Pria itu benar-benar memaksanya. “Tu-tuan … Tuan, Aku … .” Sesuatu terasa merayap di bawah gaun pengantin Valia. Ini pasti tangan nakal Damar. “Kau harus mencintaiku, kau mengerti?” Damar mulai berimajinasi liar.
“Tuan!”
“Jangan, jangan menghentikan aku. Aku masih penasaran.” Damar memaksa Valia membuka gaunnya. Valia menahan diri agar tangan itu tak menerobos lebih dalam. Tak sengaja mata Damar tertuju pada pakaian tidur tipis yang tertera di atas ranjang mereka. “Mengapa kau tidak mengganti pakaianmu?” tanya Damar menatap sang istri yang berada di bawah tubuhnya. Air mata Valia meleleh keluar dari tiap sudut.
Damar menatapnya sembari menyipitkan mata. “Aku sangat benci air mata, hapus!” Bentakan Damar berhasil melumpuhkan Valia. Gadis itu meringis ketakutan, tetapi tiba-tiba … saat Damar ingin memulai aksi buasnya, ponsel Valia berdering nyaring memecah suasana.
Sebuah lagu terputar melalui ponsel pintar itu. Damar meraih cepat ponsel itu berniat mematikannya. Namun, apa yang dia saksikan membuatnya sangat marah dan murka.
“My Love Rafa.” Nama itu tertulis di atas layar ponsel sang istri dengan emotikon hati berwarna ungu di ujungnya.
Damar yang masih menindih tubuh Valia hanya terus memandangi ponsel itu sampai panggilan itu berhenti tanpa melakukan apapun. Matanya memerah, dengan tangan yang menggenggam erat tampak penuh amarah. Saat panggilan itu berakhir, terlihat olehnya foto Rafa dan Valia yang saling tertawa berdempetan. Belum lama dia memandangi foto itu, panggilan kedua dari Rafa kembali datang.
BRAKKK!
Damar membanting ponsel itu ke sudut kamar mereka dengan sekuat tenaga, hingga ponsel itu pecah menjadi kepingan-kepingan tak berharga. “Berani sekali bren*sek itu menelpon istri orang lain di malam pertamanya! Kurang ajar!” Damar beranjak dari atas tubuh Valia.
“Akhiri hubunganmu dengan pemuda bodoh itu, atau aku akan menghancurkan hidupnya, sebelum aku membunuhnya dengan tanganku.”
Valia menangis ketakutan. “Diam! Jangan menangis!” Karena geram, Damar meraih sebuah guci mahal yang terpajang di sudut ranjang mereka. Dia membanting guci itu hingga seluruh pelayan yang menunggu di luar dapat mendengarnya.
“Apa yang terjadi?” tanya salah seorang pelayan pada pelayan lainnya. “Apa mereka terlalu bersemangat?” bisik yang lainnya genit, berpikir yang lebih nakal. Tiba-tiba saja dugaan mereka langsung pecah berkeping-keping, melihat Damar keluar dari kamar pengantinnya. Dia bahkan membanting pintu itu cukup keras hingga mereka semua terkejut.
Damar sangat kusut. Rambutnya berantakan, dengan kemeja yang terbuka sedikit di bagian dada. Bahkan salah satu ujung bawah kemeja itu terjuntai begitu saja. Namun, penampilan seperti itu malah membuatnya terlihat lebih menggoda. “Di mana Finn?” tanya Damar pada para pelayan yang terpesona.
“Ah iya, maaf, Tuan. Tuan Finn sedang ada di bawah.” Para pelayan itu curi-curi pandang pada Damar. “Cepat panggil dia!” bentak Damar mendadak. “Ba-baik, Tuan.” Bergegas para pelayan memanggilkan Finn. Finn langsung datang setelah panggilan itu sampai padanya.
“Ada apa, Tuan Muda?” tanya Finn kebingungan. Rasanya terlalu sebentar jika mereka memang sudah melakukannya.
“Aku ingin minum bir,” jawab Damar dengan wajahnya yang terlihat sangat kusut. Finn sangat terkejut, karena Damar tidak pernah mendekati minuman seperti itu sebelumnya. “Tuan, Anda … .”
“Jangan membantah!”
“Baik, Tuan.” Semua orang saling melempar mata. Finn yang kebingungan akhirnya dengan terpaksa mengikuti perintah tuannya.
***
Di pojokan kamar, Valia berjongkok mengutip puing-puing ponsel itu dengan deraian air mata. Menyelamatkan kartu sim adalah satu-satunya yang dapat dia lakukan.
Dia mencoba memeriksa barang bawannya, barangkali ada ponsel lain yang terbawa. Syukurlah, masih ada ponsel jadul yang dapat meredakan perasaannya.
“Hallo?” sapa Valia, setelah mencoba menghubungi Rafa kembali. Namun, setelah panggilan itu diangkat, Rafa sama sekali tidak bersuara.
“Hallo, Kak Rafa?” sekali lagi Valia memanggil Rafa.
Untuk sementara, tak ada suara yang terdengar selain keheningan yang menyelimuti. Air mata Valia menetes. Sangat tahu saat itu mungkin Rafa sedang marah padanya.
“Aku sudah mengembalikan seluruh buku-bukumu ke pustaka. Kau bisa memintanya pada suamimu, jika kau kembali membutuhkannya.”
Tut … Tut ..
Panggilan itu langsung saja diakhiri Rafa tanpa mengatakan apapun lagi pada Valia. Sekali lagi rasa sesak menguasai Valia. Perasaannya yang sudah hancur, malah semakin terhempas ke tepian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Manah
lanjut seru
2021-07-27
0
Yaya Eraa
hadir thor
2021-02-09
1