Hyuna hanya tercengang mendengar bisikan Ana. Ia tidak percaya dia akan merasa sangat terhina seperti ini. Ia mengakui kesalahannya, tapi ia merasa kata-kata Ana sudah kelewatan. Tubuhnya bergetar hebat menahan amarahnya. Ana tampak memberi perintah pada Pak Kim untuk membawa Hyuna keluar dari ruangannya.
Pak Kim segera menyeret Hyuna keluar, kali ini Hyuna tak memberi perlawanan. Ia hanya terdiam dalam tangisnya. Pak Kim mengambil sebuah jas di loker ruang kerjanya, lalu menyelimuti pundak Hyuna yang masih saja tak bergeming.
"Aku akan mengantarmu pulang." Ujar Pak Kim lirih.
"Tidak Pak Kim.. terima kasih.. aku akan pulang sendiri.." Hyuna melepas genggaman Pak Kim pada lengannya dengan lembut.
Hyuna dapat melihat tatapan Pak Kim penuh rasa iba dan kasihan terhadapnya. Hyuna berjalan tertunduk menuju lift.
Pak Kim menatap pintu kayu besar ruangan Ana dengan perasaan yang campur aduk. Ia tidak menyangka Ana melakukan hal sekejam itu. Ia masih tidak menduga kejadian seperti tadi terjadi di hadapannya. Bahkan Thomas Grey, ayahnya saja tidak pernah melakukan hal sekejam itu.
***
——————————————
2 bulan berlalu.
Kegiatan Ana sama saja setiap harinya.
Bangun pagi, bikin sarapan, gym, berangkat kerja, makan siang di cafetaria sendiri, berkerja hingga lembur sampai malam hari. Terkadang ia sesekali keluar hingga tengah malam bahkan hingga subuh, lalu saat kembali ke mansion ia meminum obat tidur untuk mempercepat kantuknya. Ia selalu mendapat resep khusus dari dokter pribadinya di negara L. Kegiatan hariannya selalu begitu.
Hari demi hari karyawan di perusahaan mulai mampu membaca sifat Ana yang sebenarnya merupakan sosok yang sangat baik dan hangat. Bagaimana tidak, Ia sering mentraktir karyawan yang bekerja lembur. Dibelikan kopi, pizza dll. Ia juga tak segan-segan memberikan bonus besar pada karyawan yang sangat disiplin dan mencapai target kerjaan dengan hasil memusakan.
Pak Kim mulai terbiasa dengan mood Ana yang sering berubah sewaktu-waktu, biasanya hal itu terjadi sesaat setelah ia menerima panggilan telepon misterius.
Siang ini di cafetaria, semua karyawan mulai terbiasa dengan kehadiran Ana disana. Mereka mulai berani sekedar menyapa Ana yang sering dibalas dengan senyuman datarnya, terkadang juga dibalas dengan wajah ketus Ana jika moodnya sedang buruk.
Pak Kim yang sebelumnya makan siang duduk dibelakang kursi Ana. Kini ia memberanikan diri untuk menawarkan diri duduk di depan Ana. Seperti yang disarankan Grandma Jane. Dekati Ana secara perlahan dan bicarakan sesuatu yang menarik tentang olahraga, karena Grandma Jane meminta Pak Kim untuk bisa mendekati Ana sedekat mungkin.
Kebetulan Pak Kim saat sekolah dulu pernah ikut komunitas panjat tebing, jadi ia memutuskan untuk membuka pembicaraan tentang itu.
"Ms.Grey.." sapa hangat Pak Kim sambil memegang nampan makan siangnya.
"Pak Kim.. ada apa?" Tanya Ana bingung.
"Boleh saya duduk disini?" Tanya Pak Kim dengan yakin.
Ana hanya mengangguk pelan. "Silahkan duduk.. Aku ingin menanyakan sesuatu.."
"Ba..baiklah.." ia segera duduk di sebrang Ana.
"Apa Grandma Jane sering meneleponmu?" Tanya Ana lirih tanpa menoleh pada Pak Kim dan fokus pada makan siangnya.
"Itu.. hmm.. 2 hari sekali biasanya ia menanyakan tentang anda.." jelas Pak Kim hati-hati.
"Hanya itu?" Ana menghentikan makannya. Menatap intens Pak Kim.
"Tentu saja.. dia sangat mengkhawatirkan anda.."
Ana hanya tersenyum simpul d ujung bibirnya. "Baiklah kalau begitu.." angguknya pelan.
"Ms.Grey.. saya penasaran tentang hobi anda." Seru Pak Kim memecah kecanggungan mereka.
Ana hanya menatap Pak Kim sendu. "Hobi apa?" Tanyanya singkat.
"Anda suka olahraga ekstrim bukan? Apa anda suka memanjat tebing?" Tanya Pak Kim tersenyum.
