Pagi hari seperti biasa Marina dan Rendra sudah duduk di meja makan, menunggu anak-anaknya . Rina merasa pikirannya gelisah dari semalam, dirinya lalu pergi ke kamar adiknya. Rina langsung membuka pintu kamar adiknya, dirinya melihat adiknya yang sedang merias wajah lalu dirinya langsung mendekati adiknya
"pagi dek."
"pagi juga Ci."
Riana langsung membalikkan badan lalu langsung menatap Kakanya
"dek, hari ini setelah sekolah langsung pulang, perasaanku sangat gelisah."
"baiklah Cici."
"baiklah, kau lanjutkan berdandan, aku akan turun dulu."
Rina langsung melangkahkan kakinya tiba-tiba Riana langsung memegang tangan Kakanya
"tunggu Ci."
Rina lalu membalikkan badannya lagi dirinya menatap mata adiknya dengan penuh pertanyaan
"ada apa dek?"
"perasaanku dari semalam tidak enak Ci, gelisah dan sedih."
Rina langsung membelai rambut adiknya memakai kedua tangan
"taidak apa-apa dek, semuanya pasti baik-baik saja, yang penting kau harus pulang lebih awal."
"baik Ci."
"sudah lebih baik cepat lanjutkan, setelah itu langsung turun, sudah di tunggu papah sama mamah."
"baik Ci."
Rina langsung melanjutkan langkah kakinya keluar. Riana melanjutkan lagi merias wajahnya. Rina setelah di depan pintu, dirinya menatap adiknya yang sedang berdandan, dirinya memiliki perasaan kuatir dan sedih, tapi tidak tau, perasaan apa dan apa yang akan terjadi, lalu dirinya menutup pintu kamar adiknya langsung menuruni tangga
"pagi Nona muda."
"pagi juga."
Rina langsung berjalan mendekati meja makan hingga dirinya sampai di meja makan lalu langsung menyapa kedua orang tuanya
"pagi mah, pagi pah."
"pagi juga sayang." jawab Rendra
"pagi juga sayang, adikmu belum selesai juga?"
"belum mah."
Rina langsung menarik kursi, dirinya lalu duduk, dengan pikiran yang gelisah. Riana setelah selesai langsung turun masih dengan pikira gelisah, setelah sampai di dekat meja makan dirinya langsung menyapa kedua orang tuanya
"pagi mah, pagi pah."
Seperti biasa Riana selalu mencium pipi ke dua orang tuanya dan Kakanya. Rina langsung menggeser kursi untuk duduk adiknya. Lalu Riana duduk. Mereka langsung mulai sarapan. Marina juga merasakan hal yang sama, dirinya sangat gelisah. Marina menatap anak-anaknya lalu menatap suaminya secara bergantian
"ada apa ini, kenapa aku memiliki perasaan yang tidak enak, Tuhan, tolong lindungi anak-anakku dan suamiku, jangan sampai mereka terjadi apa-apa nanti."
Setelah mereka selesai sarapan seperti biasa mereka berjalan keluar untuk melakukan aktivitas masing-masing. Rendra melihat motor asistennya yang tidak ada, dirinya langsung bertanya pada Pak Eko yang tidak lain adalah satpam di rumah Rendra
"pak, apa Kiki dari tadi belum sampai?"
"belum tuan."
Tidak lama Kiki datang, dirinya langsung memberhentikan motor lalu berjalan mendekati Rendra dengan bandan yang penuh keringat
"pagi pak CEO, pagi nyonya, pagi nona muda, pagi nona kecil."
Mereka semua hanya menggunakan kepala
"Kiki, kenapa kau mandi keringat?"
"begini pak CEO."
Kiki diam sebentar dirinya sangat takut untuk mengatakan pada pak CEO, karena atasan dirinya memiliki penyakit jantung. Kiki ingin mengatakan kalau uang perusahaan di bawa kabur oleh Rehan, yang tak lain adalah adik tiri Rendah, perusahaan sekarang mengalami kebangkrut
"ada apa Kiki?
"pak CEO, uang perusahaan di bawa kabur oleh tuan Rehan, sekarang perusahaan bangkrut, karena ke kekurangan dana."
Rendra langsung sesak nafas setelah mendengar perkataan asistennya, dirinya langsung memegang dadanya
"pah tenang."
Riana yang melihat Ayahnya sakit, dirinya langsung lari ke dalam untuk mengambil obat Ayahnya
"pah tenang dulu."
Rendra langsung terduduk di lantai. Marina ikut duduk sambil menyangga kepala suaminya, lalu Rina juga ikut duduk di lantai termasuk Kiki. Rasa sakit Rendra semakin sakit
"mah, jika ada sesuatu dengan papah, tolong jaga anak-anak kita dengan baik."
