Yura termenung didepan laptopnya. Dia terus mengingat percakapan nya dengan Sani seminggu yang lalu.
" Ibu Amora ingin menerbitkan novel genre romance. Namun sampai saat ini belum menemukan naskah yang tepat. Beliau teringat Kau Ra. Bisakah?"
" Apa?" Yura langsung berdiri dari tempat duduknya.
" San, Kau tau sendiri Aku suka membuat novel genre fantasi, science fiction dan horor. Itu bagiku lebih mudah daripada romance." keluh Yura.
" Tapi penulis andalan disini Kau Ra. Kumohon cobalah! Aku akan membantumu." pinta Sani.
" Ok Aku akan coba."
" Ini sungguh sulit." keluh Yura.
Namun jari jemarinya berusaha lihai diatas keyboard. Mengetik huruf demi huruf membuat sebuah kata dan kalimat.
" Moga saja tidak mengecewakan."
Paginya Yura langsung bergegas ke kantor. Berharap Sani dapat menilai hasil karyanya.
" Cobalah baca!" pinta Yura seraya menyerahkan seberkas naskah.
Dengan serius Sani membacanya.
Baru satu lembar Sani langsung menghampiri Yura yang sedang asyik membuat cover.
" Yura! Kau buat novel romance ato novel apa ini sih? " Tanya Sani menunjukkan sebuah kalimat yang menurutnya hambar.
" Bagaimana bisa Kau menggambarkan cinta pada pandangan pertama tetapi situasinya menjadi seram. Kenapa dari sekian tempat. Kau memilih pertemuannya didekat pohon beringin angker pula." keluh Sani langsung beranjak dari duduknya dan menuju rak lemari didekatnya. Memilah-milah buku sebentar. Dan lalu mengambil dua buku.
" Ini ! Sebuah Novel romance yang harus Kau baca dan pahami isinya!"
Yura langsung melebarkan matanya.
" Apa Kau tidak salah? Novel apa ini? Romeo and Juliet? Twilight? Ini novel jaman dulu semua kali."protes Yura.
" Yura, Kau harusnya baca novel-novel seperti ini juga. Bagaimana bisa novel romance seperti itu bisa jadi best seller." Jelas Sani.
Yura menghela nafasnya. Perlahan membuka karangan Stephanie Meyer. Sedangkan Sani terlihat melanjutkan membaca hasil karya Yura. Baru beberapa detik Dia beranjak kembali ke Yura.
" Yura, Kau juga belum bisa menggambarkan hati seseorang. Mana ada orang terpesona hatinya berhenti berdetak. Yang ada berdebar-debar. Hmmm, Anak SD sepertinya lebih pandai darimu soal cinta." Sani mengeleng-gelengkan kepalanya.
Yura menghela nafas panjang.
" Apakah Aku memang tidak tau soal cinta?" Tanyanya pada diri sendiri. Yura mengeluh.
Yura kembali membaca karya Stephanie Meyer. Sedangkan Sani sesekali menoleh ke arah Yura dan geleng-geleng kepala.
" Sepertinya Kau harus mempunyai kekasih dulu baru bisa buat novel romance." keluh Sani membuat Yura melirik kearahnya.
Yura langsung beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan. Melangkahkan kaki menuju balkon kantor.
...***...
Pagi ini Yura terlihat buru-buru. Dia terlihat langsung menyalakan mobilnya. Bahkan Dia kelihatan melupakan sesuatu. Namun sepertinya Dia tidak menyadarinya. Mobilnya terlihat sudah melaju ke arah pusat kota Yogyakarta.
Terik matahari sudah mulai terasa. Beruntung Dia tidak begitu merasakannya. AC full Dia nyalakan dalam mobilnya.
Di lain tempat terlihat dua orang polisi sedang serius memperhatikan kelancaran arus lalu lintas yang sedang berjalan. Bahkan mereka memarkirkan mobil patrolinya dipinggir pusat persimpangan Malioboro. Sekali - sekali Mereka terlihat saling melempar senyuman jahil selayaknya sahabat. Agung terlihat santai dengan sesekali meminum kopinya.
" Kopimu sungguh tidak manis Gung." Ejek Dimas.
Agung hanya tersenyum merespon godaan sahabatnya itu.
Sedangkan Yura sepertinya merasa bosan didalam mobilnya. Dia pun membunuh kebosanan dengan mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.
Sepertinya Yura terlalu asyik mendengarkan musik. Tanpa Dia sadari lampu merah yang sudah menyala. Yura menerobos lampu merah. Beruntung Dia lolos dari laju lawan arus yang mulai berjalan.
Tapi jelas Dua orang polisi yang sejak tadi mengintai kelancaran lalu lintas dengan serius.Tanpa pikir panjang mengejar mobil Yura yang seenaknya menerobos lampu merah tersebut.
Yura terkejut dan panik begitu menyadari sebuah mobil polisi memberinya kode klakson untuk menepikan mobilnya.
" Aduh bagaimana ini?" Yura panik.
Namun dengan terpaksa dan enggan Yura menepikan mobilnya dan berhenti. Akhirnya mobil polisi itu juga berhenti tepat berada didepan mobilnya Yura.
Agung langsung turun dari mobil patrolinya. Sedangkan Dimas terlihat lebih menunggu di dalam mobil patrolinya.
Agung berjalan menghampiri Yura yang masih terkejut di dalam mobilnya. Dengan sopan Agung mengetuk kaca jendela mobil Yura. Memberi tanda kepada Yura untuk membuka jendela mobilnya.
Dengan percaya diri Yura pun akhirnya membuka kaca jendela mobilnya. Mengingat Dia adalah seorang penulis terkenal, Yura berpikir polisi itu akan terpesona dan membebaskannya. Tapi fakta justru terbalik. Yura langsung terpesona, terpana dan terpaku dengan polisi yang yang kini sedang menatapnya. Darah Yura seakan berhenti mengalir. Namun detak jantung malah berirama lebih cepat dari biasanya. Sedangkan polisi itu sendiri terlihat serius, bahkan sepertinya tak terpengaruh dengan status ketenaran Yura. Dialah Agung polisi yang terkenal disiplin dan tidak pandang bulu.
" Selamat pagi. Apa Anda tidak melihat lampu merah yang sudah menyala? Atau Anda sedang belajar mobil dijalanan yang salah dipagi hari?" Agung terkesan sopan walau sedikit meledek wanita yang masih terpesona dengan paras wajahnya.
Agung melihat tulisan tergantung diliontin kalung Yura.
" Yura Azzahra??? Apa Kau mendengar kata-kataku ? " Teguran Agung membuat Yura tersadar.
" Maaf Om. Saya benar-benar tidak melihatnya. Tapi Apakah Anda benar-benar seorang polisi? Mengapa Anda begitu tampan dan manis ?" Tanya Yuraa dengan gaya peace nya.
" Om? " Agung mendengus kesal.
Bahkan Yura terlihat sangat polos. Membuat Yura begitu jujur. Dia tidak mengelak bahwa Dia sedang terpesona dengan sosok polisi didepannya.
Agung tidak menjawab pertanyaan Yura yang terdengar bercanda dan menggodanya. Menurutnya tidak penting untuk dijawab.
Bahkan Agung terlihat sedikit tak nyaman dengan kondisi itu. Dia kelihatan mendengus kesal mendengar pertanyaan Yura yang meragukan pekerjaannya itu.
" Saudari Yura, kalau begitu mohon keluarkan surat-surat perlengkapan Anda dalam mengemudi !" Pinta Agung.
Yura langsung terlihat mengambil tasnya diatas dasbor mobilnya. Dengan sabar Dia ingin mengambil dompetnya. Namun sepertinya Dia belum menemukan dompet tersebut di dalam tas nya.
" Aiish !! Di mana Dompetku ini." Gerutunya.
Sedangkan Agung terlihat masih sabar menunggu disamping mobil Yura. Dia hanya kelihatan heran melihat wanita di depannya begitu lama menyerahkan surat-surat yang Dia minta.
Yura terlihat sudah mulai kesal dan menumpahkan semua barang didalam tasnya. Terlihat bedak, lipstik, masker, topi, dan kacamata saja yang ada. Sedangkan dompet yang sedang Dia perlukan tidak ada di situ.
Agung yang melihat situasi itu hanya geleng-geleng kepala. Tak pernah mengira seorang Yura bisa begitu ceroboh dalam mempersiapkan perjalanan aktivitasnya.
" Sepertinya Anda benar-benar dalam kesulitan." Agung mengeluarkan surat tilangnya.
Yura langsung membelalakkan matanya begitu melihatnya. Selama ini Yura cukup terkenal dengan disiplin dan taat peraturan. Baik itu lalu lintas, pajak negara bahkan didalam pekerjaannya. Apalagi peraturan lalu lintas yang baginya hanya membedakan warna lampu antara hijau, kuning dan merah tersebut.
Tapi sungguh memang sial hari ini. Dia tak sengaja melanggar aturan itu. Bahkan lebih sialnya menyadari dompetnya tertinggal. Dan kini Dia benar-benar tidak pernah menyangka akan mendapatkan surat tilang tersebut. Baru pertama kali ini Dia melanggar peraturan. Dan kini surat pelanggaran itu sudah di depan matanya. Yura terlihat resah dan gelisah memikirkannya.
" Maaf Pak. Bisakah Kau jangan mengeluarkan surat pelanggaran itu padaku?"
Yura ingin mencoba bernegosiasi.
Pertanyaan Yura membuat Agung sejenak berhenti dari aktivitasnya. Dan memandang ke arah Yura.
" Maksud Anda ?"
Agung sangat heran dengan pertanyaan Yura yang tidak masuk akal baginya.
" Bukankah Kau mengenalku? Aku Yura Azzahra penulis terkenal di Kota ini. Apa kau tak ingin berfoto, tanda tangan atau bahkan no.pribadiku jika Kau mau. Asal lepaskan Aku dari surat pelanggaran itu! "
Jelas-jelas Yura sangat berusaha keras untuk negosiasinya tersebut.
Bahkan Dia menggunakan jati dirinya sebagai jaminan. Jelas itu terlihat berbeda. Yura seseorang yang tidak sembarangan memberitahu nomor pribadinya. Tapi demi tidak menerima surat tilang itu. Dia rela memberikan semuanya. Apalagi Yura berpikir polisi di depannya memang begitu tampan dan manis baginya. Siapa tau bisa menjadi inspirasi dalam menulisnya.
Lagi-lagi Agung terlihat mendengus kesal dibuatnya. Agung terlihat tersenyum manis pada Yura.
" Sepertinya itu tawaran yang sungguh menggiurkan Nona."
Agung berhenti sejenak dari bicaranya. Melihat Yura begitu penuh harap. Namun Agung tersenyum licik.
Yura yang mendengar kata-kata Agung dengan jelas merasa bahwa tawarannya itu akan berhasil. Yura pun melihatkan senyuman paling manisnya ke arah Agung.
" Tapi sayang. Anda sangat buruk dalam menilai seseorang. Jelas tawaran seperti itu tidak akan membuatku melepaskan warga negara yang telah melanggar aturan lalu lintas. Apalagi tanpa surat-surat perlengkapan berkendara sama sekali seperti Anda." Jelas Agung dengan detailnya.
Agung langsung melanjutkan aktivitasnya menulis surat tilang tersebut. Agung merasa beruntung bukan Dimas yang mengurus pelanggaran ini. Jika Dimas pasti akan melepas Yura begitu saja. Mengingat sahabatnya itu adalah fans fanatiknya Yura selama ini. Bahkan dikamar Dimas penuh dengan buku-bukunya Yura. Seseorang yang kini tidak sengaja melanggar aturan lalu lintas dan jelas dihadapannya.
Yura terlihat sangat kecewa dengan polisi yang kini jelas-jelas menolak tawarannya itu. Karena Yura merasa telah merendahkan bahkan serasa menghilangkan harga dirinya sebagai seorang penulis terkenal untuk membuat tawaran tersebut. Yura sungguh merasa harga dirinya terhina saat ini. Dia pun berpikir untuk membalas dendam dengan menakhlukkan polisi yang kini sedang sibuk membuat surat pelanggaran untuknya.
Diam-diam Yura memperhatikannya.
Tersadar mobil pasti akan disita sebagai jaminan. Karena Dia sama sekali tidak membawa surat-surat perlengkapan berkendara saat ini. Yura langsung mengambil hp dan menelepon Sani untuk menjemputnya.
To be Continued ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments