Sementara itu, Nyonya Laras mendobrak masuk kamar Valia. Mendapati sang menantu sedang duduk terpaku dengan tatapan kosong. “Kau apakan putraku?” tanyanya. Dia menyilang kedua tangannya di depan dada.
Sayang sekali, Valia tampaknya tak mendengar kalimat itu. Dia masih sibuk dengan dunianya sendiri tanpa tahu siapa yang sedang berdiri di hadapannya.
“Valia!” teriak Nyonya Laras.
Valia tersentak seketika. Dia menoleh pada Nyonya Laras setelah menyeka air matanya. “Ibu.” Valia berdiri dari duduknya, memberikan senyuman manis pada Nyonya Laras untuk mengelabui. Namun,
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat manis di pipi Valia. Gadis itu mematung dengan gerakan yang sama, masih menyilang tubuhnya. “Kau apakan putraku, ha?!” Nyonya Laras bahkan menyapit dagu Valia dengan kemarahan. “Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada putraku, bukan hanya ayahmu … kau dan kakakmu pun akan ikut mati bersamanya.” Nyonya Laras mendorong tubuh mungil Valia hingga gadis itu ditangkis oleh bantalan ranjang. Untung saja.
“Nyonya.”
Finn, yang baru saja tiba membungkukkan tubuhnya pada Nyonya Laras. “Mohon untuk tidak memperlakukan Nona Muda dengan kasar,” tunduknya penuh hormat.
“Siapa kau yang berani melarangku?”
“Tuan Muda tidak mengizinkan siapapun menyentuh Nona Muda, apalagi berlaku kasar padanya. Jika Anda penasaran terhadap apa yang telah terjadi, baik akan aku jelaskan.” Finn merapikan jasnya saat kembali berdiri tegap.
“Ada sebuah kesalahpahaman antara mereka berdua. Hari ini, seharusnya Tuan Muda tidak pulang karena dijadwalkan pulang dua minggu lagi. Hanya saja, beliau merasa sangat merindukan Nona Muda, hingga memintaku untuk mengantarnya pulang.”
Penjelasan pertama Finn berhasil mencuri perhatian Valia, hingga gadis itu mendongak menatap asisten pribadi suaminya tersebut.
Rindu padaku? Yang benar saja.
“Hari ini Tuan Muda Damar melihat seorang pria yang sempat dekat dengan Nona Muda sedang berada di tempat yang sama dengan Nona Muda. Tuan Damar sangat marah karenanya. Hanya saja setelah aku menyelidiki, ternyata pria itu datang hanya sebuah kebetulan. Tempat itu adalah café terbuka di pusat kota. Sangat wajar, jika mereka kembali bertemu di sana. Aku akan segera memberitahukan kabar ini kepada Tuan Muda. Aku harap beliau bisa membaik setelah mendengar kabar ini.” Finn memang berkata seadanya. Tak ada janji pertemuan antara Valia maupun Rafa. Semuanya hanya sebuah kebetulan.
Nyonya Laras menatap Valia sebentar, sebelum kembali memandang Finn dan menyentuh lengannya. “Jadi, bagaimana keadaan putraku sekarang?” tanya Nyonya Laras cemas.
“Beliau sudah tertidur, Nyonya. Beliau tidak ingin minum obatnya. Jadi, aku mencampurkan obat itu di dalam makanan beliau besok pagi,” jawab Finn.
Nyonya Laras tampak sangat putus asa. “Pastikan dia terus meminum obatnya. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putraku.” Nyonya Laras menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan wajah penuh kecemasan.
“Baik, Nyonya.” Finn beranjak dari tempat meninggalkan mereka berdua.
“Hari ini aku memaafkanmu. Namun, jika keadaan putraku memburuk … aku akan menuntutmu.” Nyonya Laras bahkan enggan menatap Valia karena tersulut amarah. Dia beranjak meninggalkan kamar Valia setelahnya.
Valia berlari ke bawah, mengejar Finn yang segera berangkat. “Maaf,” panggilnya.
Fin berbalik, membungkukkan tubuhnya. “Ya, Nona?”
“Terimakasih sudah membantuku,” jawab Valia. Finn mengernyitkan dahi kebingungan.
“Maksudnya, Nona?” tanya Finn memastikan.
“Yang tadi. Kebohongan tadi, sudah membantuku,” pungkas Valia.
Finn yang awalnya mengernyitkan dahi sekarang malah tersenyum sangat yakin. “Maaf, Nona. Mengenai apa yang sudah aku katakan tadi, semua itu adalah kebenaran.” Jawaban Finn malah membuat jantung Valia berdegup lebih kencang. “Jika ada yang ingin Anda ketahui tentang Tuan Muda, aku akan menceritakan semuanya.”
“Tidak, tidak perlu.” Valia bergegas meninggalkan Finn, hanya saja … setelah dia tiba di kamarnya, seolah ada yang kurang setelah itu.
***
Rendy, pria berkacamata yang sedang menyemil kerupuk itu celingak-celinguk ke segala arah saat melihat café yang hancur berantakan. Di pojok sana, Pak Yan sedang memangku wajahnya yang murung. Di pojok lainnya Dena sedang bersandar dengan wajah pucat. Sementara, Hani sedang menggulir naik turun layar ponselnya di sebelah meja yang tumbang.
“Apa yang sudah terjadi di sini?” tanya Rendy kebingungan.
Hening, tak ada suara sama sekali. Pak Yan menyandarkan wajahnya di atas meja, Dena masih dengan lamunannya, dan Hani masih sibuk melotot tajam pada layar ponsel. Rendy bergegas melangkah pada Hani, ikut menatap layar ponsel setelah asik memandangi wajah gadis yang sedang serius itu.
Dan, alangkah terkejutnya dia saat mendapati sebuah objek mengerikan yang sedang hangat diperbincangakan. Belum genap 24 jam, kabar tentang Damar yang menghajar Rafa menjadi top trending topik di negara itu dengan cepat.
Lebih dari satu juta kali, foto dan video mengerikan itu berhasil dibagikan. Tidak hanya itu, tagar untuk ‘Istri Tuan Muda Selingkuh’ berhasil menyandeng nama Valia di dalamnya.
Rendy merogoh sakunya, segera membuka media sosial miliknya. Video Damar dan Rafa yang berkelahi berhasil menimbulkan banyak spekulasi. “Bagaimana? Apa yang terjadi?” tanya Rendy.
Hani menatap sayu mata Rendy. “Rafa … dia masuk rumah sakit,” jawabnya pasrah. Rendy memandangi Pak Yan yang sedang putus asa.
Dia pasti sangat kalut memikirkan kerugian
besar yang menimpanya. Namun, belum lama mereka bersedih, sebuah mobil mewah lengkap dengan beberapa orang pekerja datang tiba-tiba.
“Siapa kalian?” tanya Pak Yan, khawatir café-nya akan semakin dihancurkan.
“Kami membawa perintah Tuan Muda untuk memperbaiki café ini, dan membayar seluruh kerugiannya sebagai ganti rugi.” Salah sorang pria bersetelan jas mengulurkan sebuah cek yang bebas untuk di isi Pak Yan. Tidak hanya itu, uang yang akan diberikan tidak termasuk perbaikan yang akan segera mereka kirimkan.
Pak Yan yang tadinya murung tersenyum sumringah dan memeluk pria itu. Mata binarnya membuat mereka tertawa geli.
“Kukira, Tuan Muda sombong itu tidak akan ganti rugi. Nyatanya, dia lebih dari sekedar bertanggung jawab,” lugas Pak Yan senang.
“Tapi, ada sebuah syarat.”
Perkataan pria itu berhasil mencuri seluruh perhatian mereka semua. “Apa itu?” tanya Pak Yan.
“Jika ada wartawan atau seseorang bertanya tentang hubungan Nona Valia dan pria itu, katakan bahwa mereka tidak saling mengenal. Pastikan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui hal ini selain kalian semua. Anda mengerti?” tanya pria itu memastikan.
“Baik. Baik, Tuan.”
Dena dan Hani menunjukkan kilauan binar di mata mereka masing-masing saat menatap para pria bersetelan jas yang berdiri rapi untuk masuk ke dalam mobil. Rendy menoleh pada mereka yang sedang terpesona. Seolah tak mau kalah, Rendy juga ikut menatap ke arah yang sama.
“Wah, hidup Valia memang luar biasa. Selain memiliki suami tampan seperti di dalam novel, dia bahkan dikelilingi pria-pria tampan bertubuh atletis yang siap melayani.” Hani mengeluarkan seluruh kekaguman yang sejak tadi tersimpan. Dena hanya bisa mengangguk tanda setuju.
“Apanya yang luar biasa?” potong Rendy merusak suasana hati keduanya. “Menjadi bos itu tidak asik. Lebih baik jadi orang biasa tapi bahagia,” tambah Rendy.
“Hei, kalau tidak tahu apa-apa tentang mereka, lebih baik kita tutup mulut. Orang miskin seperti kita, lebih baik bekerja keras saja. Dan kau, daripada selalu mengganggu, lebih baik cari pekerjaan yang layak sehingga waktu kosongmu tidak hanya untuk sekedar makan dan mengganggu orang lain,” gerutu Dena.
“Benar. Kau ini seorang pria. Apa kau tidak punya rencana untuk bekerja, agar anak dan istrimu kelak tidak kesusahan?” tambah Hani.
Rendy tersenyum bangga. “Tentu saja aku punya rencana,” jawabnya. “Cih! Apaan,” jawab Hani.
“Menikah!” balas Rendy lebih konyol lagi. Jawaban spontan itu sama sekali tidak berarti untuk mereka. Mereka mengabaikan Rendy untuk yang ke ribuan kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Windy Artika
masih setia
2021-02-11
0