Setelah kembali ke mansion Ana menyediakan semua kebutuhan Bibi Layla. Pakaian baru, kosmetik, tas, sepatu mewah dll. Ana juga memberikan Bibi Layla ponsel terbaru padanya.
"Jangan membuang-buang uangmu Ana.." bibi Layla sangat sungkan dengan segala pemberian Ana.
"Ini bukan apa-apa Bi.. Aku bahkan rela memberikan nyawaku untukmu.." Ana hanya tersenyum hangat.
"Berhenti merasa berhutang budi padaku Ana.. kau hidup seperti sekarang karena memang sudah takdirmu untuk bisa hidup lebih baik.. sudah sepantasnya kau memiliki semuanya saat ini, setelah apa yang kau lalui dulu.." Bibi Layla menggenggam kedua tangan Ana erat.
"Kalau bukan karena kau yang telah menyelamatkan aku waktu itu.. pasti aku sudah mati Bi.. jadi aku mohon jangan kita bicarakan ini lagi..
"Apa boleh aku tinggal disini?" Bibi Layla menatap Ana dengan ragu.
"Tentu saja.. memangnya kenapa?" Tanya Ana heran.
"Apa Nyonya besar Jane akan setuju??" tanya nya lagi.
Ana dapat menangkap sinyal bahwa Bibi Layla takut sekali pada Grandma Jane.
"Memangnya kenapa?? Kenapa kau tidak boleh tinggal bersamaku? Aku akan segera memberitahunya.. dia tidak ada hak melarangmu Bi.." Ana mencoba meyakinkan Bibi Layla yang tampak gusar.
"..." Bibi Layla hanya mengangguk pelan tanpa bergeming.
"Besok aku harus kembali bekerja.. karena banyak meeting yang tertunda.. Ini ambillah.." Ana menyodorkan sebuah black card. "Belilah apapun yang Bibi inginkan dengan kartu ini.."
"Tidak perlu Ana.. Aku tidak membutuhkan apapun.. semua ini udah lebih dari cukup.." ia menolak tangan Ana pelan.
"Ambillah.. berhenti menolakku.." Ana menyelipkan kartu itu ke dalam saku baju Bibi Layla.
"Sekarang Bibi istirahatlah.. aku mau keluar sebentar.."
"Ini sudah malam Ana.. kau mau kemana?" Tanya Bibi Layla khawatir.
"Ada pekerjaan yang mendesak.. aku tidak akan lama.." lalu Ana segera keluar dari kamar Bibi Layla menuju kamarnya. Mengambil jaket "long coat" berwarna hitamnya. Kini ia berpakaian serba hitam, kaos hitam, long coat hitam, jeans hitam dan sneakers hitam.
Ia menuju parkiran mobil di bawah tanah mansionnya.
***
Jalanan gelap dikelilingi pepohonan yang sangat lebat. Jalan yang berbelok-belok dan kadang mendaki menuju ke sebuah bangunan tua dengan pagar yang sangat tinggi. Itu bangunan tua bekas sebuah galeri yang sudah tak ada penghuni lagi, di depan pagar tampak berdiri 2 orang penjaga dengan memegang senapan mesin m-16. Mereka segera membuka pagar gerbang ketika melihat mobil Ana mendekat dan mulai melambat, ia masuk terus kedalam hingga berhenti di depan bangunan tua tersebut. Pria dengan bekas luka goresan di dahi kanannya ini yang terakhir kali Ana jumpai di kota Bs saat menemukan Bibi Layla.
"Siapa dia?" Tanya Ana dingin turun dari mobilnya.
Sebelumnya Ana mendapat pesan dari B1 bahwa mereka menangkap seseorang yang mencurigakan yang mengintai mereka dari hutan dekat basecamp mereka. Pria itu tidak mengetahui bahwa Ana memasang cctv khusus di area basecampnya dgn cctv yg hanya menangkap suhu panas tubuh manusia, bukan hanya sekedar cctv biasa.
"Ia mata-mata dari negara E Ms.Grey.." jawabnya tegas.
"Berani sekali.." gumam Ana tersenyum sinis.
Mereka segera masuk ke bangunan tua itu. Lalu menuju lantai bawah tanah dengan bau sangat menyengat dari darah bercampur bau mesiu (bau isi peluru senapan). Di pojok ruangan duduk seorang pria yang di penuhi darah dan luka di sekujur tubuhnya. Mulut serta tangan dan kakinya terikat ke kursi. Di bawah kursi itu telah di alasi plastik putih yang menampung darahnya. Ana menatapnya dingin.
Pria itu berusaha berontak dan teriak tertahan karena mulutnya disumpal kain dicampur oli lalu di ikat. Ana membuka sumpalan itu dari mulutnya.
"Siapa yang menyuruhmu.." tanya Ana dingin.
"A..anda..??" serunya terbata-bata dengan wajah penuh kaget. "Ms.Grey maafkan aku.. aku sungguh tidak tahu kalau andalah.."
"kalau aku apa??" Timpal Ana menaikkan sebelah alisnya memotong ucapan pria itu. "Kau tau siapa aku?" tanya Ana menatapanya dengan tatapan dingin.
"Ti..tidak.. maksudku.. Aku hanya disuruh mencari tau siapa yang menggagalkan pengiriman bos kami, dan juga mengambil alih pemasok senjata di negara E.. aku tidak tau bahwa itu adalah kau.." gelengnya keras. "Yang aku tau kau adalah cucu dari Nyonya Jane.."
"Siapa yang menyuruhmu?" Ana mencengkram erat rahang pria itu hingga ia mengerang kesakitan.
"A..aku.. hanya melakukan tugasku Ms.Grey.. maafkan aku.." pria itu berusaha bungkam.
"Aku tidak peduli dengan tugasmu.. aku hanya bertanya.. siapa yg menyuruhmu?" Celetuk Ana tegas.
"..." pria itu hanya terdiam. Ia mengatup mulutnya rapat-rapat hingga dagunya bergetar hebat.
"Ternyata kau memilih untuk bermain-main denganku??" Angguk Ana melangkah mundur.
"Baiklah.. beritahu dia bagaimana cara bermain denganku.." Ana memberi kode pada anak buahnya untuk beraksi.
B1 memegangi kepala pria itu dan pria yg lainnya memasukkan secara paksa sebuah selang yang mengeluarkan oli panas ke dalam mulut laki2 itu. Hingga ia menggeliat kesakitan.
"Arghhh !!!!" Pria itu berteriak, bergelinjang dan terus berusaha berontak di atas kursinya.
Tak lama kemudian Ana mengangkat tangannya memberi tanda untuk segera berhenti pada anak buahnya. Ia mendekati pria itu lagi dengan tatapan membunuh.
"Dominic... dominic yang menyuruhku.." ujarnya terengah-engah menahan sakit yang luar biasa. Dan akhirnya ia menyerah untuk membongkar rahasianya. Tenggorokan dan sekujur tubuhnya terasa panas dan sakit. Pria itu muntah darah segar bercampur oli. Mulutnya tampak melepuh.
Ana tersenyum dingin. "Apa yang ia inginkan.." gumam Ana lirih.
"Di.. dia mengatakan bahwa kau sudah mengacaukan semua bisnis gelapnya di negara E.. dan dia menyuruhku memastikan siapa dalang dari semua ini.. a..aku tidak tau kalau itu kau Ms.Grey.." pria itu terkulai lemas.
"Lalu?" Timpal Ana singkat. "Apa yang akan kau lakukan setelah kau tau bahwa itu aku??"
"Maafkan aku.. lebih baik aku mati disini daripada aku harus kembali pada mereka.." mohon pria itu sesenggukan.
"Ia akan membunuhmu Ms.Grey.. dia berkata akan balas dendam padamu.. aku.. aku mohon bunuh saja aku Ms.Grey.. bunuh saja aku.. atau mereka akan melakukan hal buruk padaku.. mereka pasti juga akan membunuhku.." mohonnya tersengal.
Ana menatapnya intens meraih senjata api dari kantong saku anak buahnya. Menodongkannya ke kepala pria malang itu. Pria itu tampak memejamkan matanya ketakutan serta menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya yang tak tertahankan lagi.
"Like you wish.."
Dorrr !!!!
Satu peluru panas bersarang di kepala pria itu. Ana melihat tangan dan long coat nya terkena cipratan darah pria itu dan tersenyum tipis. Ternyata Ana mengabulkan permintaan pria itu tanpa berpikir panjang.
"Bereskan dia.." ana segera menyodorkan kembali senjata itu ke anak buahnya. Mengelap tangannya ke long coat hitamnya.
"Kumpulkan semua informasi tentang Dominic secepatnya.." Ana segera berlalu keluar dari gedung tua itu menuju mobilnya. Sebelum masuk ke dalam mobil, ia sempat membakar sebatang rokoknya sambil bersandar ke mobil.
B1 tampak mendekatinya.
"Anda tidak perlu mengotori tangan anda untuk menghabisi mereka Ms.Grey.. biar aku yang melakukannya untukmu.."
"Tidak masalah.. kau tau? Terkadang itu terasa menyenangkan.." jawab Ana santai sambil terkekeh. "Bermain-main dengan tikus kotor seperti mereka.. bukan hal yang buruk.."
"Aku tidak ingin anda terlibat masalah suatu hari nanti.." B1 kini benar-benar mengkhawatirkan Ana yang memiliki banyak musuh sejak lama.
"Jangan khawatirkan aku.. aku sudah terbiasa dengan hal hal buruk seperti ini.. bahkan aku tidak tau bagaimana caranya harus berhenti.. aku merasa ini sudah seperti takdir hidupku.."
"Ms.Grey.."
"Sudahlah.. aku harus segera pulang.. aku meninggalkan Bibi Layla di mansion.." Ana mematikan rokoknya yang sudah hampir habis, lalu segera pergi mengendarai mobilnya meninggalkan tempat itu.
Ana tak menunjukkan ekspresi apapun. Tatapannya kosong, datar, seperti tidak ada yang terjadi.
***
Ana menggeluti dunia gelapnya sejak 8 tahun lalu di usianya menginjak 20 tahun. Ia dikenalkan dengan kelompok mafianya sekarang dari neneknya Jane, mereka adalah tim lama Grandma Jane. Jane pernah berusaha mencuci otak Ana agar menjadi penerusnya tapi Jane merasa bahwa ia gagal, karena ia berpikir Ana justru tidak tertarik sedikitpun.
Padahal faktanya, ia berhasil menciptakan monster pada jati diri Ana.
Yapp..Jane terkenal sebagai Dark Queen dikalangan mafia di negara L bahkan dibeberapa negara lain. Ia memiliki tambang batubara, minyak bumi, dan usaha yang legal maupun ilegal lainnya yang melibatkan orang-orang di pemerintahan juga, sehingga itu yang membuatnya selalu aman dan jauh dari masalah.
Bahkan ia juga merupakan pengedar narkoba terbesar di negara L. Kini Jane sudah sangat tua, ia sudah berumur 72tahun meski ia masih terlihat seperti 50 tahun. Mendengar namanya saja sudah membuat mafia lain mati ketakutan, ngeri akan kekejamannya jika menyiksa musuh-musuhnya.
Tapi faktanya di mata masyarakat awam ia adalah sosok yang disebut sebagai malaikat. Karena ia mendanai banyak panti asuhan, panti jompo, membuka sekolah gratis, membantu banyak orang yang membutuhkan di berbagai negara. Sehingga kebaikannya itu mampu menutupi kedok buruknya selama ini. Padahal faktanya dari semua tempat yang ia danai. Satu persatu anak-anak itu ia ambil dan ia jual ke pasar gelap, dengan kedok ada yang ingin mengadopsi mereka. Dengan kekuatan dan kekayaan yang ia miliki, ia selalu berhasil menghentikan penyelidikan polisi terhadap banyak kasus dan kecurigaan dari polisi.
Itu sebabnya Ana menolak terlibat dengan usahanya. Grandma Jane tidak mengetahui bahwa Ana mengetahui semua rahasia buruknya. Maka dari itu Ana kini menjalani usaha ilegal sebagai pemasok senjata api maupun senjata nuklir ilegal ke berbagai negara. Ia berusaha menyandang gelar sebagai mafia untuk mendapatkan banyak info di dunia gelap untuk menggagalkan usaha perdagangan manusia yang dilakukan banyak geng mafia di dunia. Dan tentunya ini tidak di ketahui neneknya. Tidak ada yang mengetahuinya. Jane selalu berfikir bahwa Ana hanya seorang pengecut yang bersembunyi di balik kasih sayang ayahnya.
Selama 2 tahun ia mengajarkan Ana bagaimana kerasnya dunia mafia, memberi tahu Ana banyak hal-hal gila yang ia geluti selama ini. Tapi Ana tidak pernah menunjukkan reaksi apa-apa, seolah-olah baginya Ana tidak tertarik ataupun tidak mampu melakukan hal-hal yang dilakukan neneknya.
Padahal faktanya ia telah berhasil membuat Ana menjadi pembunuh berdarah dingin yang sebenarnya. Selama ini ia diam karena mendalami setiap ajaran Jane tanpa banyak bicara. Ia sudah membunuh banyak musuh dengan tangannya sendiri. Itu merupakan kepuasan tersendiri baginya. Ia selalu beranggapan bahwa musuh yang sedang di siksa atau bunuh adalah orang yang melecehkan dan menyiksanya di panti asuhan dahulu.
Tapi bagaimanapun Ana sangat melindungi para wanita dan anak-anak mengingat penderitaannya di masa lalu.
***
Mobil Ana memasuki halaman mansion. Ia segera memarkirkan mobilnya. Dilirik jam tangannya menunjukkan pukul 2.10 dini hari. Ia segera keluar dan menuju kamarnya di paviliun. Ia membuka long coat dan sepatunya, memasukkannya kedalam plastik hitam lalu membuangnya ke dalam tong besi di dekat kolam renang, ia segera membakar semua barang-barang nya itu.
Menjelang api itu padam Ana segera membersihkan bekas darah pria tadi yang ada di tangannya.
"Kau sedang apa?" Tanya seorang wanita lirih.
Ana terlonjak kaget mendapati Bibi Layla yang berdiri di dekat pintu kamarnya. "Bibi.. kau belum tidur? Kenapa kau ada disini?" Ana shock ketika ia sadar air di wastafel nya masih berwarna merah darah.
"Aku tidak bisa tidur.. a..apa itu? Apa kau terluka? Kenapa tanganmu berdarah?" Tanya Bibi Layla kaget melihat aliran air bercampur darah di wastafel.
"Ah.. i...ini darah rusa.. aku tidak sengaja menabrak rusa Bi.. Bibi kan tau, jalanan menuju mansion masih terdapat hutan, terkadang banyak hewan menyebrang tiba-tiba dan tertabrak pengendara lain.. tapi aku sudah menguburnya.." jawab Ana berbohong terus berusaha membersihkan tangannya.
"Oh.. aku pikir kau terluka.. Lalu apa yang kau bakar di luar sana?" Tanya Bibi Layla penuh penasaran.
"Apa Ana menyembunyikan sesuatu dariku?" Gumamnya dalam hati.
"Itu berkas kerja ku yang harus dimusnahkan.. " ujar Ana datar lagi-lagi berbohong pada Bibi Layla tanpa ekspresi apapun di wajahnya.
"Kenapa membakar malam-malam begini.. bisa bikin polusi.."
"Ah..maaf Bi.. tapi itu memang harus segera dimusnahkan.. lagipula mansion ini jauh dari rumah penduduk lain dan keramaian.. Jadi harusnya itu bukan masalah.." Ana berusaha mengalihkan Bibi Layla.
"Bibi.. tidurlah.. aku akan segera tidur.." Ana berusaha mengalihkan Bibi Layla.
"Oh.. baiklah.. kau juga harus segera istirahat.." Bibi Layla segera beranjak menjauh dari kamar Ana.
Fiuhhh !
"Hampir saja.." gumam ana lega dalam hati.
Ana keluar kamar mendekati tong besi itu, membakar sebatang rokoknya lagi, ia memandangi api dalam tong itu dengan tatapan kosong dan terus mengepul asap rokoknya santai. Setelah memastikan sisa bakaran sudah menjadi abu, dan rokoknya habis ia segera kembali masuk ke kamar.
Ana segera menghampiri meja disamping tempat tidurnya, mengambil obat tidurnya. Meneguknya dengan segelas air, lalu segera berbaring ke tempat tidur.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
kakaㅇ_₩
nanti aku lanjut lagi ya kk
2021-03-01
1