"Apa Grandma mengatakan tentang itu?" Timpal Ana menduga pasti itu info dari neneknya Jane.
"I..iya.. tapi aku juga dapat melihat bagaimana anda sangat kuat mengangkat banyak barang2 berat dari gudang beberapa hari yang lalu." Jelasnya sedikit gugup. "Biasanya hanya orang orang terlatih yang mampu melakukan itu."
Ana hanya mengangguk mengerti.
"Kapan terakhir kali anda memanjat tebing?" Tanya Pak Kim lagi.
"Sebelum datang ke sini.. hmm.. itu tempat benar-benar luar biasa.. ayahku mengajakku kesana pertama kali saat aku berusian 13 tahun, katanya itu tempat favorit terbaiknya..".
Jelas Ana dengan wajah mulai berseri membayangkan kenangan memanjat tebingnya sambil tetap menikmati makan siangnya yang hampir habis.
"Saya pernah mengikuti komunitas panjat tebing waktu sekolah. Saat akan pulang saya menyasar dihutan selama seharian. Saya sangat ketakutan. Saat itulah saya memutuskan untuk berhenti.. hahaha.." Pak kim mengingat masa lalunya yang sangat lucu dengan kepolosannya.
"Hahahahaha..ternyata dulu anda seorang pengecut Pak Kim..hahaha.." timpal Ana mengejeknya sambil tertawa keras sehingga karyawan lain melihat kearah mereka dengan heran.
"Hehehe.. tapi saya sekarang sudah menjadi pemberani.. Ayah anda selalu mengajari saya untuk selalu menjadi pemberani apapun situasinya.. Meskipun kini tidak ada lagi yang perlu saya lindungi.. Tapi saya sudah memutuskan untuk mengabdikan hidup saya melindungi perusahaan ini seperti Pak Thomas dan anda lakukan sekarang.." mata Pak Kim mulai berkaca-kaca saat mengingat sosok ayah Ana.
Ana dapat melihat tatapan tulus Pak Kim pada setiap perkataannya.
"Anda sudah bekerja dengan sangat baik Pak Kim.. terima kasih sudah mendampingi ayahku hingga akhir hidupnya.." ujar Ana tulus.
"Tentu saja.. ia sudah melakukan banyak hal untukku.. rasanya aku masih belum cukup membalasnya.. Dia sosok yang sangat luar biasa yang pernah aku temui."
"Kapan-kapan mari kita manjat tebing bersama.." sahut Ana semangat.
"Baiklah.. mari kita pergi bersama" angguk Pak Kim tersenyum lebar.
"Akan aku pastikan kali ini anda tidak akan menyasar di hutan.." goda Ana terkekeh. Pak Kim hanya tersipu malu.
"Hmm.. Pak Kim..apa ayahku pernah bercerita tentang aku?" Tanya Ana ragu-ragu.
"Tentu saja Ms.Grey.. dia selalu menceritakanmu dengan bangga tanpa ragu.." jelas Pak Kim bersemangat.
"Tidak..maksudku.. hmm.. tentang masa laluku..dan siapa aku?" Geleng Ana menatap Pak Kim intens. Tatapannya berubah lebih mengintimidasi Pak Kim.
"A..aku.. rasa tidak.." Pak Kim tampak kaget dan bingung ingin menjawab pertanyaan Ana.
Drrtt..drrtt...
Getar ponsel Ana menyelamatkan Pak Kim dari tatapan dalam Ana. Ia kini dapat bernafas lega.
B1 kembali menelepon Ana. Ana segera mengangkat telepon itu dengan sigap.
"Bagaimana? Apa? Benarkah?? Dimana?? Kirim detail lokasinya, aku akan kesana sekarang." Ana mengakhiri panggilan itu lalu bergegas membereskan dirinya dan mengemas nampan makan siangnya.
"Pak Kim tolong kosongkan jadwalku 2 hari kedepan. Aku akan keluar kota."
"Ada apa Ms.Grey.. tiba-tiba sekali.. apanada pekerjaan yang.."
"Tidak..aku ada keperluan pribadi.." geleng Ana menyela ucapan Pak Kim. Ana segera berlari pergi meninggalkan Pak Kim yang terbengong dengan ribuan pertanyaan.
Pak Kim segera menghubungi Grandma Jane ketika Ana sudah meninggalkannya.
Pak Kim selalu melaporkan segala kegiatan Ana sejak hari pertama ia bekerja. Tetapi hanya mengatakan bahwa Ana akan cuti. Ia tidak melaporkan semuanya karena Ana butuh privasinya sendiri. Grandma Jane terus memantau gerak-gerik Ana melalui Pak Kim ataupun pembantu di mansion Ana. Dengan alasan ia selalu berkata bahwa ia takut Ana kenapa-kenapa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments