Dua hari berlalu setelah meninggalnya Rendra. Riana masih meneteskan air matanya, dirinya menyadarkan kepala di tembok, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong, dirinya tidak pernah menyaka jika om kecilnya yang membunuh papahnya secara tidak langsung
"om Rehan, aku janji, suatu saat aku akan membalas semua yang telah om perbuat, om sudah di besarkan oleh papa, bahkan papa memberikan om perusahaan cabang dan membelikan rumah untuk om, tapi om membalasnya dengan membuat bangkrut perusahaan papa, dan membuat papa meningal."
air mata Riana semakin deras, ia mengingat hari-hari bersama Ayahnya. Tidak lama Marina masuk ke kamar Riana, lalu dirinya melihat anak Gadisnya yang melihat keluar jendela. Marina langsung meneteskan air mata lagi, dirinya sudah berusaha untuk tidak menangis untuk menenangkan anak-anaknya, tapi tetap saja dirinya tidak bisa menahan air matanya. Marina langsung menghapus air mata dirinya, lalu langsung berjalan mendekati Riana, setelah di samping Riana, dirinya menatap anaknya yang tidak menyadari ada dirinya. Riana tetap melihat keluar jendela ia tidak menyadari Kalau ada ibunya
"sayang."
Riana yang di panggil, lalu ia langsung menengok ke arah suara tersebut
"mamah."
"sayang, jangan terus seperti ini, jangan terus menangis mamah mohon padamu."
"mah, tolong tinggalkan Riana sendiri, Riana butuh waktu untuk sendiri."
"baiklah sayang."
Marina langsung keluar kamar anaknya sambil meteskan air mata lagi. Mirna tau meninggalnya suaminya adalah pukulan yang berat, bukan hanya dirinya, tapi Rina dan Riana masih saja di kamar masing-masing dari kemarin. Setelah melihat ibunya keluar. Riana melihat keluar jendela lagi sambil terus meneteskan air mata, lalu ia berbicara sendiri
"pah kau janji akan selalu mencari orang tua aku, tapi kenapa kau meninggalkan aku begitu cepat, papah janji akan selalu bersama aku, aku sekarang kesepian tanpa papah. Papah selalu menemani aku hingga aku tertidur, sekarang tidak ada lagi. Kenapa semuanya terjadi pah, dua hari tanpa papah aku benar-benar tidak bisa."
Riana masih terus meneteskan air matanya. Sekarang tidak ada lagi yang mengatakan selamat tidur sayang. Riana masih terus mengingat kenangan bersama Ayahnya dirinya berjalan ke meja rias lalu Riana membuka kotak cincin, cincin itu adalah Rendra yang membuatnya untuk Riana, ternyata ucapkan Ayahnya benar. Rendra mengasih 2 cincin pernikahan untuk dirinya lalu Ayahnya mengatakan cincin untuk pernikahan Riana, lalu Ayahnya juga mengatakan takut tidak bisa menemani Riana sampai menikah
"pah, kenapa perkataan papah menjadi kenyataan, kenapa papah meninggalkan aku."
air mata Riana masih terus menetes, dirinya langsung menutup kotak cincin lalu Riana membuka kotak barang-barang masa kecil, dirinya melihat semua barang-barang masa kecil yang di belikan Ayahnya. Setelah melihat semua barang-barang Riana mengambil foto Rendra, dirinya mengusap pipi Ayahnya yang sedang tersenyum bersama dirinya
"papah, aku janji, aku akan sebisa mungkin menjaga keluarga kita, aku juga akan membalas semua atas apa yang om Rehan lakukan, aku tau papah tidak pernah menyukai orang yang memiliki dendam dan kebencian, tapi jika bukan karena om Rehan papah tidak akan meninggal."
Bi Katmi yang melihat nona kecil dari pintu, ia langsung meneteskan air mata. Bi Katmi sudah bekerja di keluarga Renata sudah 15 tahun lamanya, dari sebelum Riana di adopsi, tapi sekarang dirinya menjadi pelayan kushus untuk Riana, tentu dirinya selalu memperhatikan Riana
"kasihlah kesabaran untuk keluarga ini, hatiku sangat sakit dan sedih melihat keluarga ini penuh dengan air mata. Tuan kau benar-benar malang, kenapa orang yang membunuh Tuan secara tidak langsung adalah Tuan Rehan, orang yang Tuan percaya selama ini." batin bi katmi
Bi Katmi terus saja menatap nona kecil, yang masih saja mengusap-usap foto Rendra, lalu Bi Katmi berjalan masuk ke dalam kamar nona kecilnya lalu dirinya mendekati nona kecil
"nona kecil."
