Ana melepaskan jas Pak Kim dan menyerahkannya kembali pada Pak Kim sebelum masuk ke ruangannya.
"Biarkan aku sendiri.." Ana segera masuk keruangannya menuju sofa di depan meja kerjanya, ia menghempaskan tubuhnya lemas kesana.
Pak Kim adalah sekretaris ayah Ana sejak 18 tahun lalu. Ia bekerja dengan Ayah Ana saat ia baru berusia 20 tahun. Thommas, ayah Ana mendapati Pak Kim membantu ibunya (Grandma Jane) saat jatuh pingsan di pinggir jalan saat tengah berlibur ke negara itu. Pak Kim saat itu menolak pemberian hadiah berupa sejumlah uang yang sangat banyak dari Thommas dan justru mengatakan..
"Membantu seseorang tidak berarti harus mengharapkan imbalan apapun.. aku melakukan ini karena aku juga memiliki seorang ibu yang sudah cukup tua.. ibuku juga sedang sakit.. aku hanya berpikir bahwa harus menolong ibu tuan, aku tidak tau apa yang akan terjadi jika ia adalah ibuku.."
Hal ini membuat Thommas tertarik padanya dan semenjak itu menawarkan pekerjaan untuk menjadi asisten Thommas yang kebetulan sudah ia pecat beberapa waktu lalu karena lalai dalam pekerjaannya. Pak Kim di ajari banyak hal di perusahaan Thommas yang memang saat itu belum terlalu sukses dan masih sedang merintis di dunia bisnis.
Pak Kim sosok yang hangat dan sabar. Ibunya meninggal saat ia berumur 30 tahun. Setidaknya ia sempat membelikan ibunya mobil mewah, pakaian mewah, serta tinggal di apartemen yang mahal. Tapi ia tetap merasa belum cukup membahagiakan ibunya, terlebih ia belum sempat memberikan ibunya seorang menantu dan cucu. Bahkan hingga saat ini Pak Kim belum juga menikah. Karena ia masih merasa sedih karena ia tak sempat memenuhi keinginan ibunya untuk menikah. Ia merasa tidak perlu menikah karena tidak ada lg orang yang ingin ia bahagiakan. Baginya wanita hanya membuatnya kesulitan karena menurutnya wanita itu sangat rumit.
Ia selalu menyumbangkan sebagian gajinya untuk beberapa panti asuhan di negara K tersebut. Ia selalu melakukan itu setelah ibunya meninggal hingga saat ini.
***
Pak Kim masuk keruangan Ana membawakan nampan berisi semangkok ayam goreng ekstra pedas dan cheese spageti. Ana termenung melihat itu.
"Apa ini?" Tanya Ana heran.
"Anda belum memakan apapun sejak tadi, saya harap ini sesuai dengan selera anda.." jelas Pak Kim tanpa ragu. Tentu saja sebelum menyajikan makan siang untuk Ana di ruangannya Pak Kim sudah menghubungi Grandma Jane untuk menanyakan makanan kesukaan Ana, awalnya Grandma Jane tampak ragu-ragu namun ia menyebutkan beberapa makanan yang pernah ia lihat Ana memakannya dengan lahap.
Ana hanya tak habis pikir bagaimana Pak Kim bisa tau seleranya. "Hmm...terima kasih.." jawabnya singkat.
"Selamat menikmati Ms.Grey" Pak Kim segera berlalu keluar ruangannya.
Ana masih melihat makanan yang menggiurkan itu. Aroma pedas cabe dari ayam itu sangat menggoda ditambah cheese spageti yang tampak sangat nikmat. Tanpa berpikir panjang Ana langsung menyantap makanan itu dengan lahap setelah Pak Kim segera meninggalkan ruangannya.
"Ini benar-benar nikmat, Pak Kim sangat tau seleraku, ia terlihat seperti ayahku.. sangat memahamiku tanpa aku harus mengatakan apapun.." gumamnya dalam hati dengan tenang.
***
"Ana sering membuat spageti, khususnya cheese dan bolognise dengan ekstra daging, ia juga suka makanan apapun yang sangat pedas, ia tidak bisa meminum alkohol sejak beberapa tahun belakangan karena penyakitnya.. ia juga perokok berat, kau harus mengingatkannya untuk mengurangi kebiasaan buruk itu.." ucap Grandma Jane tegas. Lalu ia ingat Ana suka olahraga ekstrim bersama Thommas dulu.
"Dan ia suka semua hal terutama olahraga ekstrim seperti panjat tebing, memanah, arum jeram, berburu di hutan, ia benar-benar seperti seorang anak laki-laki.." panjang lebar penjelasan Grandma Jane pada Pak Kim di telepon tadi sesaat sebelum ia membelikan menu makan siang itu pada Ana, itu membuat Pak Kim kini sedikit banyak sudah mengetahui tentang Ana atasannya.
Terlepas dari Ana bosnya atau bukan, Pak Kim memandang Ana lebih berharga karena Ana anak satu-satunya dari Thommas, orang yang berjasa pada hidupnya saat ia terpuruk di masa muda dulu, ia ingin melindungi dan menjaga Ana seperti Thommas dulu menjaga dan melindunginya saat muda.
Pak Kim dulu sering ditawari untuk mendapatkan promosi, tapi ia selalu menolak karena ia tidak sanggup dan takut menerima beban tanggung jawab yang lebih besar, ia takut mengecewakan Thommas jika ia gagal melaksanakan tugasnya sebagai kepala divisi tertentu. Ia memutuskan hanya untuk menjadi sekeretaris Thomas Grey, selalu setia berada di sisi ayah Ana hingga ia meninggal dunia. Meski ia hanya seorang sekretaris tapi kini gajinya sudah hampir setara dengan Mr.Lee yang seorang Wakil CEO di perusahaan itu.
Drrrt...drrttt..
Ana segera menerima panggilan masuk di ponselnya. Panggilan dari B1.
"Bagaimana??...hmm...benarkah? Kalian harus segera menemukannya... baiklah... jangan kecewakan aku.."
Ana mengakhiri panggilan misterius itu. Mata indahnya menatap keluar jendela ruang kerjanya, membayangkan sosok yang selama ini ia cari, sosok yang selama ini ingin ia temukan bagaimanapun caranya.
***
Tok tok tok..
Pak Kim kembali masuk keruangan Ana. Ana menatap Pak Kim yang berjalan masuk Ana tampak mengenakan kacamata baca dan tengah membaca file-file kerja yang menumpuk di mejanya.
"Ms.Grey.. Nona Hyuna ingin menemui anda.."
"Siapa dia?" Tanya Ana bingung.
"Hmm..gadis di cafetaria tadi Ms.Grey.." jawab Pak Kim dengan nada hati-hati.
Ana hanya tersenyum sinis sambil mengangguk pelan.
"Baiklah.. suruh dia masuk.."
Lalu sosok gadis menyebalkan itu masuk keruangan Ana dan segera berlutut dihadapan Ana dengan terisak pelan.
"Ms.Grey.. aku mohon maafkan aku.. aku khilaf.. aku berjanji tidak akan melakukannya lagi.. aku mohon.. maafkan aku.." ia terisak sambil duduk bersimpuh memohon maaf pada Ana yang segera bangkit dari duduknya.
Ana hanya menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Pak Kim hanya terdiam berdiri didalam ruangan itu.
"Pak Kim..bawa kemari yang aku minta tadi.." ujar Ana lirih tanpa memalingkan pandangannya dari gadis malang itu.
Pak Kim lalu segera berlalu mengambil barang yang diperintahkan Ana untuk di ambil dari cafetaria siang tadi yang telah ia simpan di dekat meja kerjanya dengan seribu tanda tanya di pikirannya. Setelah kembali ke ruangan Ana, ia segera menyodorkan bungkusan itu pada Ana.
Ana melihat kedalam plastik itu, ia melangkah maju ke depan gadis itu.
Lalu...
Menumpahkan isi plastik itu ke lantai yang ternyata berisi potongan daging yang gadis itu serakkan di cafetaria saat bertengkar dengan Ana tadi.
"Makan itu.." timpal Ana lirih. Padahal daging itu sebelumnya telah dibuang ke dalam tempat sampah, dan bahkan kini berada di lantai ruangan Ana.
"Ms.Grey.." gumam gadis itu lirih dengan mata sembab masih berkaca-kaca. Bibirnya bergetar hebat.
"Makan itu.. maka aku akan memaafkanmu.." Ana bersandar di meja kerjanya sambil melipat kedua tangannya di dada. Pak Kim terperanjat kaget melihat perilaku Ana.
"I..ini..." tangan gadis itu tampak bergetar hebat menunjuk potongan daging yang berserakan di lantai.
"Apa kau tau? Ada jutaan orang di dunia ini yang tidak bisa makan dengan makanan layak.. Dan aku sangat membenci orang yang tidak bisa menghargai makanan.. bahkan aku bekerja keras agar aku bisa membantu orang-orang diluar sana agar mereka mendapatkan makanan yang layak untuk mereka makan.. Sedangkan kau.. dengan mudahnya tidak menghargai makanan itu.. ugh! Aku sangat membencinya.." Ana menatap dengan tatapan sinis.
"Tolong hukum aku dengan hukuman lain Ms.Grey.. makanan ini.. ini sudah sangat kotor.." mohon Hyuna masih menangis terisak.
"Aku rasa kau tidak ada bedanya dengan makanan itu.. karena kau bahkan lebih kotor dari sampah.." celetuk Ana dingin.
"Jika kau tidak sanggup sebaiknya kau segera pergi darisini.. aku sangat sibuk.."
"Ba..baiklah.. aku akan memakannya.." tukas Hyuna segera mengambil potongan daging itu dengan tangannya yang bergetar.
Ana hanya melihatnya dengan tatapan datar. Sedangkan Pak Kim masih berdiri terpaku, tak tau apa yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tentu saja Ia terkejut dengan perlakuan Ana pada Hyuna, bahkan Thommas saja tidak pernah berbuat kasar pada karyawannya, apalagi memberi hukuman seperti ini.
Hyuna memasukkan potongan daging itu kedalam mulutnya perlahan, ia tampak mencoba mengunyahnya hingga beberapa kali ia ingin termuntah namun ia tetap menahannya sambil terisak pelan.
Ia berusaha menelan daging didalam mulutnya hingga habis.
Ana tersenyum sinis.
"Baiklah.. kau sudah aku maafkan.. berdirilah.." pinta Ana.
"Pak Kim.. bawa dia keluar darisini.. Dan aku tidak ingin melihatnya lagi.." perintah Ana tegas.
"M..Ms.Grey anda berjanji akan memaafkanku.." tukas Hyuna segera berdiri.
"Aku memang sudah memaafkanmu.. tapi bukan berarti kau bisa tetap bekerja diperusahaan ini.. Pergilah.." Ana segera membalikkan tubuhnya berjalan menuju kursinya.
Hyuna segera berlari memeluk kaki Ana. Memohon hingga meronta-ronta.
"Tolong jangan pecat aku Ms.Grey !! aku akan melakukan apapun untukmu... aku mohon.. aku sangat membutuhkan pekerjaan ini.. aku mohon.."
Ana menepis tangan Hyuna dari kakinya dengan keras. Ana berjongkok ke depan Hyuna.
"Baiklah.. Hanya ada satu keinginanku.." bisik Ana pelan ke telinga Hyuna.
Hyuna mengangguk dengan cepat. "Katakanlah Ms.Grey.."
"Keluar dan pergi dari sini.. dan bawa mulut kotormu pergi jauh dari sini.." bisik Ana lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Tita Dewahasta
like 3
kutunggu feedback nya di karyaku "emak, aku pengen kawin" ya
2021-04-05
1