Story Of Cathleya
" Nak , Cathleya, kesini sebentar nak, bapak mau bicara..."
Suara itu menyadarkanku dari bius lamunan yang menghanyutkan ku. Bergegas ku hampiri bapakku di ruang tamu. Ku berjalan gontai menuju kesana, dan sampainya disana kulihat bapak bersama ibu tiri ku, Ibu Ida namanya. Aku duduk disebelah bapak.
" Ada apa pak, manggil Cathleya kesini ?"
" Nak , apa kamu sudah yakin untuk merantau ke Jakarta ikut ibumu ? "
Aku terdiam menatap bapak yang sedari tadi menatapku, mengharap jawaban dariku yang sebenarnya bapak sudah mengetahuinya tanpa harus meminta dariku. Dengan berat ku katakan bahwa aku yakin, walau hati ini masih bimbang dan ragu.
" Aku yakin pak, aku harus kerja, aku gak mungkin terus menerus menganggur seperti ini..."
" Kalau sudah yakin , ya sudah, sekarang siapin dulu pakaian dan semua kebutuhanmu nanti disana, kerja ikut orang hati hati, ada apa apa tlp bapak" ucap bapak sambil menepuk bahuku
" iya pak "
" Itu nanti kamu ikut yayasan di Jakarta sana, kalau sudah dapat calon keluarga yang mau kamu jadi baby sitternya, baru kamu bisa kerja, ya kalau di rumah ibu yayasan, kamu harus bantu apa juga gtu disana, ya nyuci lah, nyapu atau bantuin masak gtu , jangan diem aja , tunjukkin kalau kamu bisa kerja , paham belum? " Ucap ibu Ida panjang lebar kepadaku.
" iya paham Bu, kalau gtu aku siap siap dulu pak "
Ucapku sambil berdiri menuju ke kamarku, aku bingung dan ragu, tapi aku harus tetap melakukannya, semua untuk kebutuhan keluarga, dan rasa tak nyaman diriku dengan orang tuaku, terutama sejak bapak menikah lagi dan membawa ibu Ida tinggal dirumah.
Dia tidak terlalu menyukaiku, aku sering mendengar percakapannya ke bapak, dia bilang aku terlalu manja dan tak bisa kerja, dan bapakku juga mengiyakan, itu yang semakin membuatku tidak nyaman disini.
***
" Pak, besok si Cathleya itu udah ada uang saku belum? Beneran mau kerja enggak itu anak, dia tuh terlalu kamu manjain, aku kalau sampe dia kabur kaburan, enggak enak sama ibu yayasan.."
"..Udah tak kasih buat pegangan , jangan ngomong kaya gtu tentang anakku, bapak yakin dia tanggung jawab, bapak enggak manjain dia, rubah pola pikir jelekmu tentang Cathleya, sudah gek istirahat besok berangkat pagi "
***
Pukul 04.30 , suara adzan berkumandang, aku terbangun dari tidurku , aku beranjak dari tempat tidur, kurapikan tempat tidurku, bergegas ambil wudhu dan sholat subuh.
Kubisikan doa , aku berharap jika jalan yang ku ambil ini tepat, mantapkan hatiku menjalaninya, tapi jika yang kujalani ini salah, lindungi aku agar aku tidak membuat masalah nantinya.
Setelah selesai sholat, aku bergegas mandi, dan mulai menyiapkan semuanya ke dalam koper.
Pukul 08.00 aku dan orang tuaku sarapan, saat sarapan kutatap wajah bapak, dalam hatiku "apa aku tega meninggalkan bapak dirumah sendirian?"
Bapak sakit sudah lama , sejak bercerai dari ibu, bapak down, dan tidak bekerja lagi, setiap hari selalu mengeluh sakit. Aku selalu berfikir keras untuk membahagiakannya, tapi aku ragu apa hal sama juga berbalik untukku.
" Cathleya, kenapa kamu melamun terus nak, kamu jangan kabur kaburan, nanti ibumu gak enak sama ibu yayasan, kalau gak mau bilang, jangan mainin orang tua nanti jadinya "
" Apa aku pernah nolak keinginan bapak, enggak kan pak? Kok bapak ngomong kaya gtu seakan akan aku gak punya tanggung jawab pak ?" Aku ingin nangis , aku melawan keinginanku untuk kuliah demi bapak, aku mau jadi baby sitter demi bisa memenuhi kebutuhan rumah , tapi kenapa tanggapan bapak kepadaku justru mengecewakanku .
Bapak menatapku tajam, aku tahu tatapan itu tatapan marah untukku.
" Bapak hanya menasehati kamu, jangan sampe kamu seperti ibumu, tidak bisa dinasehati, kamu ngerti nak, sekarang selesaikan makanmu, kita berangkat ke agen bus terdekat"
" iya pak, aku sudah selesai, aku siap siap dulu ke kamar "
Aku bergegas menyuci piring dan kembali ke kamar, untuk mengecek semuanya.
Sambil berjalan ,kudengar ibu Ida mengatakan sesuatu ke bapak.
" Itu liat sendiri, anak kalau dimanja ya begitu, berani jawab orang tua, lama lama bisa jadi kaya ibunya, tegas sama anak itu pak "
" sudah sudah buru habiskan itu makananmu, kita ke agen bus, biar gak telat "
Sakit hati ini Ya Allah, aku merasa seperti musuh untuk orang tuaku sendiri. Aku merasa beban buat mereka, padahal aku sudah merelakan impianku demi mereka.
***
Agen Bus
Aku semakin berantakan perasaanku, semuanya berkecamuk dalam hatiku, Saat bus yang akan membawaku pergi datang, aku semakin gelisah, tapi ini yang memang harus ku jalani. Aku pasrah. Mungkin ini yang akan mendewasakan ku nantinya.
Aku mendekati bapak , air mataku sudah dipelupuk mata, ingin jatuh tapi aku berusaha menahan.
" Pak, aku berangkat dulu ya, bapak dirumah hati hati, dijaga kesehatannya, obatnya jangan lupa diminum, istirahat yang cukup Pak, jangan capek capek, doain ya pak, aku pergi dulu " ucapku sambil kucium tangan bapak.
" Iya hati hati, jangan ngecewain ibumu juga bapak " ucapnya sambil mengantarku ke tempat duduk di bus.
Aku sudah di bus, ibu dan bapak masih di luar, air mataku menetes, aku tidak tega meninggalkan bapak dirumah sendiri.
30 menit kemudian bus mulai berjalan, aku melihat bapak semakin jauh, aku menghadap jendela, pandanganku kosong , aku tidak tahu apa yang aku rasakan, hanya saja semuanya berkecamuk di dadaku, sampai aku sendiri bingung bagaimana menjelaskan rasanya.
" Udah jangan cengeng , kamu itu udah Gedhe , wajar kalau merantau cari uang buat hidup, orang itu butuh uang, gak cuman mentingin belajar mulu, orang mah kalau mau kuliah itu juga harus mikir dulu, keluarganya mampu enggak buat biaya kuliah, gtu. orang buat makan aja masih bingung kok pengen kuliah..." ucap Bu Ida tanpa menatapku sedikitpun.
Aku hanya diam, mulutku serasa enggan menanggapi ucapan ketus itu.
" Nanti disana, kamu jangan males, ya nyapu, masak bantuin ibu yayasan gtu , jangan kabur kaburan, semuanya sampe kesana itu pake duit , ngerti kan? " ucapnya lagi.
" Kamu itu seumuran sama Dewi, anak saya, dia sekarang udah kerja di Indomaret, udah dapet penghasilan , gak apa apa minta ke saya , udah bisa sendiri, kamu belajar mandiri kaya dia, ngerti ? "
Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan tak hentinya aku menatap keluar jendela, dan tak hentinya pula ibu Ida berucap ketus kepadaku, membanding bandingkan aku dengan anaknya. Aku menangis , kenapa aku harus merasakan semua ini, aku rindu ibuku, yang bayangannya saja tak mampu kuraih, karena terlalu lama menangis , akhirnya aku tertidur , berharap segera sampai dan menjalani semuanya , semua hal baru dihidupku .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Roses Roses
Ayo kak dibaca novelnya...
2021-05-14
0