***
Nico sudah bobo siang, aku diizinkan untuk ikut istirahat karena kerjaan ku lainnya sudah selesai. Ada rasa kesal dihatiku karena dihakimi orang tadi, tapi ya sudah aku sadar diri aku hanya numpang dirumah orang.
Aku kepikiran bapak dirumah , apakabar sama bapak, coba ku tlp bapak dirumah.
" Halo.. assalamualaikum pak ?"
" Waalaikumsalam nak , ada apa nak ?"
" enggak pak, mau nanya aja, gimana kabar bapak ?"
" Lumayan ini, tapi sini hujan terus, rasanya mau ngapa ngapain jadi gak semangat nak "
" oh sini cerah pak, bapak udah maem ?"
" belum nak, uang bapak nipis "
" lho kan kemaren ku kasih 500 to pak, baru seminggu masa udah habis pak, kan cuman buat maem di rumah pak "
" Ya kan buat arisan buat acara apa ini itu kematian juga , banyak kebutuhan dirumah itu "
" tapi kan baru seminggu pak "
" lha sekarang kamu pegang uang masih berapa nak ? "
" Masih utuh pak, 500, tapi buat kupake jaga-jaga disini pak "
" Kamu disitu maem beli sendiri ?"
" Sebenere enggak pak, disini makan disini pak, enggak beli "
" Ya sudah itu dikirim dulu buat bapak, Minggu depan buat nyumbang tempate Bu Ika, bapak gak punya uang "
" Tapi pak, kok bapak tega , aku disini merantau jauh, apa bapak tega aku gak pegang uang sama sekali pak ?"
" Kalau gak boleh itu ngomong aja , ya udah bapak mau masak , nasib ditinggal istri selingkuh punya anak juga gak peduli orang tua "
" Bukan begitu pak, kenapa bapak enggak minta Bu Ida dulu "
" Ibumu itu mana pernah mau ngasih uang ke bapak , dia selalu minta bapak nafkahi, sudah tahu suaminya sakit begini masih diperas uang "
" Tapi memang itu tanggung jawab bapak sebagai suaminya kan pak, lagian sebenarnya bapak kan masih bisa bekerja , badan kalau dibuat tidur terus malah bisa sakit semua pak "
" Begitu omonganmu ke bapak , kamu itu belum bisa hasilin uang, kok beraninya ngomong begitu ke orang tua "
" Bukan maksud Lya begitu pak, Lya hanya menjelaskan tanggung jawab bapak sebagai suami "
" Emang kamu itu persis kaya ibumu, gak bisa diatur, gak bisa diandalin "
" Tapi pak.... "
Sambungan tlp putus, bapak memutus tlpku, bapak tidak terima dengan kata kataku, aku kadang berfikir , yang bapak aku lakukan itu benar apa salah, hatiku selalu saja bingung dan sakit.
Semenjak ibu meninggalkan aku dengan bapak , aku benar benar kacau, mereka bercerai , aku dulu berfikir itu gak akan berdampak pada hidupku, ternyata salah. Hidupku berantakan , aku haus kasih sayang orangtuaku , tapi tidak pernah aku dapatkan, mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Ibuku, dia bernama Martina, dia cantik bagiku, dia tinggi, kulitnya kuning Langsat cantik, rambutnya keriting, wajahnya bersih, dia cantik bagiku.
Dulu sebelum dia memutuskan untuk pergi menjadi TKW di Arab Saudi, dia sangat perhatian denganku, dia sangat menyayangiku, itu yang aku ingat. Tapi setelah dia merantau, dia berubah, dia kasar kepadaku, dia seolah olah jijik denganku.
Dia sering mengirim surat kepada bapak , isinya selalu tentang perceraian. Bapak terkadang sampai marah marah dan ujungnya aku yang selalu terkena imbasnya.
" Kamu sama ibumu itu sama aja , sama sama Pelacur " selalu kata kata itu yang diucapkan kepadaku setiap aku melakukan kesalahan, walaupun itu hanya kesalahan sepele yang kulakukan. Akan selalu seperti itu.
Ingatanku kembali saat pertengkaran kedua orang tuaku waktu itu...
Saat itu ibuku baru saja pulang dari Arab, ya terlihat sekali penampilannya banyak yang berubah, dia terlihat lebih modis daripada dulu.
" Lya, ini ibu bawakan oleh oleh buat Lya, ada boneka, wahh... Lya suka enggak ? " ucap ibu sambil memberikan boneka untukku
" Wah Lya suka banget ibu , bonekanya bagus "
" Ini buat Lya, ibu juga punya baju banyak buat Lya, nanti kita foto bareng ya Lya , ibu mau kasih tahu ma temen temen ibu, kalau ibu punya anak cantik banget " ucapnya sambil cium keningku.
Tiba tiba bapak datang, mukanya sangat datar dan tanpa tersenyum.
" Pak, aku dibeliin ibu boneka, lucu ya ?" ucapku sambil menunjukkan boneka itu ke bapak.
Bapak tidak menanggapi ucapanku.
" Kalau diajak ngomong anak , seenggaknya beri senyum, kalaupun memang lagi marah atau apa, hargai orang ngomong " ucap ibu
" Jangan nasehati orang lain, kamu sendiri aja gak bisa hargai orang lain " ucap bapak
" Bisa enggak jangan bahas masalah kaya gitu didepan anak "
" Biar dia tahu kelakuan ibunya "
" Lya, kamu maen keluar sebentar ya sayang, ibu sama bapak mau bicara sebentar "
" iya Bu "
Aku keluar, tapi aku sembunyi dibalik tembok, aku pengen tahu kenapa bapak sama ibu bertengkar.
" Apa pantas ngomong masalah kaya gitu didepan anak ? Ini yang selalu bikin aku kecewa sama kamu "
" Kenapa harus disembunyikan, dia sudah pantas tahu kelakuan ibunya diluar sana , yang kecewa itu aku bukan kamu "
" Kamu tidak bisa instropeksi diri, ambil cermin dan koreksi kesalahan kamu "
" Maksud kamu apa hah" bentak bapak sambil bergerak akan menampar ibu.
" Apa? mau tampar aku, nih tampar, aku kalau bukan karena Lya, gak akan pernah mau bertahan sama kamu , gak ada yang bisa kubanggain dari kamu "
" Apa kamu pikir cuman dengan kiriman uang 10 JT itu sudah cukup bikin rumah ini, ini kalau gak tanah warisan keluargaku gak mungkin cukup dibeli dengan harga cuma cuma, paham kamu , jangan terlalu bangga dengan uang segitu, ini kalau gak karena aku juga gak akan kebeli tanah ini "
" Apa apa selalu kamu sandingkan dengan materi, sekarang aku tanya ke kamu, kamu selama menikah sudah kasih berapa juta ke aku? Kamu kerja apa enggak? Tiap hari hanya asyik bermain sama semua burung peliharaanmu itu, pernah mikir enggak, anak sama istriku butuh makan butuh sandang, pernah gak mikir kaya gtu? makan ikut orang tua, apa kamu gak punya rasa malu ?"
" Kamu nyesel merantau jadi babu di Arab? Siapa yang nyuruh, emang itu keinginan kamu sendiri kan ?"
" Aku gak pernah nyesel, seenggaknya aku bisa menghasilkan uang walau sedikit buat tambahan rumah ini, sudahlah intinya aku gak bisa lagi sama kamu, Lya bakal ku ajak pergi sama aku ke Semarang "
" Alah omong kosong, kamu minta pisah karena sudah kepincut laki laki brengsek itu kan ?"
" Kalau iya emang kenapa? Dia lebih menghargai aku daripada suamiku sendiri "
" Dasar Pelacur kamu "
" Gak ada rubahnya kamu itu, jangan ngomong lagi ke aku "
Ucap ibuku sambil pergi ke kamar, aku mendengar semua itu sakit sekali hatiku , padahal usiaku saat itu baru 10 tahunan. Aku bingung, apakah bapak yang bersalah atau ibuku yang bersalah ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments