Tiba di perusahaan Ana langsung mengerjakan semua pekerjaan yang telah ditinggalkannya 2 hari ini, ia mengadakan full meeting dari pagi hingga sore hari.
Pak Kim masuk keruangan Ana membawa sebuah map hitam berisi berkas kerja seperti biasanya.
“Ms. Grey.. ini adalah berkas kerja yang dulu pernah saya bahas..” Pak Kim menyodorkan pada Ana map hitam itu.
“Yang mana?” tanya Ana coba mengingat karena dia memiliki bukan hanya 1 bisnis.
“Kontrak kerjasama berkala dengan sebuah perusahaan entertaint..”
“Oh.. yang itu.. hmm.. aku tidak tertarik.. mereka akan sangat menyusahkan.. talent mereka harus benar-benar suci agar kita terhindar masalah. Aku tidak ingin terlibat masalah apapun saat ini..” Ana segera meletakkan map hitam itu dan mengabaikannya.
“Tapi ini adalah perusahaan unggulan Tuan Thommas.. Beliau pernah menjanjikan pada mereka tentang kontrak ini setelah 1 tahun mereka bangkit..” jelas Pak Kim tenang.
"Kenapa ayahku mengunggulkan mereka? Bahkan mereka belum pernah mendapat untung untuk perusahaan mereka sendiri.."
"Saya juga tidak mengerti Ms.Grey.. Tuan Thommas sering bertemu dengan CEO nya di luar jam kerja bahkan hanya untuk sekedar bersantai bersama.." sambung Pak Kim lagi.
“Ck.. kalau bukan karena ayah yang menjanjikannya, map ini pasti sudah berakhir di tong sampah..” gumam Ana berdecak kesal dalam hati menatap map itu.
“Baiklah.. atur waktu jumpa dengan mereka.” ujar Ana lirih dengan sedikit keraguan.
Pak Kim tampak segera memeriksa jadwal kerja Ana di tab yang ia pegang daritadi di tangan kirinya.
“Besok siang jadwal anda kosong Ms.Grey.. Sebaiknya kita tidak menunda meeting ini.." jelas Pak Kim lagi.
“Baiklah.. beritahu pada mereka..” angguk Ana cepat. “Tapi.. ajak saja mereka bertemu di restoran Hotel Grey Cloud.. aku ingin berkunjung kesana sekaligus memeriksa bagaimana perkembangan restoran dan management hotel disana saat ini..” Timpal Ana mengingat hotel Ayahnya itu belum pernah ia kunjungi semenjak ia menjabat sebagai Presdir.
“Baik Ms.Grey..” Pak Kim segera menandai jadwal meeting itu di tabnya dan segera berlalu keluar dari ruangan Ana.
***
Siang ini Ana sedang mengendarai mobil barunya yang lain. Ana merasa tidak nyaman membawa mobil hadiah dari Grandma Jane, Ana memutuskan membeli sebuah mobil range rover berwarna abu-abu tua, mobil itu tampak simple, gagah namun terlihat sangat mewah. Ana menuju Hotel Grey Cloud milik ayahnya yang kini otomatis sudah menjadi miliknya. Seperti biasa ia mengendarai sendiri mobilnya, sedangkan Pak Kim sudah lebih dulu tiba di Hotel GC 30 menit yang lalu. Ana memarkirkan mobilnya di depan pintu lobi hotel. Tak jauh dari sana juga tampak sebuah van hitam yang baru saja berlalu. Ana mengemas tas dan ponselnya lalu segera masuk ke dalam yang disambut hangat Pak Kim.
“Mereka baru saja tiba Ms.Grey..”
Ana melirik jam tangannya masih ada waktu 15 menit lagi. “Aku mau ke kamar mandi dulu..”
“Baik Ms.Grey..saya akan menunggu di restoran.." angguk Pak Kim paham.
Setelah selesai dari kamar mandi, Ana menerima telepon dari anak buahnya B1 dan berdiri di depan pintu toilet yang sangat sepi.
“Halo.. hmm.. benarkah?? apa semua sudah kalian siapkan?? baiklah jalankan sesuai rencana.. ingat kali ini harus lebih hati-hati, aman dan bersih.. baiklah.. dan jika rencana ini gagal, kau tau kan apa yang harus kau lakukan?? Hmm.. habisi mereka semua.. baiklah.. segera kabari aku lagi..” Ana segera memutus panggilan teleponnya. Menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas nya.
Namun ia terlonjak kaget ketika melihat seorang pria dengan wajah tampan berdiri di depan pintu kamar mandi pria yang tak jauh dari Ana berada, ia sedang menatap Ana gugup.
Ana menatapnya tajam dan intens.
“A..aku tidak menguping pembicaraanmu.. sungguh.. dan aku tidak mendengar apapun..” ujarnya lirih dengan mata terbelalak menatap Ana.
“…” Ana menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki pria itu. “Itu artinya kau mendengar semuanya bod*h !!" gumam Ana dalam hati.
“Ma..maaf.. tolong jangan menatapku seperti itu, kau membuatku tidak nyaman..” ujarnya lagi lirih.
"Kenapa aku membuatmu tidak nyaman? Apa kau melakukan sesuatu??" tanya Ana dengan tatapan datar.
Ana melangkah pelan mendekati pria itu hingga ia terpojok ke dinding. Jarak wajah Ana dan dirinya sangat dekat. Bahkan pria itu dapat mencium aroma mint dari nafas Ana.
"Kau sangat tampan.. wajahmu ini pasti aset yang sangat berharga.. sebaiknya kau benar-benar tidak mendengar apapun atau..." Ana merubah tatapan ramahnya menjadi tatapan yang dingin dan intens lalu menghentikan ucapannya.
Pria itu berusaha menelan saliva nya dan berusaha tetap tenang.
"Atau aku akan menghancurkan seluruh wajah tampanmu ini.." sambung Ana setengah berbisik lirih ke telinga pria itu.
Seketika kaki pria itu terkulai lemas dan hampir terjatuh. Namun Ana segera menahan dada bidang pria itu dengan telapak tangannya yang mungil hingga pria itu kembali tersandar ke dinding.
"Dummy.." (bodoh) umpat Ana terkekeh geli melihat pria itu ketakutan.
Ana segera berlalu pergi meninggalkan pria itu. Tanpa mengabaikan kondisinya.
“Astaga.. Dia benar-benar mengerikan..” gumamnya lirih mengelus dada bidangnya sambil mengatur nafasnya yang masih memburu.
Pria itu segera berlari menuju restoran hotel menghampiri atasannya. Namun seketika langkahnya terhenti ketika ia melihat gadis mengerikan tadi berada di antara manager dan bosnya.
Bosnya menatap heran padanya yang terbengong. Ana segera mengalihkan pandangannya pada pria itu dan menyunggingkan senyum tipis di ujung bibir kecilnya.
“Ah..sial.. apa dia bersama orang-orang ini?” gumam Ana kesal dalam hati, sebenarnya Ana sangat kaget mengetahui pria itu justru akan bekerja untuknya.
“A..apa-apaan ini.. apa jangan-jangan dia presdir yang akan kami temui itu?” gumam pria itu dalam hati dengan penuh rasa kaget.
“Louis kenapa kau hanya berdiri disitu? Cepat kemarilah..” seru managernya menyadarkan lamunannya.
Louis segera tersadar dan berlari mendekati meja mereka. Lalu segera menunduk menyapa satu sama lain dengan wajah cemasnya.
“Ini Louis ia seorang penyanyi, model dan aktor, ia sudah membintangi 2 drama..” jelas pria berkacamata yang merupakan CEO perusahaan itu tersenyum lebar.
“Dia sangat sopan dan tampan..” puji Pak Kim ramah.
Ana hanya menatapnya datar tanpa mengatakan apapun. Hatinya gusar kalau-kalau pria bodoh itu akan mengatakan yang bukan-bukan tentangnya. Sementara Louis tampak sangat takut untuk menatap Ana yang masih menatapnya.
“Baiklah.. mari kita mulai bahas rencana kerjasamanya.. “ seru pak Kim segera memulai meeting. Ana tampak sangat fokus pada berkas penawaran kerjasama yang diberikan oleh pihak Bighit padanya.
Ditengah-tengah penjelasan dan pembahasan setiap detail kerjasama Ana menyela pembicaarn itu, berharap bisa segera mengakhiri meeting itu karena mulutnya sudah pahit ingin merokok.
“Kami akan mensponsori semua kebutuhan sebanyak 50%.. jika 6 bulan kedepan profit yang kalian dapatkan meningkat.. saya akan menaikkan hingga 85%.. segala kerugian akan kami tanggung.. Jangan khawatirkan soal kerugiannya.. Tapi jika dalam 6 bulan ini tidak berjalan dengan baik.. kami akan segera memutus kontrak kerjasamanya..” jelas Ana tegas.
“Be.. benarkah? Bukankah anda masih harus melihat semua berkas kerjasamanya Ms.Grey??" tanya CEO itu terkejut dengan keputusan singkat Ana.
"Bukankah anda kenal baik dengan ayahku? Aku yakin ia punya alasan khusus kenapa ia sangat menyukai kalian.." timpal Ana.
"Tapi anda hanya perlu membantu 30% pertama sampai kami bisa membuktikan pada anda bahwa kami tidak akan mengecewakan anda..” sahut CEO itu bersemangat.
“Sudahlah.. Uang bukan masalah.. Jika perusahaan anda berhasil, tentu itu akan sangat menguntungkanku bukan? Jadi jangan khawatir soal itu.. Saya akan tetap investasi 50% di awal..” jelas Ana meneguk kopinya. "Tapi berikan aku 30% saham perusahaan itu.."
CEO bighit itu tertegun mendengar Ana meminta kepemilikan saham itu. 30% sebenarnya cukup besar karna mereka juga membagi-bagi saham itu dengan sponsor lain. Tapi permintaan Ana lah yang terbesar. Meski ia bisa memberikan dukungan penuh di awal hingga 50%.
CEO itu masih tertegun. Namun ia dengan mantap segera menjawabnya.
“Baiklah Ms.Grey.. Kami akan membagi saham perusahaan 30% untuk anda.. Terima kasih Ms.Grey.. saya sangat tidak menyangka anda akan langsung setuju tentang ini..” seru CEO itu tanpa ragu. Karena ia yakin seorang wanita seperti Ana berkata seperti itu pasti karena ingin memberi motivasi yang kuat pada mereka agar tidak gagal.
Mereka semua tampak tenang dan senang kecuali Louis yang tampak cemas. Ana sesekali mencuri pandang pada Louis dengan tatapan datarnya.
“Ayahku juga pasti akan melakukan hal yang sama untuk membantu anda..” sambut Ana tersenyum hangat.
***
Ana
Louis Rosevelt
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments