23 Januari 2321, pukul 12.21 WIB.
**
Di tempat pengintaian yang dikhususkan untuk mengintai spiral ungu di Selat Karimata. Tempat ini berada di Pusat Pemerintahan Sementara di kota bawah tanah Kota Jakarta.
Kebanyakan petugas disini adalah Prajurit Pasukan Utama yang berada di ‘Unit Pengintai Gerbang’.
Gerbang yang dimaksud disini tentu saja spiral ungu tersebut. Disebut ‘Gerbang’ karena tempat itu mengeluarkan banyak pasukan dari tempat yang tidak diketahui.
(Informasi: Belum ada perintah melakukan pengintaian mengenai dalam spiral karena sejak kemunculannya spiral selalu dijaga ketat oleh pasukan dunia lain. Tentu saja pihak militer belum berani untuk mengambil langkah ini karena peralatan dan daya yang terbatas. Pesawat tanpa awak hanya dapat mengintai selama 9 jam tanpa henti. Jika harus mengintai bagian dalam spiral kemungkinan pesawat tanpa awak akan lebih dulu kehabisan daya. Hal itu terjadi pada militer diseluruh dunia.)
Ada banyak monitor sebagai alat bekerja para petugas dan sebuah layar LCD berukuran besar untuk memperlihatkan spiral ungu yang dijaga puluhan kapal perang pasukan dunia lain.
Beberapa petugas memperbaharui keadaan terkini spiral ungu. Beberapa lagi mengendalikan pesawat tanpa awak untuk mengitari spiral ungu dan mencoba untuk tidak diketahui prajurit musuh yang berada di atas kapal perang pasukan dunia lain.
“Hei sepertinya ada yang aneh dengan spiral itu, “ ucap salah satu prajurit yang mengontrol salah satu pesawat tanpa awak.
“Memangnya ada apa?” tanya rekannya.
“Kapal-kapal yang melindungi spiral itu terlihat menjauh.”
“Benarkah?”
Rekan prajurit yang melihat keanehan pada spiral ungu mulai memperbarui rekaman yang diputar pada layar LCD agar seluruh orang ditempat ini dapat mengamati.
Semua orang yang ada di tempat ini melihat pada layar LCD. Mereka melihat sungguh-sungguh untuk melihat memang ada keanehan atau tidak.
“Apa spiral itu bergerak?” ucap salah satu prajurit.
“Entahlah. Tapi mungkin saja itu hanya arus laut yang tidak tenang,” jawab rekannya.
Memang cuaca di tempat spiral ungu itu berada tidak terlalu bagus. Namun siapa yang tahu jika spiral ungu itu benar-benar bergerak?.
**
Di atas salah satu kapal perang pasukan dunia lain yang melindungi spiral ungu di Selat Karimata.
Seorang pemimpin pasukan ini terlihat tersenyum sambil berdiri di tempat paling tinggi di kapalnya. Seluruh prajurit dapat melihat dirinya meski dari jarak 25 meter.
“Kemenangan bagi Kerajaan akan terwujud setelah ‘Gerbang’ ini mencapai pusat wilayah negara ini. Berikan semangat kalian pada Kerajaan kita…!” ucapnya dengan nada yang keras dengan sekali tarik nafas.
Entah seluruh bawahannya mendengar ucapannya atau tidak.
Namun seluruh prajurit serentak membalas, “Siap…!”
Spiral ungu yang mereka sebut sebagai ‘Gerbang’ memang benar-benar bergerak. Hal itu menyebabkan gelombang kecil di sekitar Gerbang.
Cuaca di tengah laut ini memang sedikit buruk dan membuat Gerbang yang bergerak terlihat hanya terkena arus laut yang cukup kuat. Itu yang membuat orang-orang di Unit Pengintai Gerbang beranggapan seperti demikian.
Itu artinya tidak ada yang mengetahui jika Gerbang bergerak ke arah Pulau Jawa dengan kecepatan pelan.
**
Nio melihat satu orang prajurit dunia lain terkena tembakan lagi.
“Sial, kabur…!” ucap salah satu prajurit dunia lain yang mengejar Nio yang masih hidup.
Mereka berlari tanpa arah yang mungkin saja membuat mereka tersesat atau semacamnya.
Tanpa pikir panjang Nio juga berlari ke arah pasukan utama berada. Pasukan utama masih melakukan pertempuran dengan pasukan penunggang naga.
Saat berlari, Nio melihat keatas seluruh gedung untuk mencari keberadaan Tania yang mungkin saja berada di salah satu gedung sekitar tempat Nio berlari.
Saat berada di depan gedung tempat Tania berada ada suara memanggil Nio dari atas.
“Jadi benar-benar dia yang melindungi ku?” gumam Nio dengan senyum kecutnya.
Tania melihat kebawah tempat Nio berada sambil berkata, “ Nio, tunggu aku…!”
Dengan cepat Tania menuruni satu per satu anak tangga gedung ini. Sesekali dia juga bertemu orang-orang yang berlindung di gedung ini. Tentu saja mereka terlihat ketakutan, namun bukan kepada Tania. Yang mereka takutkan tentu saja pertempuran yang masih terjadi hingga malam ini. Ditambah suasana gedung yang gelap menambah kesuraman suasana.
Hari memang belum terlalu malam dan sinar matahari masih sedikit terlihat diantara bangunan. Namun penerangan yang belum berfungsi membuat suasana gelap menyulitkan pasukan utama untuk menyerang naga-naga yang terbang maupun yang berjalan.
Pasukan penunggang naga belum memperlihatkan tanda-tanda akan segera mundur meski naga ‘terkuat’ mereka sudah mati.
Selama Komandan pasukan ini masih hidup, dengan keadaan apapun pasukan ini akan tetap melakukan pertempuran meski peluru kendali anti-tank sudah diarahkan pada naga-naga yang tersisa.
Peluru kendali selanjutnya telah siap untuk ditembakkan, tinggal menunggu perintah dari Surya.
Sementara itu Herlina masih ikut menghujani sisa prajurit serta naga musuh dengan sisa peluru yang mereka miliki.
Yang paling diandalkan di pasukan ini adalah penembak jitu yang hampir kehabisan amunisi. 3 orang dari mereka sudah mundur dan melapor pada Surya.
“Kenapa kalian mundur!?” tanya Surya denan wajah kesal karena dia belum memerintahkan penembak jitu untuk mundur.
“Maaf, kami kehabisan amunisi dan ingin mengambilnya lagi di truk pengangkut,” jawab salah satu prajurit.
Setelah itu ketiga prajurit tersebut berlari ke truk pengangkut yang berada di samping kendaraan pengangkut peluru kendali yang siap menembakkan amunisinya.
“Padahal cuma berdiri memerintah saja, tapi kenapa dia bisa jadi Kapten sih?” ucap salah satu prajurit yang membuka kotak berisi amunisi bagi penembak jitu.
“Diam saja, tapi menurutku lebih pantas Kapten Herlina yang jadi kapten kita,” jawab rekannya.
“Aku setuju,” jawab rekannya yang satu lagi.
Mereka keluar dari truk pengangkut dengan membawa beberapa magasin untuk mereka sendiri dan bagi rekan mereka yang juga hampir kehabisan amunisi.
Saat mereka keluar dari truk, terlihat 5 ekor naga terbang diatas mereka dan membakar truk. Dengan cepat ketiga prajurit tersebut melompat dan hampir terkena semburan api yang langsung membakar truk tersebut.
Melihat itu Herlina langsung berteriak, “Semua berlari, menjauh dari truk itu…!”
Seluruh prajurit berlari dengan kacau saat api yang membakar truk tersebut mulai membesar.
Kendaraan lapis baja yang berada di dekat truk pengangkut segera dijauhkan yang membuat pengendaranya harus sangat berhati-hati.
Karena truk mengangkut barang yang mudah meledak, mereka menjauh beberapa puluh meter dari truk itu.
“Syukurlah masih sempat,” ucap Herlina dan prajurit lain sambil mengelus dada.
Karena beberapa saat kemudian truk meledak dan menyebabkan gelombang kejut yang mengejutkan dan menghempaskan beberapa orang.
Gedung di sekitar truk juga mengalami kerusakan. Pasukan penunggang naga yang terbang di atas pasukan tadi juga terkena dampaknya yang menyebabkan prajurit yang menunggang naga terjatuh ke darat dengan keras. Salah satunya tepat mendarat di truk yang masih terbakar dan beberapa amunisi yang belum terbakar juga masih berada disitu.
Komandan pasukan penunggang naga berkata dengan wajah heran, “Ledakan besar apa itu tadi?”
“Tidak tahu Komandan, tapi itu berasal dari musuh,” jawab bawahannya.
“Itu bagus. Seluruh pasukan maju…!” perintahnya.
Seluruh pasukan yang tersisa maju dengan cepat yang menyebabkan penembak jitu yang berada tidak jauh dari mereka harus berlari mundur.
Bersamaan dengan itu, beberapa peluru kendali meluncur ke arah pasukan musuh yang terus mendekat.
“Siapa yang memerintahka kalian untuk menembak hah!?” ucap Surya dengan nada marah.
Karena dia tidak segera memberi perintah dan pasukan musuh terus mendekat yang mengancam pasukan yang lain. Namun ada alasan lain kenapa prajurit yang mengoperasikan peluru kendali langsung menembakkan peluru kendali tanpa perintah dari Surya.
“Mohon maaf, tapi situasi sangat gawat dan anda tidak segera memberi perintah untuk menembak,” ucap salah satu prajurit.
Surya tentu saja bertambah kesal dengan jawaban itu dan segera mendengkeram kerah seragam prajurit itu dan dengan geram berkata, “Aku Kaptennya, dan aku yang memberi perintah.”
Prajurit yang melihat itu langsung tidak berani melihat Surya yang terlihat kesal.
Beberapa dari mereka bergumam, “Apa benar dia yang mengalahkan pasukan musuh?”
“Percaya tidak percaya deh,” jawab rekannya.
Namun berkat serangan mendadak itu cukup membuat kacau pasukan musuh yang sudah hampir hancur itu.
Komandan pasukan penunggang naga terkena serangan tersebut yang membuatnya mati.
Pasukannya yang melihat komandan mereka sudah mati memilih untuk tidak melanjutkan pertempuran dan mengangkat kedua tangan.
Melihat itu, Herlina memberi kode untuk menghentikan tembakkan.
Perlahan prajurit musuh meninggalkan naga mereka dan maju menuju pasukan utama yang siaga dengan musuh yang menyerah.
Beberapa prajurit dikirim untuk menahan prajurit musuh. Tapi yang menjadi masalah adalah para naga yang ditinggal pemiliknya.
Tidak ada pilihan lain selain membunuh naga yang tersisa dengan peluru kendali yang juga tersisa beberapa saja.
**
Nio sudah tidak mendengar suara tembakkan lagi sesaat setelah sebuah ledakan besar.
“Ledakan apa sebenarnya tadi?” tanya Tania yang berlari kembali bersama Nio ke pasukan utama.
“Tidak tahu. Semoga saja mereka tidak kalah,” jawab Nio yang berlari sambil membawakan senapan runduk milik Tania.
Saat akan tiba di tempat pasukan utama berada Nio dan Tania melihat beberapa bagian tubuh naga dan manusia yang berserakan karena terkena serangan peluru kendali.
Tidak mempedulikan pemandangan itu, Nio dan Tania tetap berlari hingga bertemu dengan prajurit yang membereskan sisa perang.
“Nio, kemana saja kau?” tanya Rio yang mengangkut beberapa bagian tubuh naga bersama rekannya.
“Menyelamatkan diri,” jawab Nio singkat karena ingin segera bertemu Kaptennya.
Nio melihat Herlina dan segera menghampirinya.
“Nio, kemana saja kau. Kukira kau sudah mati,” ucap Herlina dengan nada cemas.
“Tentu saja menyelamatkan diri, dan sedikit tersesat,” jawab Nio sambil tersenyum miring.
Nio melihat kesekelilingnya yang sibuk membereskan tempat pertempuran. Beberapa prajurit mengurus prajurit musuh yang sudah menyerah membawa masuk ke kota bawah tanah yang sudah di buka.
Beberapa prajurit juga duduk di aspal langsung karena merasa lelah dengan pertempuran ini. beberapa lagi membagikan minuman kepada prajurit yang sedang istirahat.
Namun ada beberapa jasad prajurit yang tersebar di sekitar tempat pertempuran yang belum diangkut di bawa para warga dengan gerobak.
“Lalu dimana tempat para jasad prajurit musuh akan dikuburkan?” tanya Nio pada Herlina.
“Itu dia masalahnya,” jawab Herlina dengan cemas.
Nio mencemaskan satu hal yang cukup mengancam dirinya karena yang dilakukan Nio hampir sama dengan melarikan diri dari medan perang. Meski yang dilakukan Nio adalah menyelamatkan diri dari kejaran musuh.
Tapi meninggalkan Regu yang seperti Nio lakukan bisa mendapatkan sanksi.
“Nanti dapat hukuman apa ya?” batin Nio sambil tersenyum sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
『🇺🇸』RyzenRyan - FBI
oh
2022-01-17
1
C D• I n t a n n✓
menarik hahah
2021-06-03
3
Alice(*˘︶˘*).。.:*♡
he....
2021-03-08
4