27 Januari 2321, pukul 12.23 WIB.
**
Di ruangan Pusat Penelitian Gerbang, seluruh orang di tempat ini terlihat gelisah.
“Jadi benda itu memang benar-benar begerak?” tanya Komandan unit ini.
“Ya, gerbang sudah bergeser sejauh 20 km dari tempat asalanya,” jawab bawahannya yang masih mengendalikan pesawat tanpa awaknya.
Itu pergerakan yang cukup cepat bagi ‘benda mati’ seperti Gerbang tersebut. Bahkan Gerbang akan mendekati Pulau Belitung dalam hitungan setengah hari.
Banyak kapal perang pasukan dunia lain yang ‘mengawal’ Gerbang. Jumlahnya memang belum diketahui, namun jika dilihat jumlah kapal perang tersebut lebih dari 50 kapal perang.
Alarm evakuasi dibunyikan di seluruh pulau yang menjadi bagian Provinsi Bangka Belitung tersebut. Penduduk yang berada di pulau-pulau di sekitar Pulau Belitung juga telah di evakusi ke pulau Bangka.
TNI AL tentu saja bekerja keras untuk mengevakuasi penduduk ke tempat yang aman. Namun yang menjadi masalah adalah beberapa penduduk yang menolak untuk meninggalkan tempat tinggalnya.
Itu terjadi pada seluruh penduduk Indonesia yang wilayahnya berhasil ditaklukan pasukan dunia lain. Bahkan beberapa dari mereka tidak percaya jika pasukan dunia lain itu tidak ada. Jumlah orang yang tidak percaya keberadaan pasukan dunia lain tidak lah sedikit.
Mereka berpikir jika hal itu hanya bagian pemerintah untuk mendapatkan tanah mereka secara gratis.
Penduduk yang tidak percaya keberadaan Gerbang dan pasukan dunia lain mengadakan demo di wliayah masing-masing. Dan itu tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Tentu saja ini memudahkan pasukan dunia lain untuk menaklukan wilayah para penduduk yang tidak percaya dengan keberadaan mereka.
Bahkan pasukan dunia lain berhasil membuat penduduk mengusir para prajurit dari wilayah mereka. Mereka bahkan tidak perlu menumpahkan darah untuk menaklukan beberapa wilayah Indonesia karena ‘kebodohan’ penduduknya sendiri.
Namun bukan berarti wilayah lain yang ditaklukan pasukan dunia lain dilakukan dengan cara seperti itu. Pasukan dunia lain harus melawan prajurit dan penduduk yang menjadi kekuatan tambahan dan tentunya akan mati dengan mudah.
Hasilnya adalah kekalahan di pihak TNI dan penduduk yang merelakan wilayah mereka menjadi milik musuh serta korban di pihak penduduk yang tidak sedikit.
Akhirnya penduduk di wilayah yang ditaklukan pasukan dunia lain harus berakhir menjadi pengungsi di wilayah yang belum ditaklukan musuh.
Selain kehidupan yang tidak menentu, mereka juga dibayang-bayangi pertempuran yang sedikit ‘berat sebelah’ antara TNI dan pasukan dunia lain.
Kehidupan yang tidak menentu disini adalah tempat mengungsi yang jauh dari tempat asal dan hanya bergantung pada bantuan dari pemerintah atau dermawan.
Apalagi penduduk di sekitar Gerbang yang hidup dengan tidak tenang dan rasa takut yang terus menemani setiap hari sejak kemunculan benda itu.
Namun belum di ketahui apakah Gerbang benar-benar mendekat ke Pulau Jawa atau bergeser ke pulau lain.
Berita ini tersebar ke seluruh dunia karena kejadian yang pertama kali terjadi sejak kemunculan Gerbang dan juga belum pernah terpikirkan sebelumnya jika benda ini dapat bergerak.
**
Di tempat latihan tembak, Nio melakukan latihan tembak nyata dengan sasaran hologram yang dapat bergerak.
Kali ini latihan menggunakan sistem ‘skor’. Prajurit yang berhasil mengenai sasaran terbanyak akan mendapatkan poin terbanyak dengan hadiah yang masih dirahasiakan.
Tentu saja yang membuat sistem ini adalah sang Kapten, Herlina. Dengan iming-iming hadiah yang akan diberikan Nio terlihat sungguh-sungguh melakukan latihan tembak yang dia lakukan.
Tentu saja Herlina ada maksud lain dari membuat sistem ini. Karena mulai besok beberapa prajurit dari Kompinya akan mengikuti pelatihan menjadi Pasukan Pelajar Khusus.
Herlina juga ingin para anggotanya bertambah handal dalam hal menembak.
“Berhenti!” perintah Herlina yang diikuti seluruh prajurit yang mengehentikan tembakkanya ke arah sasaran.
