Ba'dal sholat subuh aku sempatkan jalan jalan pagi. Menghirup udara segar pegunungan. Sudah lama aku gak pergi mancing, hobi ku di saat luang. Sekaligus mencari inspirasi, kadang juga pergi mancing dimalam hari. Dengan berbagai pengalaman mistis aku alami.
Aku dahulu termasuk penakut, yang tidak berani mendekat di tempat tempat angker. Tidak berani dekat dekat mayat, kuburan dll. Tapi saat ini malah sering kali diminta tolong, menangani hal hal tersebut. Juga hal lain yg kadang berbau mistis. Itulah rahasia Allah, kita gak akan pernah tahu besuk atau lusa akan bagaimana.
Eeeh... kembali soal hobi mancing.
Seandainya hari ini tidak ada lelayu di kampung sebelah. Aku hari ini berniat pergi mancing sebenarnya. Berhubung ada lelayu, jadinya aku batalkan.
" Nanti malam aja pergi mancingnya, ke waduk S***mo di daerah pesisir selatan kalo gak ada acara mendadak" Bisiku dalam hati.
O iya.... Waduk yg aku maksut adalah di daerah pesisir pantai selatan DIY. Cukup ada aura mistis nya juga.
Insya Allah, di kesempatan lain aku akan menulis pengalaman mistis saat mancing di tempat angker. Tentu dilain judul, setelah ini.
Tak terasa matahari sudah menampakkan sinarnya. Aku melangkah pulang, pasti istriku sudah ada diwarung nya. Sampai di rumah, di meja sudah tersedia kopi yg sudah hangat. Pasti istriku sudah berangkat sekitar 15 menitan yg lalu.
Dalam keseharian aku dan istriku jarang berbicara panjang lebar / ngobrol panjang. Namun kehidupan kami berdua nyaris tak pernah ada masalah.
Istriku pagi buta sudah persiapan buka warung. Pulang dhuhur, istirahat habis ashar belanja kebutuhan warung dan rumah. Aku sendiri jadwalnya gak tentu, kadang bantu istri diwarung. Sambil menunggu order atau pembeli tanaman secara online. Ya maklum jualan konvensional gak laku di dusun.
Tanaman obat dan tanaman hias daganganku, konsumenya adalah masarakat perkotaan. Sehingga wajar warga sekitarku menganggap aku ini hanya pengangguran. Karena tidak nampak aktifitas pastinya. It's No problem.
Karena mereka hanya gak tahu.
Seruputan terakhir kopiku di meja, sudah terasa dingin. Aku sambil browsing tanaman yg mungkin bisa aku beli dan jual lagi. Atau aku jadikan Master Indukan. Ckkk... Mahal semua gak bisa dijual lagi.
Lama mencari gak nemu juga, Aku berniat menyusul istriku. Sebelum pergi takziyah, ke alm Pak Joni.
Sampai diwarung, istriku baru selesai membungkus belanjaan pembeli. Lumayan berat kayaknya. Kemudian aku bantu angkat dan aku antar ke motor pembeli.
" Makasih pak...." Kata ibu yg belanja itu, gak tahu nama dan tinggalnya. Maklum di ruko area pasar, yg datang dan belanja dari mana saja.
" Kok nyusul pak, kangen ya ?" goda istriku.
" Iya, kangen sama ibu ibu yg pada belanja...." jawabku sambil senyum.
Membuat istriku agak manyun, maklum setengah bulan lebih aku tinggal.
" Nanti aku mau takziyah, terus kalo gak ada acara mendadak. Malemnya mau mancing ke S***m*." Aku membuka pembicaraan.
Istriku diam sejenak, sambil menatapku.
" Baru kemarin pulang, semalam juga pulang larut. Nanti malam masih mau pergi mancing ?!? Gak sekalian Nikah sama ikan aja sono...!!!" Jawab istriku sambil cemberut.
Aku diam saja, lebih tepatnya merasa bersalah. Kurang memahami perasaan istriku. Aku kurang peka kurang tanggap. Gumamku dalam hati.
" Yaudah maaf gak jadi... Nanti malam aku gak kemana mana. Waktuku hanya untuk kamu nanti malam." ucapku.
Sambil berucap, aku peluk istriku dari belakang. Sambil ku ciumi rambutnya.
" Halaaah gombal, kalo sudah gini baru pura pura perhatian. Udah sana pergi, katanya mau takziyah."
Kata istriku sambil berontak melepas pelukanku. Mungkin pura pura berontak aja, karena gak kelihatan serius.
Ah memang susah mahami wanita, diam dibilang gak perhatian.
Di peluk disayang katanya ngegombal.
Sering keluar rumah dibilang gak peduli istri. Dirumah terus dibilang kuper.
Susah memang,
Eeeh sori kok malah jadi curhat sih.
hihihi.
Akupun segera pamit istriku, sambil cium keningnya. Meski dia masih kelihatan agak jengkel. Tapi tetap cium tangan, ketika aku pergi.
Aku stater motorku, dan mulai menjalankan sambil ucap salam.
" Wa 'alaikummussalaam...." Jawab istriku yg tidak begitu terdengar karena aku sudah agak jauh.
Sampailah aku dirumah duka, dan nampaknya sudah mulai upacara. Dimakamkan pagi ini juga, mungkin karena tidak ada kerabat yg diluar kota. Tidak ada yg ditunggu lagi, atau karena peristiwa peristiwa sebelumnya ? Aku gak tahu pasti, dan tidak mau ber asumsi apapun.
Karena jarak makam yg tidak jauh, aku ikut rombongan ke pemakaman dengan jalan kaki. Iya hanya sekitar 200m dari rumah duka.
Sejauh ini proses berjalan lancar, sampai di tempat pemakaman. Keranda diturunkan, dibuka kain penutupnya. Dan jenazah dikeluarkan dari keranda. Untuk di masukan ke liang lahat. Sejauh ini lancar dan normal. Dari kerabat tidak ada yg berani turun ke liang lahat. Aku memandang sekeliling. Lalu tukang gali makam yg turun ke liang lahat 3 orang.
Yaudah sudah cukup batinku, kalo kurang personil aku sudah siap bantu. Kalo didusunku sendiri, sudah pasti aku ikut turun. Tapi karena ini dusun sebelahku, aku menggunakan Adab sebagai seorang santri tentunya.
Jenazah sudah diangkat, siap dimasukkan ke liang lahat. Tiba tiba salah satu penggali makam. Yg tadi ikut turun menjerit kemudian kejang kejang. Akhirnya jenazah dimasukkan dalam keranda lagi. Karena harus mengangkat tukang gali makam yg kejang kejang.
" Bawa dia ke cungkup itu dulu, proses pemakan harus dilanjutkan. " kataku.
Proses berjalan lancar, aku akhirnya ikut turun membantu. Bahkan atas permintaan aku yg diminta mentalqin dan pimpin doa.
Aku dekati tukang gali kubur yg kejang kejang tadi. Ternyata belum siuman, masih kejang kejang. Bahkan sambil nyerocos gak jelas.
Sebaiknya dibawa pulang kerumah saja, mungkin ini kena sawan.
Akhirnya dibopong dibawa kerumahnya, aku mengambil lumut yg menempel pada sebuah kijing. Yang konon katanya dijadikan media untuk menyembuhkan orang yg kena sawan mayat/ jenazah. Tentu saja dilambari doa doa khusus.
Aku berjalan kerumah org yg kejang tersebut, didampingi Pak Kamto dukuh di dusun itu.
Cukup ramai orang yg mengerumuni nya.
Aku mendekatinya, dan melafadzkan doa doa. Kutiupkan pada lumut yg kubawa tadi. lalu kuusapkan ke bagian tubuh tertentu.
lambat laun dia sadar, dan menceritakan apa yg dialaminya.
"Saat saya mau memegang tali pocong jenazah. Tiba tiba dari kepala jenazah muncul sosok menyeramkan. Saya menjerit, kemudian makhluq itu mendekati dan bilang. Siapkan liang lahat sebanyak mungkin..
karena Akan banyak yg menyusul....
kemudian semua gelap, tahu **t**ahu sudah dirumah. " Ceritanya.
Semua terdiam, sibuk dengan pemikiran masing masing.
Semua mata lantas tertuju padaku
Aku tanggap, dan berkata datar.
" Maaf saat ini saya tidak bisa bilang apapun. Apa yg harus kita kerjakan, saya juga belum tahu. Besuk siang saya akan pergi menemui orang yg lebih faham dalam hal ini.
Kuharap semua bersabar dulu, besuk aku akan kasih tahu langkah kita, Insya Allah. Semua banyak banyak berdoa dulu saja." aku mengakhiri perkataanku.
Tidak bisa ditunda lagi, harus segera cari kang Salim
....
....
...bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Styaningsih Danik
hadecchh authornya curcol😁
2021-12-19
2
RY22
ini kisah nyata ya thor 😁?
2021-07-14
4
Indahsuryasari
setuju..nanti cerita mistis di waduk itu bagus untuk ceriat
2021-07-09
3