“Makan – makan yuk!” Indah menghubungi kedua sahabatnya via WhatsApp.
Membaca pesan dari si dingin yang tak suka shopping, Anik langsung berpikir keras agar Indah mau di ajak shopping hingga ia bertanya pada Aisyah kakaknya.
Aisyah menyarankan agar Anik mau menerima ajakan Indah untuk makan – makan, tetapi sebelum itu Anik bisa mengajak Indah shopping sekalian belanja bahan makanan yang dibutuhkan untuk acara makan – makan mereka.
“Lagian Om Yusuf bakal ngasih uang banyak sama anak semata wayangnya itu, jadi Indah bisa kita manfaatkan untuk memenuhi keinginan kita yang ga bisa terpenuhi oleh orang tua kita. Iyakan?” Aisyah memberikan usul pada Anik dengan pikiran liciknya.
“Ah, iya ya!” Anik membenarkan ide licik kakaknya. Kemudian membalas pesan dari Indah.
Anik : “Oke, tapi makan – makannya di rumah aku aja ya?”
Indah : “Boleh!”
Anik : “Kalau begitu biar aku yang menghubungi Ika”.
Indah : “Baiklah!”
Anik langsung menghubungi Ika dan Ika langsung mengiyakan ajakan keduanya. Tak butuh waktu lama untuk Indah dan Ika tiba di rumah Anik.
“Mau makan apa, Ndah?” Tanya Anik saat Indah dan Ika duduk di teras rumahnya.
“Menurut kalian?” Indah memandang kedua sahabatnya bergantian. Namun Ika dan Anik hanya menaikkan kedua bahu mereka.
“Menurut kakak?” Indah melirik Aisyah yang duduk tidak jauh dari mereka bertiga.
Yang ditanya langsung menanggapi pertanyaan Indah. “Menurutku, kalian masak makanan untuk makan siang aja. Nanti kita masak bersama disini, kemudian di makan bersama!” Aisyah menjawab dengan girang.
“Kalau begitu, kita beli bahannya dulu yuk!” Ajak Anik pada Indah dan Ika.
Mereka bertiga berangkat dengan sepeda masing – masing, namun sebelum berangkat Indah meminta Aisyah membuat catatan bahan makanan yang mereka butuhkan kemudian memberikannya pada Anik tanpa membacanya terlebih dahulu. Dengan senang hati Aisyah menulis semua bahan yang dibutuhkan untuk acara makan – makan adiknya dan kebutuhannya sendiri sesuai apa yang direncanakan sebelumnya bersama adik bungsunya itu.
“Banyak sekali, ndah?” Ika terkejut melihat banyaknya bahan makanan dan camilan yang dibeli Anik menggunakan uang Indah sehingga Ika hanya berbisik di telinga Indah saat Anik sibuk membayar belanjaannya di kasir.
“Ga apa, kita akan makan sama – sama!” jawab Indah dengan sedikit senyum.
“Tapi, ndah?” belum selesai Ika bicara, sudah disanggah oleh Indah “Biarkan saja! Yuk!”
Mereka membagi tiga bagian dan memasukkan tiap bagian ke keranjang sepeda mereka masing – masing.
Indah membiarkan Ika sibuk dengan pemikirannya, karena saat ini Indah tidak mungkin menceritakan alasannya membiarkan Anik menghabiskan uang yang diberikan olehnya.
Flasback On
“Bapaknya seorang anggota kepolisian, banyak anak membuat mereka banyak berhutang sehingga mereka di jauhi keluarga besar Ibunya.” Pak Yusuf menjelaskan keadaan ekonomi orang tua Anik.
Pak Yusuf mengetahui jika Anik adalah anak dari sepupunya saat Indah dan Anik membuat janji di depan toko Nenek Rifa. Anik berdebat dengan Indah saat itu. Anik mengatakan bahwa itu rumah neneknya, sedangkan Indah tak mau kalah mengatakan bahwa itu rumah milik neneknya sendiri. “Kita lihat aja kebenarannya nanti!” Kata mereka serempak dan kembali ke rumah masing – masing.
Sore harinya, Anik menunggu kedatangan Indah di depan rumah sekaligus toko nenek Rifa. Sementara dari rumah, Indah berjalan bersama Pak Yusuf.
“Dia bilang rumah neneknya, kenapa ga masuk rumah?” Gumam Indah saat melihat Anik menunggunya di pos polisi di depan toko nenek Rifa.
“Hai, kenapa ga masuk?” tanya Indah.
“Ga, aku memang sengaja nunggu kamu di luar!” Jawab Anik memandang Indah tajam.
Pak Yusuf memandang wajah Anik yang mirip sekali dengan saudara sepupunya. “Risna! Apa kamu anak Risna?”
“Iya, Om!” Anik membenarkan pertanyaan Pak Yusuf kemudian Pak Yusuf menjelaskan pada Indah dan Anik tentang hubungan mereka.
Pak Yusuf berpesan pada keduanya agar selalu bersama dan tidak saling bertengkar.
Namun Aisyah memanfaatkan adiknya untuk memoroti uang Indah yang diberikan oleh Pak Yusuf karena menurut cerita Anik, Pak Yusuf selalu menuruti permintaan anak tunggalnya itu.
Flasback off
Aisyah memanfaatkan adiknya untuk memoroti uang Indah yang diberikan oleh Pak Yusuf karena menurut cerita Anik, Pak Yusuf selalu menuruti permintaan anak tunggalnya itu.
Sesampainya di rumah Anik, Aisyah langsung menyambut kedatangan adik bersamateman – temannya. Mengambil semua belanjaan dan membawanya ke dapur tanpa mau di bantu oleh Anik maupun teman – temannya.
Tas ransel kecil yang diberikan Ayahnya sebagai hadiah selalu menempel di punggung Indah. Tidak terlalu kecil karena Pak Yusuf sangat mengerti sifat anaknya bahwa Indah tak mau membawa tas kecil yang hanya bisa menyimpan uang dan Handphone.
Saat di Supermarket tadi, Indah sempat membeli camilan kesukaannya sendiri untuk di makan bersama teman – temannya dan juga untuk dibawa pulang ke rumah. Tak lupa juga Indah membelikannya untuk Ika.
“Nih, kamu simpan dalam tasmu!” Indah menyodorkan plastik putih ke tangan Ika.
“Kenapa masih membelikan untukku? Bukankah kamu sudah memberikan banyak uang padanya untuk kita bisa makan bersama?” tanya Ika keheranan saat melihat isi dari kantong plastik yang diberikan oleh Indah.
“Itu buat kamu seorang, tak perlu mengeluarkannya saat nanti di rumah Anik!” Indah memperjelas maksud pemberiannya pada Ika. “Aku ga tau bagaimana menghabiskan uang yang diberikan ayah untuk liburan, sementara aku tidak suka Shopping!” Indah menambah kata – katanya.
Indah juga memasukkan camilannya sendiri dan dompetnya ke dalam ransel miliknya bersamaan dengan Ika yang juga melakukan hal yang sama. Itu mereka lakukan saat Anik belum selesai dengan belanjaannya.
Indah melakukan itu karena ia tau tak semua makanan yang dimasak oleh Aisyah dan camilan yang dibeli oleh Anik akan dihidangkan oleh Anik dan Aisyah. Mereka akan menyimpannya untuk keperluan mereka sendiri. Tak jarang Anik meminta Indah untuk membelikan barang kebutuhannya, seperti bedak, atau parfum. Namun Indah masih memberi batasan agar Anik tidak selalu memanfaatkannya.
“Ada yang bisa kami bantu?” Ika bertanya pada Aisyah dan Anik. Dia berdiri di pintu dapur bersama .
“E – Eh ga usah, biar kami saja yang memasaknya” Jawab Aisyah yang kelihatan gugup. “Kalian tunggu di depan saja! Kami berdua sudah biasa masak besar ketika keluarga besar kami berkumpul” Aisyah melanjutkan kebohongannya, padahal ia hanya ingin agar Indah tak mengetahui rencananya menyembunyikan setengah bagian makanannya untuk keperluan perutnya sendiri bersama adiknya. Mendengar kata – kata Aisyah, indah dan Ika berlalu menuju teras rumah Anik.
“Ka, apa Ibrahim pulang ke kampungnya?” Indah membuka obrolan mengisi kebosanannya.
“Ga, dia jarang pulang!” Jawab Ika “Karena keadaan ekonomi keluarga yang pas – pasan, membuatnya jarang pulang!” Lanjut Ika. Lebih baik buat makan di sini dari pada uangnya buat ongkos pulang, itu yang pernah ia katakan padaku.
...\=\=\=...
Sambil nunggu up, bisa baca novel "My Brother" dulu ya, Kak!
Sebagian part kisah "Cinta Indah" juga ada di sana!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
.•♫•♬• 𝙎𝙤𝙠 𝙰𝚜𝚒𝚔 •♬•♫•.
hum pengen belajar masak juga deng aku mah sama kak aisyah
2023-04-03
2
Elisabeth Ratna Susanti
semangat up 😍
2023-02-10
2
Radiah Ayarin
wah, agak langka juga cewek gak suka shopping
2022-10-25
4