Di tengah-tengah perbincangan Ana dan Louis, B1 menelepon Ana. Pertama Ana hanya melihat ke layar ponselnya lalu mengabaikannya karena Louis tampak melihatnya dengan tatapan curiga.
"Itu panggilan teleponmu yang ketiga.. Apa kau sungguh ingin mengabaikannya? Ah.. apakah kekasihmu?" goda Louis yang risih dengan suara getar ponsel Ana yang sudah ketiga kalinya.
"Aku bahkan tidak pernah berpikir ingin memiliki pacar.." celetuk Ana ketus segera mengangkat panggilan ketiga dari B1.
"Dia pasti membual.. mana mungkin wanita sepertinya tidak pernah memiliki pacar.." gumam Louis dalam hati, melihat Ana sedikit mengambil jarak darinya.
"Ada apa? Benarkah? Dimana dia sekarang? Baik..awasi dia terus.. aku akan menghubunginya.. Hmm kau sudah mendapatkannya?? baiklah segera kirim datanya ke emailku.. thank you.." Ana menatap lama layar ponselnya. Lalu segera membuat panggilan baru ke nomor Grandma Jane.
"Halo Grandma.." sapa Ana ramah.
"Hi Ana.."
"Grandma.. aku berencana melakukan perjalanan bisnis ke negara L.. aku akan mengunjungimu.. besok pagi mungkin aku sudah berangkat.." ujar Ana berbohong.
"Ah..benarkah? Tiba-tiba sekali Ana.. Tapi aku sedang liburan ke negara Z.. mungkin baru akan kembali pekan depan.." elak Grandma Jane juga berbohong. Karena Ana sudah mendapat laporan bahwa Grandma Jane sedang berada di negara tempat Ana berada.
"Wah..sayang sekali.. baiklah.. mungkin aku akan singgah lain waktu.."
"Iya.. semoga perjalananmu lancar Ana.." Grandma Jane segera mematikan ponselnya. Ia yakin Ana pasti sedang mencurigainya. Karena Grandma Jane sudah mendapatkan jadwal kerja dan perjalanan bisnis Ana dari mata-matanya di kantor, dan memang benar Ana tidak ada perjalanan bisnis apapun keluar negeri dalam waktu dekat.
Setelah selesai dengan teleponnya Ana melihat sekeliling tapi ia tidak menemukan keberadaan Louis dan Bibi Layla.
"Pasti mereka sedang mengambil banyak foto.." gumam Ana dalam hati terkekeh geli.
Ana menjauhi kerumunan menuju ruang keluarga di mansion yang sepi. Para tamu undangan hanya berada di area taman belakang dan dekat kolam berenang. Ana merebahkan tubuhnya di atas sofa pemijat otomatis. Ia merilekskan tubuhnya dengan sentuhan dari alat pijat di sofa itu.
***
Pranggg !!
Tiba-tiba Ana mendengar suara benda yang terjatuh dari arah pintu yang menuju garasi basement. Ana segera mendekati pintu itu. Dibukanya perlahan. Ia membuka alas kakinya dan mengendap-endap perlahan. Lorong menuju garasi di basement berbentuk melengkung dan menurun sehingga tidak dapat langsung melihat ke arah garasi.
Hingga Ana berada di ujung lorong, didapati pintu kaca garasi setengah terbuka. Ia meraih sebuah payung di dalam keranjang di dekat pintu kaca. Di intipnya ke dalam garasi, tampak seorang pria mengenakan pakaian serba hitam serta mengenakan topi dan masker hitam tengah tertunduk ke arah kolong mobil yang biasa Ana kenakan.
Dengan sigap Ana segera berlari ke arah pria itu. Memukul keras badan pria itu dengan payung di genggamannya. Lalu menyeret kaki pria itu menjauhi mobilnya.
Tapi tak kalah cepat pria itu menepis tangan Ana yang mencengkram erat pergelangan kakinya. Ia menendang perut Ana keras hingga Ana terpental. Ia pun segera berlari keluar dari basement menuju pintu keluar utama basement.
Ana dengan sigap segera bangkit dan mengejar pria itu. Dengan sekuat tenaga ia mengejar pria itu hingga ia berhasil mencengkram kerah baju belakangnya hingga terjatuh.
"Siapa kau !!" Bentak Ana keras segera merangkul keras leher pria itu dengan lengan kanannya. Ana dan pria itu tergeletak di tanah, Ana masih dengan kuat mencekik pria itu dengan lengannya. Pria itu berusaha melepaskan diri, tapi Ana juga tengah mengunci tubuh pria itu dengan kedua kakinya yang melingkar di kedua sisi paha pria itu.
"Ms.Grey !!" dari jauh terdengar seruan pengawalnya yang berlarian mendekat ke arah Ana.
"Siapa kau !!!" bentak Ana masih terus menanyai pria itu yang masih berusaha berontak.
Bukk !!
Pria itu menghantukkan kepalanya sangat keras ke arah pelipis kanan Ana. Hingga rangkulan lengannya melonggar akibat menahan sakit di pelipisnya. Pria itu berhasil kabur dan berlari menuju sebuah mobil yang menunggunya di dekat gerbang. Para pengawal Ana mampu dikalahkan olehnya dengan mudah. Pria itu tampak seperti seseorang yang profesional.
"Kejar mereka !! cepattt !!" teriak Ana kesal pada pengawalnya yang tumbang.
Bibi Layla, Louis dan Pak Dong berlari ke arah suara kegaduhan diluar mansion. Mereka mendapati Ana yang terluka, di bagian lutut jumpsuitnya telah robek dan tampak luka cukup dalam di kakinya itu serta memar di pelipis kanannya, bahkan rambutnya sudah sangat berantakan.
"Ana.. kau tidak apa-apa.." seru Bibi Layla segera memeluk Ana erat dan melihat kondisi Ana yang berantakan.
"Aku tidak apa-apa Bi.." Ana melepas pelukan Layla dengan sedikit kesal lalu berjalan lemas memungut ponselnya yang terjatuh saat menahan pria tadi. Ia tampak menelepon B1.
"Ada yang masuk ke mansion.. cepat cari tau dan tangkap mereka.." Ana memutus panggilan itu segera. Nafasnya tersengal menahan amarah dan kekesalannya.
Louis dan Pak Dong yang berdiri disana menatap Ana dengan perasaan campur aduk dan tak berani berkomentar. Layla merangkul Ana berjalan menuju parkiran di basement. Ana memeriksa kondisi mobilnya, yang mana ternyata pria tadi merusak tali gas dan rem mobil Ana. Ia pasti berniat mencelakai Ana. Ana seketika ingat dengan kecelakaan Ayahnya. Ia berpikir keras siapa yang melakukan ini.
"Ayo kita lapor ke polisi Ana.." bujuk Bibi Layla berusaha menenangkan.
"Benar.. ini masalah yang serius.. mari kita lapor ke polisi saja.." sahut Pak Dong cemas.
"Bahkan aku tidak mempercayai polisi.." timpal Ana lirih masih menatap ke arah mobilnya dengan tatapan kesal.
Bibi Layla, Louis dan Pak Dong tak lagi bergeming setelah mendengar jawaban dingin Ana.
"Mari kita kedalam.. aku akan mengobati lukamu Ana.." Bibi Layla tau Ana sedang terbakar amarah. Tapi ia juga perlu mengobati luka dan memarnya.
Ana hanya mengangguk dan mengikuti langkah Bibi Layla yang dinikuti Louis dan Pak Dong.
***
Acara itu telah selesai. Para tamu telah pulang tanpa bisa berpamitan dengan Ana. Louis menyodorkan kompres berisi es batu pada Ana yang tengah duduk termenung di ruang santai. Ana segera menempelkan kompresan itu pada pelipisnya yang mulai membengkak.
"Kenapa dia mencoba merusak mobilmu?" Tanya Louis memecah keheningan.
"Tentu saja ingin mencelakaiku.." jawab Ana ketus.
"Apa yang harus kita lakukan? karena kau terlihat tidak percaya pada polisi untuk menyelidiki masalah ini, namun kita harus tetap melakukan sesuatu.." seru Louis ikut merasa kesal.
"Kita?? Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri.. bahkan anak buahku jauh lebih hebat daripada polisi..." Ana benar-benar masih sangat kesal. "Sebaiknya kalian segera pulang.."
"Ms.Grey.. ini rekaman cctv dari basement.." seru anak buah Ana menyodorkan tab pada Ana yang menampilkan rekaman di basement dan rekaman saat Ana berkelahi dan menahan penjahat tadi.
"Apa yang kau lakukan disana sampai kau tidak tau ada penyusup masuk kesini?!!" Bentak Ana keras memarahi anak buahnya yang tertunduk ketakutan.
"Kalau sampai sesuatu terjadi pada Bibi Layla.. aku akan membunuhmu !! Kau ingat itu !!" Ancam Ana dengan tatapan mematikan.
Ana, Louis, Bibi Layla dan Pak Dong melihat rekaman cctv itu bersama.
"Aku tidak percaya Ms.Grey sangat berani melawan penjahat itu.." puji Pak Dong melihat perkelahian Ana di rekaman cctv.
Ana yang mendengar itu menatapnya dengan tatapan dingin.
"Maksudku.. berani sekali penjahat itu masuk kesini untuk berniat jahat.." tambah Pak Dong gugup.
"Lalu apa yang akan kau lakukan Ana?" Tanya Bibi Layla cemas.
"Aku akan mengurusnya Bi.. Bibi jangan khawatir.. untuk sementara aku akan mengganti mobilku.." jawab Ana tenang.
"Bukankah mobil itu juga masih baru?"
"Itu bukan masalah.. jangan khawatirkan aku.. ini bukan apa-apa.." Ana tampak sangat tenang meski tatapannya tampak masih penuh dengan kemarahan.
***
"Ini sangat mengerikan Louis.. aku pikir kejadian seperti itu hanya terjadi di film film.. kau lihat bagaimana tangguhnya Ms.Grey saat menangkap penjahat itu.. dia sangat keren.." Pak Dong masih membahas tentang Ana saat di perjalanan pulang.
"Apa dia akan baik-baik saja Pak Dong?" tanya Louis tampak cemas.
"Tentu saja.. dia pasti bisa mengatasinya.." seru Pak Dong yakin.
"Aku pikir kau membawa mobilmu.. ternyata kau di antar supir.." seru Pak Dong heran. "Kau malas sekali mengendarai mobilmu.. apa gunanya mobil mahal itu kau beli.." cetusnya cerewet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments