3 hari tak mengunjungi Ana karena harus shooting di luar kota, akhirnya Louis segera mampir ke rumah sakit begitu sudah pulang. Ia terkejut melihat Ana yang sudah berada di posisi tengah duduk sambil memangku laptopnya, ditemani Pak Kim dan Bibi Layla.
"Kau sudah sadar??" seru Louis kaget.
"Apa kau berharap aku selamanya tidak sadarkan diri?" jawab Ana ketus.
"Maksudku kondisimu masih tampak kurang sehat, kenapa langsung bekerja?"
"Ratusan ribu orang bergantung padaku.. bagaimana aku bisa tidak bekerja??" jawabnya lagi datar.
"Sepertinya akal sehatnya tetap rusak meski ia telah koma.." gumam Louis menatapnya sinis.
"Kau tidak ada kerjaan? Sedang apa disini?" timpal Ana masih fokus pada laptopnya.
"Wah..kau ini benar-benar tidak berperasaan.. aku jauh jauh baru pulang dari luar kota langsung kesini untuk menjengukmu.." celetuk Louis yang membuat Pak Kim dan Bibi Layla tersipu.
"Memangnya aku menyuruhmu datang kesini?" timpal Ana menatap Louis dingin.
Louis membanting buket bunga dan buah yang ia pegang dari tadi ke atas meja. "Baiklah.. aku pergi.."
"Makanlah dulu.. kami akan makan malam bersama.. Pak Kim sudah memesan makanan.." seru Ana kemudian karena kebetulan sudah waktunya jam makan malam.
"Jadi aku harus pergi atau tinggal?" seru Louis bingung.
"Makanlah dulu.. lalu segera pergi dari sini.." tambahnya lagi segera menutup laptopnya.
"Ana.. jangan begitu.. bagaimanapun dia sering datang kemari menjengukmu.." Bibi Layla mencoba melerai perdebatan Ana dan Louis. "dia juga sangat mengkhawatirkanmu.." tambahnya setengah berbisik.
Pak Kim dan bibi Layla yakin di balik ucapan dingin dan ketus Ana ia sebenarnya perhatian dan baik hati.
Menunggu 25 menit pesanan makanan mereka segera datang. Mereka menyantap nasi dan beef bbq yang sudah datang ke ruangan Ana sesuai pesanan Pak Kim. Ana tampak makan dengan sangat perlahan.
"Apa kau sudah boleh makan-makanan seperti ini?" tanya Louis melihat Ana yang kesulitan mencerna makanannya.
"Tentu saja.." jawabnya singkat.
"Bagaimana shootingmu kemarin??" timpal Bibi Layla mencairkan suasana. "Aku tidak sabar menunggu episode filmnya selanjutnya.. kenapa mereka tidak menayagkannya setiap hari saja?? aku tidak sabar menunggu seminggu sekali untuk menontonnya.." keluh Bibi Layla terlihat lucu.
"Shootingku sangat lancar Bi.. aku ini kan aktor profesional.. aku tidak perlu mengulang setiap tag shooting nya.." jawab Louis percaya diri. "Kalau saja di tayangkan setiap hari bisa rugi dong.. semakin penasaran penonton.. maka semakin tinggi rating filmnya kan??" jelas Louis terkekeh.
"Lalu.. apa nanti ada adegan kissing nya? biasanya drama drama kan memang selalu begitu kan??" timpal Bibi Layla yang di barengin dengan Ana yang tersedak makanannya.
Louis dengan sigap menyodorkan gelas minumnya untuk Ana dan menepuk perlahan pundak Ana. "Aku rasa kau belum bisa memakan makanan seperti ini.." gerutu Louis dengan nada cemas.
Ana menggerakkan bahunya memberi sinyal agar Louis menyingkirkan tangannya dari pundak Ana. "Aku baik baik saja.."
Bibi Layla dan Pak Kim yang melihat ke akraban Ana dan Louis pura pura tidak melihat ke arah mereka, meski mereka tampak curi curi pandang ke arah Ana.
Tok..tok..tok..
Dokter tampak hadir bersama beberapa perawat.
"Anda sedang makan ya? Tapi.. kenapa anda memakan makanan seperti ini?? Saya sudah katakan untuk makan bubur dahulu selama beberapa hari ini.." dokter itu tampak mengomel, seketika mereka semua menghentikan aktivitas makannya.
"Maaf dokter.. kami tidak tau kalau ia belum boleh makan makanan seperti ini.." timpal Bibi Layla panik.
"Aku sudah memberi tahunya pada Ms.Grey siang tadi.." jelas Dokter itu lagi. "Ini berbahaya untuk kesehatan anda Ms.Grey.."
Ana hanya terdiam menghentikan makannya tanpa berkomentar.
"Lalu.. ini hasil rontgen terbaru anda.. kondisi luka dalam anda sudah mulai membaik, luka bagian luar juga perlahan sudah mulai sembuh.. namun anda harus mengurangi kebiasaan merokok anda Ms.Grey.. itu bisa mengundang komplikasi penyakit lain.."
Ana segera merampas hasil rontgen nya dari tangan dokter itu, menerawang hasil rontgen nya. "Aku berada disini untuk mengobati luka di perutku.. jadi jangan anda bahas hal hal yang lain dari itu.." celetuk Ana dingin.
"Ma..maafkan saya Ms.Grey.. ini hanya masukan demi kebaikan dan kesehatan anda.." dokter itu tampak merasa tidak enak hati terhadap Ana.
"Aku tau apa yang terbaik untukku.. apa kalian sudah selesai? pergilah.. aku ingin istirahat.." usir Ana dengan nada lirih dan berat.
Dokter dan perawat tadi segera pamit dan bergegas pergi meninggalkan ruangan Ana.
"Ana.. kenapa kau bicara seperti itu.. dokter itu memberitahumu untuk kebaikanmu.." seru Bibi Layla merasa tidak enak dengan dokter tadi.
"Sudahlah Bi.. aku akan baik baik saja.." Ana segera menyingkirkan makanannya yang belum habis ke atas meja di samping tempat tidurnya.
Louis hanya bergumam dalam hatinya, betapa keras kepala dan arogannya sifat Ana tadi.
Tak lama kemudian, B1 muncul dari balik pintu. Tatapan Ana berubah seketika. Ana tau ada yang tidak beres.
"Bisa tinggalkan kami berdua?" ujar Ana lirih.
Seketika Pak Kim, Louis dan Bibi Layla segera bangkit dari duduk mereka dan keluar meninggalkan Ana dan B1 di kamarnya.
Louis hanya duduk menunggu di depan ruangan Ana bersama anak buah Ana yang sedang menyantap makanan pesanan dari Ana tadi sambil berjaga. Sementara Pak Kim dan bibi Layla sedang pergi ke cafetaria rumah sakit.
"Sudah berapa lama kau bekerja dengan Ms.Grey?" tanya Louis penasaran.
"Aku? Sudah 5 tahun.." jawabnya singkat masih sambil menikmati makanannya.
"Sudah lama juga ya.. kau sangat betah dengannya?" tanya Louis lagi setengah berbisik.
"Memangnya kenapa?" tanya pria itu dengan tatapan yang tidak senang.
"Ah..tidak apa apa.. aku hanya bertanya.. silahkan lanjutkan makanmu.. maaf mengganggu."
Tak lama kemudian B1 keluar dari ruangan Ana. Ia tampak menunduk menyapa Louis lalu segera berlalu pergi. Louis segera bangkit kembali masuk ke dalam ruangan Ana. Ana tampak sedang menatap ke jendela.
"Kau baik-baik saja??" tanya Louis lirih.
"Tentu.." angguk Ana pelan. "Maaf mengganggu makanmu.. Sepertinya nasimu sudah dingin.. aku akan memesankan makanan yang lain.." seru Ana meraih ponselnya di meja.
Louis bingung dengan tatapan Ana. Ana tampak galak tapi kadang ia tampak sangat hangat dan perhatian.
"Tidak perlu.. aku sebaiknya segera pulang saja.. aku sangat lelah.." geleng Louis tersenyum hangat serambi meraih mantelnya di gantungan dekat pintu.
"Baiklah.. hati-hati di jalan.."
"Kau juga.. semoga lekas pulih.." sahut Louis melambaikan tangannya lalu segera pergi, dan Ana hanya tersenyum tipis pada Louis.
***
Beberapa hari berlalu..
Dokter mengatakan besok pagi Ana sudah dibolehkan untuk pulang. Lagipula ia akan segera menghadiri persidangan atas penyerangan yang ia alami beberapa waktu lalu. Malam ini Pak Kim pulang lebih awal karena harus segera bekerja lembur menyusun schedule kerja untuk Ana yang akan segera kembali bekerja. Bibi Layla dan anak buah Ana sedang mengurus administrasi rumah sakit agar besok pagi Ana bisa segera pulang tanpa menunggu lama. Ana yang tengah terbaring di sadarkan ketika ada seorang perawat yang masuk membawa troli obat.
"Aku akan memberikan obat ya Ms.Grey.." perawat laki-laki itu mengenakan pakaian perawat seperti yang lain dan mengenakan masker medis.
"Bukankah aku sudah mendapat asupan obat setengah jam yang lalu?" tanya Ana tampak curiga karena ia hapal betul jadwal ia mendapat asupan obat.
"Ini multivitamin dan obat untuk meredakan radang pada perut anda Ms.Grey.." pria itu tampak mengambil sebuah suntikan.
Saat akan menyuntikkan obat itu ke infus Ana. Ana menahan tangan pria itu. Mencengkramnya kuat.
"Aku bilang, aku sudah mendapatkan obatku.." gumam Ana menggeram.. "Siapa kau?" celetuk Ana tegas.
Pria itu segera menepis tangan Ana dan berusaha menyuntikkan suntikan itu langsung ke leher Ana. Ana berusaha menahan tangan pria itu dengan sekuat tenaga, meski ia kurang sadar karena pengaruh obat sebelumnya yang memang bikin ngantuk berat.
Ana mengangkat kedua kakinya dan melingkarkannya ke tubuh pria itu mengunci tubuh pria itu hingga ia kesulitan bergerak.
"Siapa kau??!!" teriak Louis tiba tiba dari arah pintu masuk yang seketika mengagetkan Ana dan pria itu. Pria itu segera meninju perut Ana keras ketika ia berhasil melepaskan tangannya dari Ana. Hingga Ana melepaskan kunciannya. Louis segera berusaha menangkap pria itu tapi ia justru berhasil di kalahkan. Pria itu segera kabur yang tak lama segera di kejar oleh B1 yang baru kembali dari kamar mandi dan melihat pria itu berlari di kejar oleh Louis.
"Jaga Ms.Grey !!" teriak B1 segera mengejar pria itu.
Louis segera kembali berlari masuk ke ruangan Ana, melihat Ana meringis kesakitan memegangi perutnya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya nya khawatir segera membunyikan bel di dinding dan segera di hampiri oleh perawat.
"Siapa dia? Apa yang mau dia lakukan padamu?" ribuan pertanyaan ingin ia lontarkan bersamaan. Tapi melihat kondisi Ana yang meringis kesakitan membuat ia mengurungkan niat itu.
"Bagaimana kalian bisa tidak sadar ada penyusup masuk?" bentak Louis marah memarahi perawat yang berada dalam ruangan Ana.
"A..apa?? penyusup?" perawat itu ternganga kaget sambil memeriksa luka Ana yang tampak kembali berdarah.
"Apa kalian tau? Ada perawat yang masuk ingin mencelakai dia!!" bentaknya lagi kesal.
Ana menarik tangan Louis perlahan. Louis menatap Ana lekat-lekat. Ia tampak menggeleng pelan memerintahkan Louis untuk berhenti.
"Aku bisa saja menuntut kalian atau memberi tahu publik tentang kelalaian ini.." tambahnya lagi masih emosi.
Perawat itu segera memanggil dokter untuk memeriksakan kondisi Ana lebih lanjut. Louis yang melihat ada sebuah suntikan di lantai memberikan itu pada perawat disana.
"Coba kalian periksa apa isi obat ini.. aku yakin tadi penyusup itu memegang suntikan ini.."
Perawat yang satunya segera mengambil suntikan itu dan membawanya keluar untuk diperiksa.
Tak lama setelah mereka mengobati luka Ana yang sedikit mengeluarkan darah akibat pukulan tadi, dokter dan perawat segera pamit untuk keluar ruangan.
"Kenapa kau sendirian disini?" tanya Louis cemas sambil menaikkan selimut Ana hingga ke dadanya.
"Bibi Layla sedang ada di bawah.." jawab Ana lemas. "Terima kasih sudah menolongku.."
"Untung aku datang tepat waktu.. kalau tidak bagaimana?" bentak Louis kesal.
"Kenapa kau kesal padaku?? Seharusnya kau kesal pada penyusup itu !! Aku kan sedang sakit.." gerutu Ana tidak terima di omelin oleh Louis.
"Ma..maafkan aku.. aku sangat shock.." gumam Louis lirih tak bisa membantah perkataan Ana.
"Apa lenganmu baik-baik saja? Bukankah tadi dia menolakmu hingga membentur dinding?" tanya Ana menatap Louins intens. Louis yang salah tingkah mengelus lengannya yang tak ia sadari memang terasa sedikit nyeri.
"Lenganku baik-baik saja.. sudah jangan khawatirkan aku.. khawatirkan saja kondisimu sendiri.. kau terlalu memperdulikan orang lain. Tapi tidak menyadari kesulitan sendiri.." omelan Louis membuat Ana diam tertegun.
-->
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments