku hanya kiamat" Ian kini serius.
"Jaga otakmu" Vino menonjok dahi Ian dengan jarinya.
"Hissssh" Ian mendengus. Ia juga takut, pesawat itu masih di atas mereka.
Ketiga murid kelas 12 itu masih saja bingung dari tadi, apa itu?
Ian dan Vino berpikir,namun semakin keras mereka berpikir malah semakin buntung saja rasanya.
'Cusssss duaaaaar'
Tiang listrik yang di gunakan sebagai senderan Putra kini di tembak tepat dimana listrik saling terhubung.
"Gawat" guman Vino, ia langsung mengangkat dan menggendong tubuh berat Putra yang masih pingsan. Ian hanya tercengang, darimana asal tembakan itu? Ia mencari-cari.
Vino menendang kaki Ian yang masih melamun dari tadi, mereka berlari masuk ke dalam sebuah toko buku.
"Tutup pintunya" suruh Vino. Ia meletakkan tubuh Putra di meja tempat kasir.
Ian gemetaran, bahkan permintaan Vino untuk menutup pintu pun terasa berat.
Ian menutup pintu dengan gemetaran di sertai rasa takut.
"Vin? Ini sebenernya apa sih? Apa bener dugaan ku?" Ian masih saja merinding.
"Kau kira? Aku tak takut apa jika memang benar" bentak Vino.
Ian menunduk,benar juga kata Vino.
"Kau jaga dia,aku akan mencari Air" Vino pergi ke sebuah pintu dimana mungkin itu adalah toilet.
"Iya" Ian menjawab lesu sembari mengelap darah di muka Putra dengan baju putihnya.
.
.
"Aaaaaaaaaaaaaah" teriakan dua orang gadis setelah seseorang masuk ke ruangan sempit ini.
Vino terkejut,ia juga mengira bahwa gadis-gadis itu adalah makhluk gaib.
"Kalian?" Vino tak menyangka. Ia bertemu dengan Mesya dan Tya,teman kelasnya.
"Vino?" Keduanya serempak memeluk Vino tanpa ijin.
"Aku kira setan" gumam Tya.
Vino risih,bahkan sangat tak enak sekali. Ia mulai mengendorkan kedua pelukan gadis itu.
"Maaf Vin,kita refleks,jangan kau ge-er juga" Mesya menyunting.
"Kalian kenapa di sini?" Vino mengernyit.
"Kau tau? Makhluk-makhluk aneh itu menculik semua orang" jelas Tya dengan nada mengerikan.
"Makhluk?"
"Mmm bener Vin,kita emang gak liat secara keseluruhan,tapi aku sama Tya memang bener liat kalo ada sesuatu yang nyulik orang-orang" kini Mesya menjawab. Vino masih tak bersuara. Apakah ini hanya konspirasi belaka atau memang benar? Jika benar ini konspirasi, sudah tentu berhubungan dengan negara.
"Ya udah,ikut aku sekarang" Vino menyalakan kran dan memasukan air ke dalam gayung.
"Kemana?" Keduanya bingung.
"Keluar" Vino berjalan, kedua wanita itu langsung mengikuti dengan cepat karena mereka takut.
Muka Putra sudah lumayan bersih setelah darahnya di bersihkan oleh Ian.
"Jangan lama-lama pingsannya" Ian menatap tajam muka Putra yang sedang tepar itu. Namun Ian justru kaget setelah Putra membuka matanya secara tiba-tiba."eh eh eh" Ian beringsut kaget,mata Putra yang melotot sungguh menakutkan.
"Auhhh sakit banget nih kepala" Putra duduk dan memegangi kepalanya.
"Apa kau tak punya sopan santun?,aku hampir jantung" Ian mencolek sedikit lengan Putra.
"Eh,dah bangun juga kau?" Vino datang dengan air di tangannya. Putra mengaguk setelah kepalanya sedikit pulih.
"Eh kok ada kalian juga?" Ian menyadari bahwa ada dua wanita di belakang Vino.
Kedua perempuan itu nyengir.
"Nih minum put" Vino menyodorkan.
"Apa nih? Air keran?" Putra heran. Vino hanya meringis.
"Katanya kamu orang kaya,ngasih air aja air keran" Putra menjengah.
"Hehehehe,udan baikan kan?" Vino mengubah topik.
"Udah" Putra menampung air itu dengan tangannya.
"Oke oke,aku mau tanya sama kalian semua sekarang ...ini sebenernya ada apa sih?" Tya memulai keseriusan.
Semua termenung.
"Alien" Putra menyimpulkan. Ia agak malu sebenarnya dengan Mesya yang mengamatinya,dari kelas 10 ia enggan berkenalan bahkan bertutur sapa dengan Mesya. Putra merasa malu pada Mesya tanpa alasan.
"Apa itu nyata? Kupikir itu cuma mitos" Vino duduk di samping Putra,yang lainnya masih berdiri.
"Tapi pesawat sama ledakan-ledakan itu asli" sambung Mesya.
"Kita bakal buktiin" Ian menarik ponselnya dari saku dan berjalan ke arah pintu.
"Kemana kau?" Putra mencegah dengan ucapannya.
"Mau telpon mamah" Ian melirik sinis.
"Kalau bener ada makhluk itu di depan sana gimana?"
"Eh iya,gak jadi lah" Ian kembali mendekat pada Putra,rasa takutnya kembali.
"Jadi ini gimana?" Tya kembali memfokuskan pembicaraan.
"Apa pesawatnya masih di atas toko ini?" Tanya Mesya.
"Masih, pesawat itu terlalu lebar,dan aku benci benda terbang itu" Ian kesal dengan pertanyaan itu.
"Oke gini aja, pertama kita bakal lari cari tempat ter aman. Pokoknya jangan sampe kita ada di bawah pesawat ini" jelas Mesya. Ia memang orang paling cerdas, khas dengan rambut kuncir kuda dan kacamata yang melingkar di mata. Namun ia tak pernah di anggap cupu karena ia bukanlah sosok pemalu. Tapi dia juga tak punya banyak teman.
"Pake apa coba?" Vino kembali bertanya.
"Ya kita cari sesuatu kek" Mesya mengangkat bahunya sekejap.
"Biar aku aja yang periksa di luar, siapa tau ada mobil yang masih bisa di pake" Vino bangkit.
"Ikut" Putra ikut-ikutan.tubuhnya terasa sedikit berat dan sakit namun masih dapat ia atasi.
"Beneran?" Vino berbalik menghadap Putra yang sudah berdiri tepat di belakangnya.
Putra mengangguk yakin.
"Dan aku?" Ian menunjuk dirinya.
"Jaga mereka" Putra menunjuk dua wanita.
"Ati-ati di jalan" Tya memberikan ucapan itu sebelum Putra dan Vino keluar melewati pintu.
Vino dan Putra mindik-mindik,entah kenapa namun mereka terlihat seperti pencuri kesasar jika sedang seperti itu.
"Kau liat,ada mobil di seberang. Masih cakep juga" Putra menunjuk sebuah mobil merah mewah yang kelihatannya hanya dapat di miliki oleh seorang bangsawan. Mereka berdua juga sedang mengumpat di balik mobil yang juga terbalik dengan ban di atas.
"Baiklah, Sekarang kau kembali dan beritahu mereka,aku akan kembali ke sini membawa mobil itu. Sekarang" Vino langsung lari sekencang-kencangnya menuju mobil yang diincar setelah menyelesaikan ucapannya.
Namun sesuatu juga sedang mengincarnya dengan tembakan-tembakan yang selalu mengekor di belakangnya.
"Dasar ceroboh" Putra kembali ke dalam toko dan memberikan informasi tersebut pada ke tiga kawannya.
"Sekarang kita keluar dan tunggu Vino" Putra mengajak.
"Yang benar saja" Ian beringsut. Ia sedang menjelaskan kejadian mobil terbaliknya pada dua wanita itu namun terpotong oleh Putra.
"Kau mau hidup atau tidak?" Putra pergi ke tempat tadi dan terlihat di seberang, Vino masih mengotak-atik di area setir, dengan tembakan-tembakan yang sasarannya di sekitar Vino berada. Beruntung mobil itu mampu melindungi Vino yang ada di dalamnya.
.
.
"Sial" Vino mencoba menghubungkan kabel-kabel yang amat rumit. Kuncinya tak ada jadi apa boleh buat.
*ctk...
ngggrrrrr*....
Mobilnya menyala, syukur. Vino langsung menyetir kencang ke arah teman-temannya yang sedang mengkhawatirkan dirinya.
Stttttttt
.
"Cepatlah" Vino menyuruh semua kawannya.
Semua masuk ke dalam mobil...sesak sekali ah.
Vino menancap gas.
"Maaf,aku lupa menghitung kita semua" Putra duduk di samping Vino dan melihat ke belakang dimana tiga orang masih mengatur duduknya.
"Kau sungguh tega" Ian kesal.
Teriakan di mobil itu di dominasi oleh dua wanita, ya mereka sadar. Mereka sedang menjadi sasaran tembakan tanpa henti sedari tadi.
"Cepatlah Vin" Tya memeluk lengan Mesya.
"Sedang ku usahakan" Vino menyetir dengan lihai, sungguh.
Asap-asap dari sisa ledakan membuat jalanan tak terlihat dan medan menyetir pun semakin sulit di lalui. Apa yang akan mereka lakukan.
"Apa kita tak di tembaki lagi?" Vino mulai memelankan gas setelah tak terdengar bunyi tembakan-tembakan.
"Kukira tidak" Ian merasa sedikit lega. Namun hanya sekejap. Tiba-tiba ledakan besar terjadi di hadapan mobil mereka, mau tak mau Vino harus mengerem mendadak.
Sseeeeeeerttt. Semua agak terdorong ke depan.
"Mati kita" Vino melihat lubang di depannya, jalan itu tak mungkin dapat di lewati lagi. Kanan dan kiri juga sudah sesak oleh kendaraan yang berserakan.
"Kita harus apa sekarang?" Ian mendengus.
"Keluar dan lari dengan cepat" Putra menjelaskan secara singkat. Kemudian ia dan Vino langsung keluar tanpa pamit.
Semuanya lari terbirit-birit setelah keluar dari mobil. Mereka lari dengan sejajar menapaki jalan raya.
"Kemana lagi kita?" Tya berkomentar di sela jalan cepatnya.
"Entahlah" Putra masih berlari kencang.
Tembakan masih menyertai mereka,entah dari mana asalnya. Kemudian...
Buuuuuuum...
Mereka di bom dan terpental ke segala arah,mereka terpisah satu sama lain.
Ian lemas dan pingsan entah dimana. Di sampingnya juga ada Tya yang sama kondisinya bahkan lebih buruk.
Vino sendiri,ia terbaring tak berdaya di tengah jalan, sedangkan Mesya dan Putra terpental ke sisi kanan.
Hampa...
Kesadaran mereka mulai hilang seiring detik. Mungkin tidak ada harapan lagi...
Namun..
"Cepat angkat mereka, mereka masih hidup" suara bisik-bisik dari seorang tentara gagah. Mereka langsung membawa pemuda-pemudi yang tak berdaya itu ke tempat persembunyiannya.
.
End
Baru part 2
jangan lupa kasih like, :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments