Agung terlihat telah selesai menulis surat tilangnya. Dan dengan senyuman mautnya Agung menyerahkan Surat pelanggaran lalu lintas tersebut. Yura dengan kesal terpaksa menerimanya.
" Mohon maaf telah mengganggu perjalanan Anda. Sebagai jaminan, mohon serahkan kunci mobil Anda untuk sementara ! " Pinta Agung.
Dengan enggan Yura keluar dan menyerahkan kunci mobilnya. Agung tersenyum sinis dan melangkahkan kakinya ke mobil patrolinya.
Sedangkan Yura terpaksa berdiri dipinggir jalan menunggu kedatangan Sani.
Tidak butuh selang waktu lama. Sani menjemputnya. Yura langsung saja masuk ke mobil sahabatnya tersebut.
" Oh my God. Bagaimana bisa kamu ditilang seperti itu Ra?" tanya Sani.
"Aiish. Jangan bahas lagi San . Aku sungguh muak mengingatnya."
Yura lebih memilih tidak ingin membahasnya. Tetapi itu membuat Sani penasaran.
" Kenapa Kau bilang seperti itu Ra?"
" Bagaimana aku tidak kesal. Polisi yang menilangku tadi sok jual mahal betul. Bahkah aku kasih nomor hp saja Dia tidak mau. Mentang-mentang tampan." Ucap Yura ketus.
" Tampan?" Tanya Sani menekankan.
Yura mengangguk tanda mengakuinya.
Sani langsung tertawa keras mendengar ucapan Yura. Yura yang sadar telah ditertawakan langsung memasang muka emosi membuat Sani pura-pura ketakutan.
"Ok Ok. Aku tidak akan tertawa lagi.
Tapi mengapa Kau sampai begitu terpesona dengan ketampanan serta merendahkan diri seperti itu? Karena tidak biasanya juga Kau memberikan nomor hpmu ke sembarang orang. Jangan bilang Kau jatuh cinta pada pandangan pertama dengan polisi itu?" Tanya Sani penuh selidik.
Tetapi Yura langsung memilih memandang ke luar jendela daripada menjawab pertanyaan sahabatnya tersebut.
" Jatuh cinta?" batin Yura.
...***...
Begitu sampai kantor, sambil senyum-senyum sendiri Agung duduk di samping Dimas.
Dimas memandang dengan tatapan aneh.
" Why?" Tanya Dimas penasaran seraya menyalakan mobil patrolinya.
" nothing." Agung menggelengkan kepalanya seraya masih senyum-senyum tidak jelas.
Dimas menatap Agung dengan tatapan kesal. Dan mengambil kertas yang sedang Agung pegang. Dimas terkejut begitu membaca nama sang pelanggar.
" Kau benar-benar keterlaluan Gung." Dimas masih memandang surat tilang tersebut.
" What? Keterlaluan? Aku kan sudah bilang Aku tidak tahu. Masa Aku harus berteriak saat Aku tahu itu penulis idolamu." tidak terima dengan kata-kata Dimas.
" Tapi seharusnya itu yang Kau lakukan. Kau tahu sendiri. Aku sangat suka dengan novel-novelnya Yura." Jelas Dimas.
"Iya Aku tahu itu. Tapi untuk berteriak hanya karena itu. Maaf Dim, itu bukan karakterku." Ucap Agung seraya membenarkan posisi duduknya.
" Ehm. Kalian kerja atau apa? Kenapa yang dibahas wanita?" Pak Dodi selaku pimpinan mereka tiba-tiba dibelakang mereka.
" Maaf Pak." Ucap Agung dan Dimas serentak.
" Surat tilang?" Pak Dodi mengambil dan membaca surat tilang yang sudah diletakkan dimeja oleh Dimas.
"What??? Yura??? Penulis Zombie Melenial? Yang terkenal cantik itu. Siapa yang menilangnya? Siapa? " Pak Dodi penasaran.
" Agung pak. Siapa lagi." Ucap Dimas seraya menunjuk Agung.
" Apa Kau meminta tanda tangannya?" Tanya Pak Dodi penasaran.
" Nggak lah Pak. Buat apa Aku meminta tanda tangannya. Penulis ceroboh seperti itu. Bahkan surat-surat jalan saja tidak dibawa." Ucap Agung seenaknya.
"Dia penulis terkenal Gung. Wajar saja Dia lupa karena buru-buru. Mungkin saja Dia dikejar deadline. Iya kan Pak?''Tanya Dimas seraya meminta pembelaan dari Pak Dodi.
Pak Dodi menganggukkan kepala.
" Benar itu Gung. Kenapa Kau tidak meminta tanda tangannya? Sayang sekali."
Agung hanya geleng-geleng kepala mendengar celotehan Dimas dan Pak Dodi yang terkesan sangat ngefans dengan Yura.
...***...
Malamnya,
Yura membersihkan dirinya begitu sampai di rumahnya. Cemilan berbagai Snack Dia siapkan seraya membuka laptopnya.
Tiba-tiba hpnya berdering. Yura pun terpaksa mengambil hpnya yang diatas meja.
"Hello."
"Kapan sidang nya itu?" Suara Sani terdengar nyaring ditelinga Yura.
"Entahlah." jawab Yura
" What? Bagaimana bisa Kau jawab seperti itu Ra. Apa Kau ingin Aku menjemputnya terus hah?" protes Sani.
"Iya, Bukankah Kau sahabatku?" Ucap Yura seenaknya.
" Tapi Aku bukan supirmu keles. " Jawab Sani kesal.
" Alamak. Apa Kau minta gaji tambahan sebagai editor?" Tanya Yura polos.
" Aiish bukan itu maksudku Ra."
" Ok Ok. Kalo begitu jemput Aku besok sesuai jadwal. Jelas Aku tidak bisa pakai mobilku." ucap Yura tho the point.
"Tut Tut Tut!" Yura mematikan HP-nya.
Sani hanya mendengus kesal dengan sikap Yura yang seenaknya mematikan HP-nya.
Sani pun menelepon Yura kembali.
" Iya ada apa lagi?" nada Yura kesal.
" Aku hanya mau bilang. Dua Minggu lagi harus selesai novelnya. Apa Kau sudah dapat inspirasi untuk novel romance mu itu?"
" Entahlah. Aku pusing bagaimana menulisnya. Kau tau sendiri Aku belum pernah jatuh cinta." Keluh Yura.
" Bukankah hari ini Kau sudah jatuh cinta?"Sani mengingatkan.
" Aiissh. Aku hanya memujinya. Bukan jatuh cinta." bantah Yura
"Ok. Kalau Kau tidak mau mengakuinya. Tapi Aku mau tanya. Sekian lama Ku bersahabat denganmu. Baru hari ini Kau bersikap seperti itu terhadap seorang pria." Jelas Sani panjang lebar.
Yura langsung berpikir ulang. Bagaimanapun juga, apa yang dikatakan Sani benar.
" Inspirasi." ucap Yura tiba-tiba.
" Apa???" Sani terdengar bingung
' Tut Tut Tut.' Yura langsung mematikan teleponnya dan beranjak menyalakan laptopnya.
" Iya, inspirasi real lebih cepat mengalir buat novel romance ini." ucap Yura penuh semangat.
Yura langsung membuka dokumen word dan terlihat jari jemarinya menari diatas keyboard.
...***...
Seperti biasanya Agung dan Dimas berpatroli dijalan. Mengawasi kelancaran lalulintas.
" Kira-kira siapa yang akan mengurus sidang dan mengambil mobilnya itu? Aku sungguh berharap Yura langsung." Celetuk Dimas tiba-tiba.
Agung lagi-lagi hanya menggelengkan kepala dan tersenyum mendengar celetukan Dimas.
" Apa hebatnya idolamu itu sampai-sampai Kau begitu ngefans terhadapnya? Bahkan hanya seorang penulis. " Agung penasaran.
" Aiiish Kau ini benar-benar tidak mengerti sama sekali tentang dunia Pernovelan di Negara ini. Yura penulis terkenal, ramah dan juga baik hati ditambah wajahnya yang cantik. Semua bukunya selalu best seller. Bahkan semua acara telah mewawancarainya. Apa Kau tidak pernah nonton tv, youtube atau media sosial lainnya? Apa hidupmu hanya kerja, makan dan tidur?" Ucap Dimas panjang lebar.
" Yupss. Aku rasa begitu." Jawab Agung seraya memantau kelancaran lalu lintas.
Dimas langsung melongo.
" Alamak. Pantas saja Kau begitu lugu walau di depanmu ada seorang Yura." Dimas kesal dan sedikit membenarkan jaketnya lalu membaca novel karangan Yura yang sengaja Dia bawa. Berharap bisa meminta tanda tangannya.
" Aiish... Kau benar-benar Dim.
Aku tidak mau membahas lagi tentang idolamu yang ceroboh itu." Agung menghentikan mobil patroli mereka ditempat biasa. Memantau kelancaran lalu lintas itu yang mereka lakukan.
Dilain tempat, seorang Yura sedang berdiri didepan rumahnya menunggu jemputan.
Perlahan tapi pasti sebuah mobil berwarna putih memarkirkan diri tepat didepan rumahnya. Yura langsung masuk ke mobil Sani.
"Sepertinya Kau ada kemajuan dalam bangun pagi kali ini. Apa Kau mimpi buruk?" Tanya Sani.
" Tidak. Aku hanya ingin menemui seseorang sebentar saja sebelum beraktivitas. Sepertinya Dia inspirasiku dalam menulis novel romance kali ini." Ucap Yura polos.
" Siapa?" Sang Manajer penasaran.
"Cinta pada pandangan pertama yang membuat detak jantungku lebih kencang." ucap Yura asal dan terlihat begitu bersemangat.
Sani terkejut mendengar jawaban Yura.
" Jadi Kau suka dengan polisi itu? Sehebat apa Dia sampai membuat seorang Yura semangat seperti ini. " Sani terlihat penasaran.
" Apa ada yang salah?"
" Iya. " Sani menganggukkan kepala.
"Why?"Yura mengangkat alisnya.
" Tidak-tidak. Sepertinya Aku salah menjawab." Sani langsung membantah. Dia takut kalau Yura malah bad mood dan tidak bisa cepat menyelesaikan novelnya yang hampir deadline.
" Kalau begitu serahkan posisi menyetir padaku." Pinta Yura.
" What???" Sani bingung.
" Serahkan saja dulu. Cepat-cepat!!!"pinta Yura
Tanpa pikir panjang Sani menyerahkan posisi menyetirnya. Dengan cekatan Yura langsung berjalan melewati jalanan yang Dia lalui kemarin pagi.
" Aku rasa Dia sudah stand by." Dengan serius Yura memperhatikan lampu lalu lintas. Dan saat lampu merah menyala. Dia tetap berjalan.
" Yura!!! Apa kau sudah gila!!! Lampu merah!!!" teriak Sani membuat Yura langsung menutup telinga kirinya dengan tangan.
Dan benar saja sebuah mobil patroli menghampirinya.
" Aiish lagi -lagi orang menerobos lampu merah. Tidak mau hidup lagi kah itu manusia?" Gerutu Agung.
" Siapa? Kalau begitu. Kau saja yang menilangnya. Aku tidak mau menilang orang yang tidak mau hidup. Sangat menakutkan." Jawab Dimas sambil tertawa.
Tanpa pikir panjang Agung pun keluar dari mobil patrolinya.
" Aiish. apa yang Kau lakukan tadi Yura? Kenapa Kau malah menerobos lampu merah? Ada polisi lagi. Bagaimana ini?"Sani terlihat sangat khawatir dan panik. Sedangkan Yura terlihat santai saja.
Seperti biasa ketukan jendela yang pertama. Perlahan Yura membuka pintunya.
Sebelum sempat berkata, Agung terlihat sangat terkejut saat melihat sosok yang akan Dia tilang.
" Anda lagi? Kali ini apa Anda mau bunuh diri atau masih mimpi? Mengapa Anda menerobos lampu merah kembali?" Agung terlihat sangat kesal.
" Aku lebih memilih bermimpi. Bermimpi indah kembali."sahut Yura seenaknya. Membuat Sani sahabatnya terbengong mendengarnya.
"What!!!" You are very crazy!" Agung kesal dan benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita dihadapannya saat ini.
Sani menutup mulutnya, menahan tawa dan terlihat tidak khawatir lagi seperti sebelumnya, malah senyum-senyum melihat kelakuan konyol Yura.
" You are right Mr! Aku memang gila. Gila karenamu."Yura terlihat sedikit menggodanya.
Agung mengeleng-gelengkan kepalanya. Terlihat jelas kekesalan diwajahnya.
" Ya Om! Ingatlah pelayan masyarakat itu tidak boleh marah." Ucap Yura saat tahu Agung sudah terlihat sangat kesal.
" Om???" Agung terlihat semakin kesal.
" Serahkan semua surat-surat perlengkapan jalanmu sekarang juga!!!" pinta Agung.
" Tenang Om. Lengkap!" Yura menyerahkan semua surat-suratnya.
" SIM, STNK dan ini Kuncinya kalau Kau mau. Tapi dengan satu syarat. " Yura mengangkat tangannya.
" Ijinkan Aku selalu disisimu!" pinta Yura.
Agung terdiam dan tetap fokus menulis. Namun dalam hatinya benar-benar kesal. Karena baru kali ini ada sosok wanita yang benar-benar berani mengejarnya terang-terangan.
"Jangan harap!!! " Agung tersenyum sinis seraya menyerahkan surat tilang kedua kalinya terhadap wanita aneh dihadapannya.
Dan langsung kembali ke mobil patrolinya.
" What!!! Ditolak." gerutu Yura.
Dengan kesal Yura turun dari mobilnya dan menghampiri mobil patroli yang masih berhenti.
" Siapa itu Gung? Tidak bermimpikah Aku?" tanya Dimas sambil mencubit pipinya Agung.
" Apa-apaan Kau Dim? Sakit tau. Memangnya Aku boneka?"
" Yura Gung! Yura menghampiri mobil kita. Bukuku mana bukuku???" Dimas mencari-cari bukunya. Sedangkan Agung terlihat bingung dengan tingkah Dimas.
" Hello! " Ucap Yura sambil mengetok pintu jendela. Namun belum sempat mengetok lagi. Jendela sudah terbuka.
To be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Nabil abshor
siapa pun itu,jk dy melangggar y tetep hrus ditindak lah. masak mentang² org terkenal trus dilolosin.😁😁😁👍👍👍 good job pak agung,,, polisi teladan ..
2023-05-11
0
Rhenii RA
Fungsi 3 tanda tanya di depan kalimat apa thor?
2022-02-18
0