Setelah berganti piyama, Liam merebahkan tubuhnya untuk kembali tidur. Tapi bukannya tertidur, dia malah kembali tidak bisa tidur karena kepikiran soal Kitten terus semenjak kejadian tadi. Dia bingung kenapa lebih mudah akrab dengan si Kitten itu, padahal semenjak kejadian 3,5 tahun yang lalu membuatnya tidak berani untuk dekat lagi dengan cewek baru. Yah walaupun terbilang cukup lama, tapi memori itu masih terlintas jelas di pikiran Liam. Apalagi tadi tiba - tiba Jane mencium pipinya, itu yang semakin membuat hati Liam menjadi tidak karuan.
Liam berbaring sembari menatap langit - langit kamarnya "setelah dipikir - pikir, aku bertemu dengan Kitten itu berkali - kali dan seperti bukan sebuah kebetulan. Ahh aku sangat membencinya karena dia selalu membuatku sial setiap kali bertemu dengannya walau dia sudah berjasa mengantarkan adikku pulang kerumah. To be honest she is a nice and cute girl but i still hate her."
Liam berfikir jika Jane memang sengaja menciumnya hanya untuk bermain - main saja dengannya atau bisa saja untuk membalas dendam kepadanya karena mereka sebelumnya musuh yang tidak pernah akur dan bahkan setiap bertemu selalu saja beradu mulut. Selain karena alasan itu, menurut Liam memang Jane sengaja menggodanya atau bahkan dia menggunakan dirinya hanya untuk membuat pacarnya cemburu seperti di yang ada di sinetron - sinetron. (fix Liam korban sinetron hati seorang istri nih)
"Jika bukan karena hal - hal tersebut, lantas mengapa Kitten mencium pipi aku sedangkan dia sedang berada dalam relationship. Jelas sangat tidak mungkin Jika Kitten melakukan hal tersebut kepadaku atas dasar dia suka kepadaku. Apa dia berniat untuk selingkuh di belakang pacarnya? cih dasar memang para wanita sukanya berselingkuh begitu. Apalagi dia seorang model, otomatis dia akan menggunakan fisik untuk mendapatkan pria idamannya, aku tidak akan tertipu olehnya dan aku tidak akan baper (bawa perasaan) jika dia melakukan hal tersebut kepadaku lagi." Gumam Liam.
Ring!! Ring!! telepon Liam berbunyi. Dering telepon itu seketika membuyarkan lamunan Liam.
Beranjak mengambil handphone nya "entah siapa yang menelepon ku malam - malam begini, mengganggu saja." Gerutu nya sembari mengangkat telepon.
(On telepon)
"Ya ada apa?" Tanya Liam.
"Maaf mengganggu pak saya ingin memberitahu bapak bahwa client mengajak untuk meeting kembali karena ada sedikit perubahan," ucap sekretaris Liam.
"Ah ya. Yang dengan perusahaan Mr. Josh Kim bukan?"
"Benar pak, tetapi besok perwakilan dari perusahaan Mr. Josh akan diwakilkan dengan Mrs. Jane Kim pak, karena Mr. Josh harus pergi mengurus urusan yang lain."
Menjawab dengan nada yang lemas "baiklah, terima kasih Yunna."
"Sama - sama pak. Mmm bapak baik - baik saja?" ucapnya sedikit khawatir.
"Saya baik - baik saja kok, memangnya kenapa?"
"Ah tidak, sepertinya tadi anda lemas sekali setelah mendengar bahwa Mrs. Jane yang akan mewakili perusahaannya."
"Oh, saya tidak apa - apa kok. Ya sudah bye." kemudian menutup teleponnya.
"Lama - lama aku bisa gila kalau terus - terusan bertemu dengannya. Bisa enggak sih seminggu saja tidak bertemu dengan si Kitten itu? sudah lah mendingan aku tidur." Gumam Liam.
*Pagi hari*
Seperti biasa Liam dan Rosie sarapan bersama, tetapi suasana sedikit berbeda karena semenjak kejadian tadi malam mereka berdua menjadi sedikit canggung. Bahkan yang biasanya mereka berdua selalu bercanda, pagi itu hanya terdengar suara sendok yang saling beradu di atas piring saja. Rosie yang menyadari situasi ini dan merasa tidak enak dengan kakaknya, akhirnya dia mulai membuka percakapan.
"Mmm Liam aku." (terpotong oleh Liam).
Dengan nada datar Liam berucap "aku sudah selesai dan aku akan berangkat sekarang karena ada jadwal meeting penting."
(Rosie langsung diam dan menundukkan kepalanya)
Membereskan barang - barangnya dan ingin beranjak pergi "ah aku sepertinya juga ingin pergi berangkat kuliah sekarang."
Seketika Liam menatap Rosie yang sedang sibuk membereskan barang - barangnya dan piring Rosie yang masih sedikit penuh.
"Masih jam segini, sebaiknya kamu habiskan saja dulu makanan mu itu."
Setelah mendengar ucapan Liam, Rosie mengangguk lalu kembali duduk dan mulai menyantap makananya kembali.
Mengusap lembut rambut Rosie "nah begitu habiskan biar nanti kamu mempunyai tenaga saat mengikuti mata pelajaran."
Kemudian Liam berdiri dari kursinya dan berjalan keluar rumah. Tapi tak lama kemudian Rosie berhasil menyusulnya ke depan pintu rumah.
Menghentikan langkahnya "ada apa? bukankah aku menyuruhmu untuk menghabiskan makananmu?"
(Mencium pipi Liam dengan cepat) "have a nice day"
Liam hanya dian menatap Rosie selama beberapa saat, Rosie yang menyadari itu langsung berlari menuju ruang makan kembali untuk menghabiskan makanannya. Sedangkan Liam hanya tersenyum tipis melihat tingkah adiknya itu, dan mulai melajukan mobilnya menuju kantor.
*Sesampainya di kantor*
Liam yang sudah duduk dikursinya, kemudian dihampiri oleh Yunna sekretaris nya untuk memberitahukan jadwal Liam hari ini. Saat sedang berbincang dengan sekretarisnya itu, ada yang mengetuk pintu ruangannya. Dengan segera, Yunna berjalan dan membukakan pintu ruangan Liam tersebut. Ternyata yang datang ke ruangannya adalah Jane yang ingin menyapa Liam terlebih dahulu. Setelah itu Jane dipersilahkan untuk masuk keruangannya, dan duduk di depan Liam.
"Maaf pak saya permisi," ucap Yunna.
(Mengangguk) dan Yunna melangkah pergi keluar ruangan.
Liam berusaha tersenyum dan mulai menyindir Jane dengan sinis. "belum dipersilahkan duduk, sudah duduk duluan dasar Kitten. Ada apa Mrs?"
Melihat wajah Liam yang terlihat sedikit pucat "hei ada apa denganmu? kenapa wajah kamu pucat sekali?"
"Saya baik - baik saja, terima kasih sudah bertanya." Berusaha profesional.
Berdiri dari duduknya dan meraih tangan Liam "kamu tidak sedang baik - baik saja, kamu sedang sakit, mari aku antar kamu ke rumah sakit. Biar meeting nya ditunda saja."
Kemudian Liam melepas tangan Jane "tidak perlu saya baik - baik saja dan mari kita pergi ke ruangan meeting."
Jane kembali memastikan kondisi Liam "hei beneran kamu tidak apa - apa?"
Berdiri dan kemudian berjalan keluar dari ruangannya untuk pergi ke ruangan meeting "iya tenanglah."
Sebenarnya Liam memang merasa jika kepalanya sangat pusing, tetapi menurutnya itu bisa ditahan sampai setelah pulang kantor. Tetapi selesai meeting, Jane menarik paksa Liam untuk pergi ke rumah sakit karena takut sakit Liam lebih parah.
Berusaha menahan tarikan dari Jane "hei hentikan jangan memaksaku pergi ke rumah sakit karena aku tidak apa - apa."
Jane terihat sangat khawatir dengan kondisi kesehatan Liam "tidak, kamu harus pergi ke rumah sakit. Lihatlah wajahmu, kalau kamu mati bagaimana? kamu pucat sekali. Biar aku yang mengantarmu."
"Kamu sembarangan kalau berbicara oke aku akan pulang ke rumah saja," ucapnya tegas.
Mengambil kunci mobil Liam yang berada di atas meja "biar aku saja yang menyetir, karena tidak baik jika orang yang sedang sakit, menyetir mobil sendirian."
Liam hanya pasrah dengan tingkah laku Jane "ya sudah terserah kamu saja."
Kemudian Jane menghampiri supirnya untuk berbicara dengannya "Pak Kang, saya mau mengantar dia terlebih dahulu, nanti jemput saja aku dirumahnya, lokasinya yang rumah tadi malam ya pak?"
"Baik nona nanti saya akan menjemput anda sesuai dengan permintaan nona," ucap supir Jane.
Setelah itu Jane mengantar Liam ke rumah nya karena merasa khawatir terhadap kondisi kesehatan Liam, walau bagaimana pun Liam sudah berbuat baik kepadanya dan walaupun sering membuat Jane kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 447 Episodes
Comments
🛡️Change⚔️ Name🛡️
Lanjut Senior 🙏
2023-01-18
1
Kangee
lanjut dn terus semangat👍👍👍
2022-10-21
0
Nunung Nurhasanah
pak Kang, nama panjangnya Kangkung.. 🤣🤣🤣
receh banget humor gue yak..
2022-03-13
3