Marina menjawab dengan anggukan kepala. Setelah istrinya menyetujui permintaannya Rendra langsung menutup mata
"pah, papah." panggil Marina
"papah bangun." panggil Rina
"nyonya mari kita bawa ke rumah sakit"
"baik."
Kiki memegang tangan pak CEO, ternyata sudah tidak ada denyut nadi. Kiki langsung terdiam setelah memeriksa denyut nadi atasannya
"Ki, kenapa?"
"pak CEO sudah meninggal nyonya."
"pah bangunan pah." panggil Marina
"papah bangun, jangan tinggalkan Rina pah, cepat bangun."
Marina dan Rina menangis hingga tersedu-sedu, lalu Marina memeluk suaminya. Rina memegang tangan Ayahnya hanya Riana yang belum tau, karena dirinya mengambil obat Ayahnya di ruang tamu, sedangkan ruang tamu itu terletak di lantai 3. Riana lari sambil membawa obat Ayahnya lalu langkah Riana terhenti saat melihat Ayahnya yang sudah menutup mata. Obat yang di pegangnya langsung terjatuh, dirinya lalu lari mendekati orang tuanya sambil meteskan air mata
"apa yang terjadi dengan papah, mah, ayo kita bawa ke rumah sakit mah."
Marina tidak menjawab pertanyaan anaknya, tangan kanannya memeluk kepala suaminya, tangan kiri Marina memeluk Riana. Riana semakin paham apa maksud ibunya yang tidak menjawab pertanyaan dari dirinya. Riana langsung melepaskan pelukannya lalu dirinya memegang tangan Ayahnya
"tidak, tidak mungkin, papah bangun, papah jangan tinggalkan Riana pah, Riana mohon pah bangun, cepat bangun pah Riana mohon papah bangun pah."
Air mata Riana semakin deras setelah mengerti maksud ibunya. Rina langsung menarik adiknya dalam pelukannya, air mata dirinya juga semakin deras, tapi dirinya tetap mencoba menenangkan adik kesayangannya yang terus teriak-teriak memanggil Ayahnya
"tenangkan dirimu dek, jangan teriak-teriak."
"tidak Ci, ayo bawa papah ke rumah sakit Ci."
Riana langsung melepaskan pelukan Kakanya lalu dirinya langsung mendekati Kiki, setelah dirinya di samping Kiki dirinya langsung memegang tangan Kiki
"asisten Ki, ayo bawa papah ke rumah sakit jangan diam saja."
"nona kecil yang sabar, papah nona sudah meninggal."
"tidak asisten Ki, Riana mohon ayo bawa ke dokter, pasti papah bisa sembuh, ayo asisten Ki."
"nona kecil, papah nona kecil sudah meninggal, dokter tidak akan bisa menanganinya karena mereka juga hanya manusia biasa."
"tidak asisten Ki, Riana yakin papah pasti masih hidup, apa karena tidak ada uang asisten Ki diam saja."
"bukan begitu nona kecil, tapi karena papah nona kecil sudah meninggal."
"tidak!"
Rina yang melihat adiknya belum menerima kenyataan lalu dirinya langsung mendekati adiknya, setelah itu dirinya langsung memeluk adiknya lagi. Marina masih meneteskan air mata sambil terus memeluk suaminya, tapi mata dirinya terus saja melihat anaknya yang terus saja memohon pada asistennya
"papah, kenapa meninggalkan aku sangat cepat, bagaimana aku harus mengurus anak-anak kita."
Kiki juga ikut menangis karena dirinya sudah bekerja selama 10 tahun dengan pak CEO, tentu sudah paham kondisinya, tapi dirinya tidak pernah menyangka jika perkataan dirinya akan menghilangkan nyawa pak CEO
"kenapa tuan Rehan melakukan ini, dia sudah di besarkan oleh keluarga Renata, tapi sekarang dia membalasnya dengan penghianatan, kasih sayang yang tulus selama bertahun-tahun yang di berikan oleh keluarga Renata, tapi dengan sadis menghancurkan keluarga yang sudah membesarkan dirinya." Batin Kiki
Rina masih memeluk adiknya yang masih terus menangis hingga tersedu-sedu termasuk dirinya yang menangis tersedu-sedu, tapi dirinya mencoba untuk menangkan adiknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
cnj_neneng
aku Lik semua ok🤭
2022-02-28
1
d.amora salwa
sedih😔
2022-02-16
0
Cucu Suliani
Hadir
2021-07-27
1