“Latihan hari ini kita sudahi. Silahkan beristirahat dengan cukup. Dan bagi prajurit yang akan mengikuti pelatihan besok saya harap menyiapkan segalanya untuk hari yang mungkin akan menjadi yang terberat,” ucap Herlina dengan tegas yang membuat seluruh prajurit yang akan mengikuti pelatihan besok menjadi bersemangat mengingat Kapten mereka yang merupakan seorang perempuan cantik.
Mengenai kecantikan Herlina, tentu saja para prajurit menjadi tepesona terhadapnya. Bahkan sifat tegas Herlina tetap terlihat lembut menurut mereka yang jatuh hati kepada Herlina.
Bahkan prajurit dari Kompi 32 yang masih berada di kota bawah tanah Kota Karanganyar juga terpesona dengan Herlina, tentu saja termasuk Surya.
Omong-omong tentang Surya, dia juga ikut mengawasi latihan tembak nyata para prajurit. Tujuannya karena ingin melihat kehebatan Tania dalam hal menembak.
“Akan saya umumkan 3 prajurit yang memperoleh skor tertinggi,” ucap Surya dengan membawa selembar kertas berisi data kemampuan menembak prajurit.
“Peringkat 3 diisi oleh Sersan Rio, peringkat 2 diisi oleh Sersan Nio dan peringkat satu diisi oleh Sersan Tania,” kata Surya dengan kalimat akhir yang ia tegaskan dengan tujuan membanggakan Tania.
Prajurit yang memperoleh skor sedikit hanya bisa merelakan mereka bertiga memperoleh hadiah yang berupa sebuah amplop yang masing-masing dari mereka bertiga terima dengan wajah heran.
“Rio, apa ini isinya uang?” celetuk Nio.
“Semoga saja ‘cek’ “ jawab Rio dengan senyum jahil.
“Hahaha, semoga saja.”
Tania hanya melihat mereka berdua yang tertawa kecil dengan tatapan datar khasnya.
“Sekian, silahkan kembali ke tempat masing-masing dan sampai jumpa besok,” kata Surya.
Seluruh prajurit berjalan kembali ke asrama masing-masing. Namun Surya terlihat sedang berbincang-bincang dengan Herlina.
Nio melirik ke arah mereka berdua sebelum bajunya di tarik oleh Rio yang berkata, “Jangan nguping pembicaraan atasan.”
“Iya…,” jawab Nio dengan nada mengeluh.
Mereka berdua kemudian menuju kursi panjang yang disediakan dan duduk di situ. Mereka kemudian menyobek bagian amplop yang melekat dan mengeluarkan isinya yang berupa selembar kertas.
“Hei, aku boleh duduk di sini juga?” tanya Tania dengan nada tanya yang datar.
“tentu saja,” jawab Nio sambil bergeser sedikit untuk memberi ruang untuk Tania.
Tania juga melakukan hal yang sama seperti yang Nio dan Rio lakukan tadi dan mengeluarkan selembar kertas juga.
“Apa-apaan ini?” ucap Nio dengan kesal setelah membaca tulisan di kertas itu.
“Uang, mana uangnya?” kata Rio setelah membaca tulisan di kertasnya.
Sementara Tania terlihat biasa saja saat membaca kertasnya.
Nio kemudian membanting dan menginjak-injak kertasnya yang ternyata berisi ucapan ‘selamat’ saja.
Rio masih mencari keredaan uang di kertas yang ia pegang, kertas Rio juga bertuliskan yang sama dengan Nio.
Kecuali dengan kertas milik Tania yang bukan ucapan selamat seperti yang Nio dan Rio terima.
“Sialan,” batin Tania dengan masih memperlihatkan ekspresi datarnya.
Tania meremas kertasnya dan membuangnya secara sembarangan. Tulisan yang ada di kertasnya hanyalah gambar jempol.
Namun perhatian mereka bertiga beralih ke Surya dan Herlina yang sedang berjalan bersama. Surya terlihat senang, namun Herlina berkebalikan.
Nio dan Rio tersenyum licik bersamaan seakan memiliki rencana sambil berkata, “Gas?”
Tania hanya melihat mereka berdua berjalan dengan mengendap-endap kearah Surya dan Herlina berjalan.
“Aku ikut,” kata Tania.
“Eh, serius?” tanya Nio.
“Ya.”
Tania kemudian juga ikut mereka berdua tanpa menyembunyikan diri sama sekali.
Nio dan Rio berhenti saat Surya dan Herlina juga berhenti di samping asrama tempat tinggal Nio.
Nio dan Rio terpaksa bersembunyi di kebun samping asrama dengan Tania yang masih mengikuti mereka berdua.
Nio segera menarik tangan Tania untuk ikut bersembunyi agar tidak diketahui Surya.
Dari tempat mereka bertiga bersembunyi, mereka dapat sedikit mendengar apa yang Surya dan Herlina bicarakan.
Sementara itu Surya dalam keadaan gugup setelah berhasil mengajak Herlina jalan bersamanya.
“Jadi, apa yang ingin kau katakan?” tanya Herlina sambil melihat jam tangannya.
“Emm, anu…,” Surya terlihat gugup.
Surya memiliki sifat yang berkebalikan dari badannya yang ideal bagi seorang tentara.
“Cepatlah, pemandian prajurit perempuan sebentar lagi ramai,” Kata Herlina mendesak Surya.
Sementara itu Nio melihat kakaknya turun dari tangga yang menuju ke tempat Surya dan Herlina berada.
“Nio, kenapa kakakmu ada di situ?” ucap Rio dengan mengkhawatirkan Surya dan Herlina jika Arunika benar-benar bertemu mereka berdua.
“Sial, dia akan mengganggu mereka berdua,” gumam Nio yang juga mengkhawatirkan Surya dan Herlina.
Tania tiba-tiba berdiri yang menyebabkan dirinya terlihat oleh Surya yang membuatnya terkejut.
“Se-sedang apa kau disini, Tania?” ucap Surya dengan gugup.
Beberapa saat kemudian Arunika yang berjalan menuruni tangga juga melihat Herlina dan Surya.
“Ah, Kapten Herlina. Apa kau melihat Nio,” ucap Arunika seakan tidak tahu situasi yang sedang dialaminya.
Ya, Tania dan Arunika sama-sama mengacaukan pernyataan perasaan Surya pada Herlina.
“Tania, kenapa kau melakukan itu?” tanya Nio yang juga menampakkan diri bersama Rio.
“Kakakmu mengacaukan situasi, aku hanya membantu memperburuknya saja,” jawab Tania dengan tanang kemudian pergi ke arah asramanya.
Sementara itu Herlina melihat lagi jam tangannya dan kemudian berkata, “Tidak ada lagi yang akan kau katakan kan?. Kalau begitu aku pergi dulu sebelum pemandiannya penuh.”
“Tung---,” Surya tidak melanjutkan perkataannya karena Herlina berjalan menjauhinya tanpa ada tanda-tanda dia akan mendengarkan apa yang akan Surya katakan.
Arunika melihat Surya dengan ekspresi ‘tidak tahu apa-apa’.
Nio dengan gugup berjalan ke arah kakaknya, sementara itu Rio lebih memilih untuk pulang ke asramanya.
Arunika kemudian menarik tangan Nio dan berjalan menuju asrama Nio meninggalkan Surya yang bisa dikatakan sedang mengalami ‘patah hati’.
**
Nio dan Arunika duduk bersebelahan saat makan malam dan tanpa pembicaraan apapun lagi.
Namun ada yang berbeda dengan makan malam sekarang, karena menunya adalah mi instan varian goreng yang sangat Nio sukai.
Karena Nio akan berangkan ke pelatihan besok dan mungkin dia tidak akan makan mi instan lagi, itu sebabnya Arunika memasakkan ini untuk adiknya.
Setelah makan malam, mereka berdua duduk bersebelahan lagi. Kali ini dengan saling bersandar satu sama lain lagi.
Arunika ingin menikmati malam bersama Nio sebelum dia berangkat besok.
“Kakak?” tanya Nio dengan terkejut.
“Apa?” jawab Arunika dengan tenang.
Nio tidak berkata apa-apa lagi dan membiarkan kakaknya menggenggam tangannya meski terasa aneh.
“Apa kau merasa yang kulakukan ini aneh?” tanya Arunika.
“Jelas,” jawab Nio dengan tegas.
Arunika kemudian tersenyum dan kemudian memegang tangan Nio dengan kedua tangannya.
“Anggap saja ini sebagai jimat keberuntungan mu,” ucap Arunika sambil menggenggam tangan Nio dengan kedua tangannya.
Nio menatap heran kakaknya dan berkata, “Serius, ini yang kau sebut jimat keberuntungan?”
“Biarkan aku seperti ini setelah kau melanggar janji itu,” ucap Arunika sambil menatap serius ke arah mata Nio.
“Ba-baiklah, lakukan sesukamu saja,” jawab Nio sambil memalingkan wajahnya dari tatapan Arunika.
“Kalau begini boleh?” tanya Arunika yang semakin membuat Nio salah paham.
Dia mengira kakaknya sudah tidak tahu batasan antara saudara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
no simp in army
2022-01-02
0
Wynstelle
Aku kasih bom like nih buat kakak.. semangat balik ya nulisnya🌻
2021-03-18
2
Ria Diana Santi
5 like hadir! Di tunggu feedback nya!
2021-03-06
1