Riana melirik ke arah Bi Katmi
"bibi."
"nona kecil, jangan seperti ini, mamah nona dan Cece Rina juga sangat sedih, nona jangan menambah kesedihan mereka, jangan terus di kamar, kasihan mamah nona kecil."
Riana langsung berdiri lalu dirinya langsung memeluk Bi Katmi. Bi Katmi memang pelayanan khusus untuk Riana, jadi Riana sudah menganggapnya seperti orang tuanya. Bi Katmi membalas pelukan nona kecil sambil membelai rambut nona kecil, dirinya juga sangat sedih, lebih sedih lagi melihat keluarga ini penuh dengan air mata
"bibi, terimakasih karena sudah mau menaseti aku."
"tidak perlu berterimakasih nona kecil."
Riana masih saja memeluk Bi Katmi, sekarang tidak ada lagi orang yang untuk sandaran untuk dirinya. Tidak ada lagi orang yang selalu membangunkan dirinya setiap pagi. Setelah beberapa menit Riana dan Bi Katmi melepaskan pelukannya. Bi Katmi menghapus air mata nona kecil dengan memakai kedua tangan dirinya
"nona kecil, semuanya juga sedih, tapi nona kecil jangan terus seperti ini."
"iya Bi aku tau, tapi aku belum bisa menerima kenyataan ini Bi, apa lagi yang membunuh papah secara tidak langsung adalah om Rehan, orang yang paling papah percaya, kenapa dia itu sangat kejam Bi?"
"nona kecil, suatu saat nona kecil mengerti, jarang sekali orang yang menganggap kaka jika sudah menyangkut masalah uang, banyak orang menjadi kejam karena uang."
"bibi, tapi om Rehan di besarkan oleh papah, semenjak meninggal mamahnya om Rehan, keluarga ini yang membesarkannya, papah juga mengasih perusahaan cabang dan membelikan rumah, tapi kenapa om Rehan membalasnya dengan kejam?"
"sudah nona kecil jangan menangis terus, ikhlaskan papah."
"aku akan ikhlaskan papah, tapi cepat atau lambat aku pasti akan membalas semua yang om Rehan lakukan."
Bi Katmi menghapus air mata nona kecilnya lagi memakai kedua tangan dirinya sambil berbicara
"nona kecil, harus ingat, papah tidak suka orang yang memiliki dendam."
Riana langsung memeluk Bi Katmi lagi. Bi Katmi juga membalas pelukannya. Air mata Bi Katmi makin deras, dirinya juga sangat sedih atas apa yang terjadi dalam keluarga Renata. Riana menangis hingga tersedu-sedu di pelukan Bi Katmi. Riana juga masih saja mengingat kenangan dengan Ayahnya. Setelah tenang Riana melepaskan pelukannya, lalu dirinya memegang tangan kanan Bi Katmi dengan kedua tangannya
"bi, Terimakasih sudah menasehatiku. Aku memang menyuruh mamah pergi dari kamar karena aku tidak sanggup melihat mamah menangis, melihat Cece menangis."
"tidak perlu berterimakasih nona kecil, seharusnya Bibi tidak pantas menaseti nona kecil, karena Bibi hanya seorang pelayan, tapi Bibi juga sangat sedih melihat keluarga ini."
"tidak idak Bi, aku bahkan sangat berterimakasih, karena Bibi mau menasehatiku, mengingatkan tentang papah kalau papah sangat benci orang yang memiliki dendam, tapi aku berjanji kejadian ini akan aku balas cepat atau lambat, aku bukan Gadis kecil Bi."
"nona kecil, sekarang lebih baik istirahat, jangan menangis lagi."
"iya Bibi aku akan istirahat."
BI Katmi langsung menuntun nona kecilnya ke ranjang lalu membaringkan tubuh nona kecilnya setelah itu Bi Katmi menyelimuti nona kecilnya
"iya sudah Bibi keluar dulu nona kecil"
"iya Bi Katmi."
BI Katmi lalu langsung keluar dari kamar nona kecilnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
@Kristin
Hay mampir ya Thor 🤗
2022-09-02
0
Sejahtera
Hadir , Kakak
2021-08-29
1
syafridawati
aku mampir dengan like dan fav semangat
2021-07-27
1