Ikanaide

Ikanaide

Membuka pintu Asa

"Dulu, aku belum mengerti mengenai mimpi dalam imaji, namun asa itu tergenggam hampir dekat dengan denyut realita."

🪐🪐🪐🪐

Adinda tersenyum, sangat lebar. Tidak tahu apa yang membuat dia seperti ini, bahagia.

Yang sempat menjadi kabut pekat dalam dada, berhari-hari mengantongkan sebuah nestapa seorang diri, sembari menonton kebahagiaan fans sebatas layar HP.

Dengan iseng masuk ke sebuah chat room, setelah mendapati respon, belum menghentikan rongga-rongga bahagia dalam perut, bertebaran sangat hangat.

Seorang yang sedang chat dengan gadis itu lewat chatroom di salah satu aplikasi, sering terpakai fans maupun rambut mie london dalam berbagi story. Telah memberikan satu asa, benar-benar menghalau kabut dalam wajah Adinda.

Masih asyik dengan sebuah hal ingin diperjuangkan, saat yang lain tertidur dalam bola mimpi delusi, berbeda dengan Adinda, ingin menjemput penuh prestasi lewat genggaman bule london.

Benar. Prestasi yang diidamkan seorang gadis aksara, saat tak dianggap oleh orang sekitar. Dengan cara menyodorkan ke orang asing, tak pernah tersapa mata apalagi datang konser ke sentani, jayapura.

Tertambah sebuah rupiah sedang kendala, semakin buat dia ingin memperjuangkan dengan segera.

Bismillah. Semoga bisa mendapati apa yang selama ini di idamkan lewat aksara.

Mimpi-mimpi sempat tertinggal, kali pertama berupaya menerjemahkan ke dalam bentuk inggris, sampai memungut banyak bulir bening dalam sajak.

Oh, benar juga Adinda baru menyadari saat tertinggal itu, harus banyak revisi diksi tak layak dicetak.

Sampai mengantarkan pada seorang dalam chatroom tersebut.

Lagi, tersenyum sangat bahagia.

Mengingat kembali, saat naskah pertama A Dreams beralih pada Fighting Dreamer! Banyak diksi yang harus dirombak sangat teliti.

Alhamdulillah, saat sebelum Harris J tiba dengan lancar di indonesia, dia mendapati sebuah pintu asa dari seorang yang sangat humble, akan mendahagakan sebuah rongga desak-mendesak, hampir terisak dalam kesunyian. Dan, berpikir kalau mimpi serta tujuan itu tenggelam tak memiliki kesempatan Harris J bersemuka dengan novel dibuatnya, tanpa bermain dengan waktu apalagi mengumpulkan sebuah foto pun vidio bule tersebut.

Tidak begitu mempermasalahkan mengenai fotbar atau dinner saat ada give away dari panitia.

Hanya satu, prestasi dan apresiasi.

"Oh, satu hal lagi, jadi sahabatmu." Ucap Adinda sendiri.

Memang sih sepulang dari kota Big Ben, mendatangi sebuah acara pernikahan diatas panggung, rambut mie london telah menganggap dirinya sebagai sahabat.

Sayang, waktu itu tidak sempat memberikan novel itu ke Harris J di London. Karena lupa bawa ke dalam ransel, terburu-buru tidak ingin tertinggal pesawat.

Ah, benar sekali. Dua hari lalu, mengambil paket itu di JNE samping bandara sentani.

Bersama dengan sahabat tersayang, Gessa.

Bergetir. Kembali teringat akan dua hari lalu dan menatap hambar ke arah judul pertama A Dreams. Memang..masih banyak revisi. Kalau hari itu tidak terburu-buru mengirimkan ke penerbit, mungkin saat ini Fighting Dreamer! Sudah berada dalam genggaman Harris J.

Melainkan alamat mendarat sangat manis, buat dia yakin setelah revisi kedua kali, A Dreams itu bisa sampai ke Harris J. Insyaallah.

Fighting Dreamer! Biarkan nanti menyusul setelah mendapati grammer baru, karena tidak enakan sama Kak Renata.

“Kenapa harus revisi dan kirim ulang lagi?”

Diksi terucap dengan perulangan diatas motor, terselip rasa kagum.

Lalu, Adinda hanya mengatakan kalau karya yang belum direvisi itu akan menertawai dirinya, saat belum benar-benar yakin dengan isi karya sendiri.

Oh, menepuk jidat, meningat-ngingat kembali tahun 2017 lalu, sempat mendapati nomor seorang yang telah memberikan asa itu ke Adinda.

Tapi..Feeling dia kuat, mengetahui seorang itu mengganti nomor. Sempat ingin mengirimi paket itu, tapi takut alamat diberikan main-main.

Ah, tidak ada yang salah dengan alamat tersebut, hanya saja mengetahui fans Harris terlalu obsesi dengan nomor tersebut.

Tak henti mengucap hamdalah, saat nomor itu diberikan lagi.

Besok saya bungkus kadonya!

Dengan semangat mengetikkan itu di chatroom. Tak sabar besok akan disibukkan dengan paket ingin dikemas lalu terbang ke kantor Jakarta.

Kembali lagi pada dua hari lalu, sebelum ambil paket itu.

Adinda kembali baca sebuah SMS yang..

Heh?! Novelnya sudah sampai kah, Din?

Gessa terkejut, ini SMS sudah ada sekitar lima hari lalu, dan di jawab sudah. Besok tinggal ambil tas noken saja nih. Sekalian besok kampus bareng!

Tapi, Gessa tidak ada kabar setelah semalam sudah memberikan kesepakatan. Sudah terbiasa.

Adinda pun sepulang kampus, mampir ke tempat noken sambil membayar sisa tas tersebut.

Asma Nadia dan Harris J. Begitulah nama yang dilihat selepas disodorkan oleh penjual noken ke Adinda.

Tersenyum sangat merekah. Tak sabar untuk sampai ke rumah.

Setelah lima hari yang lalu itu lewat, juga Adinda tidak ingin ke mana-mana selain tidur. Karena badan pegal-pegal.

Tapi, tidak tahu kenapa Gessa sudah mulai ada kabar sekian lama menunggu kepastian untuk kampus bareng juga temani ambil noken dan mengindahkan dalam bersitatap pun temani main ke rumah grandma.

Gadis itu lalu membisik ke daun telinga sahabat, kalau ingin meminta untuk temani ambil novel itu di JNE.

"Temani saya ambil paket kah di JNE?" Kata Adinda, tak sabaran.

Oh yah, kalau saja Adinda tidak datang dengan wajah rengek ke sahabat, mana mungkin bisa bersitatap sekarang.

Setelah melihat Gessa mengindahkan, mereka berdua pun pamit pulang ke Shita dan segera ke JNE.

Saat mereka sudah sampai di kamar, "Din..buat saya sudah satu nih, kalau bukan buku ini biar saya ambil yang kamu print sudah, pengen baca soalnya. Penasaran.”

"Nanti sudah eh? Soalnya saya mau kirim ke Harris sekalian ke pihak DNA Production." Timpal gadis itu santai.

Benar. Hanya Gessa saja belum baca sampai selesai.

Kalau printkan, dia tidak enakan sama sahabat sendiri kok masih dalam mentahan sih? Harus dalam keadaan cantik seperti memberikan ke Harris J dong.

Esok hari..

Sudah merasa cukup kado untuk diberikan Harris J, mengetikkan sesuatu dalam..

Kalau besok tidak mau kampus bareng, biar saya bungkus saja nih kadonya!

Sebelum bertemu pulau kapuk, Adinda menggoda sahabat buat ikut kampus sama-sama. Bukan hanya sebuah iming-iming melainkan rindu naik motor sama-sama apalagi ke kampus.

Sepulang kampus.. Adinda tertawa geli, saat mendapati SMS,

Din, awas eh! Please jangan dibungkus dulu novelnya! Saya Mau lihat! Yang diwakili emoticon permohonan, semakin buat Adinda tak menggubris.

Siapa suruh tidak mau kampus bareng. Gumam Adinda acuh tak acuh, tak lepas dengan senyum nyengir.

Tak ingin mengiyakan permintaan Gessa. Ingin mempersingkat waktu, setelah menyimpan ransel dia pun langsung menuju ke Kascha Mart, membeli kertas kado. Setelah itu, singgah ke kios Om Faris, untuk mengambil kardus mengisi semua kado buat mereka di Jakarta.

Saat masih dalam Kascha, tampak raut wajah itu terhiasi bengong, "Mbak..kalau mau bungkus kardus dengan ukuran.." Adinda berpikir sejenak, "Dancow, muat nggak kalau segini?" Kata gadis itu sambil menunjuk jumlah kertas kado tersebut.

"Tidak, Dek. Kalau mau bungkus pakai kardus Dancow harus enam."

Setelah berada di kios Om Faris, mendapati apa yang diincar, "mau apa kardus itu, Din?" Kata Om Faris.

"Mo bungkus kado." Jawab Adinda cuek.

Setelah sampai dalam kamar, mengunci pintu lalu mengeluarkan semua kado untuk bule berambut mie london. Tambahan gantungan khas papua.

Oh, wajah jail itu pun terbit, setelah melihat sang adik baru pulang sekolah dan ingin masuk dalam kamar.

"La..sebentar malam tidur di kamarku eh?" Ucap Adinda melihat sang adik ingin masuk dalam kamar.

Sempat mengernyit menghiasi wajah Laila, tapi sedetik kemudian menganggukkan kepala.

Detik waktu berputar, tak terasa sudah malam.

Dalam kamar, sudah melihat detak waktu menunjukkan sepuluh malam. Usai ngobrol dengan orangtua di bawah, Adinda tak sabaran mengajak sang adik masuk kamar. Ada project yang harus dikerjakan mereka berdua.

“Nih..kamu bantu gunting kertasnya eh.” Adinda menyodorkan kertas hvs ke adiknya.

“Mana gunting?” Lalu Adinda menunjuk laci menggunakan dagu, Laila beranjak dan mengambil benda tersebut.

Sibuk dengan pekerjaan masing-masing, "ini juga kamu kasih ke Harris J?" Kata Laila, penasaran, menunjuk salah satu benda.

Mengangguk.

“Betul-betul eh..tidak mau tahu, pokoknya Harris J harus baca dan sampai di tangannya! Bikin saya repot begini..sampai jam..” Laila melirik jam dinding diatas kamar mandi kakaknya, “setengah dua malam begini.” Keluh Laila yang dibalas cengiran miris dari sang kakak.

Yah, semoga sampai yah dek. Gumam Adinda harap-harap cemas.

🪐🪐🪐🪐

Tidak terlalu penting sekali juga sih dalam mengumumkan status gadis itu, mahasiswi di salah satu kampus Jayapura.

Setelah nganggur karena pesawat dalam perbaikan, buat dia didesak oleh dua sahabat melanjutkan kuliah.

Asal novel itu bisa saya baca, tidak diragukan lagi panggung apresiasi sudah menunggu untuk kamu isi dengan cerita-cerita menarik seputar mimpi dan perjuangan hebat dalam merebut kemustahilan. Bangga..kenal penulis yang tak sekedar hebat melainkan bawelnya seperti kereta.

Ah, setahun lalu juga Harris pernah mengirimkan sebuah diksi manis.

Dan, tahun lalu juga hanya tahu akun reall Novita, setelah tahu ada admin JJS Ina, tak lain adalah Pak Hafiz yang telah memberikan sebuah pintu asa untuk gadis itu.

Adinda sempat meragu, tapi telah mengirimkan satu cover english.

Pak itu kado novel untuk Harris J.

Judul yang sama, tapi sudah direvisi dua kali kok.

Satu jam direspon, cukup buat Adinda bernapas sangat lega.

Tunggu..tunggu, ada mengganggu isi kepala gadis itu sendiri.

Tanggal 02 November ke Jakarta.

"Ih..kenapa sih balas sejam hanya suruh ke sana." Gerutu Adinda, sangat protes.

Hehe, gak bisa nitip aja gak Pak?

Ping

Gak bisa.

Pengen dapat tampol? Adinda menahan kesabaran untuk mencari alasan agar kado itu bisa diberikan ke Harris J.

Saya juga ada kasih buku versi indonesia untuk DNA Production.

Aih, belum ada satu pun balasan dari sang admin.

Yah, padahal sudah capek-capek buatkan Harris J buku hingga ditransletkan ke english. Namun gak bisa dititip:(

Dia pun mengirim cover versi Indonesia, berwarna biru serta cover belakangnya.

Itu buku versi Indonesianya Pak. Saya kirim nanti ke alamat kantor DNA Production.

Ping

Ada versi English-nya?

Kalau ada boleh kirim ke kantor. Nanti Harris ke Indonesia aku kasih.

“Ih! Dari kemarin sudah dikirim cover englishnya juga. Masih nanya-nanya.” Ketusnya.

Mengelus dada, sabar..sabar, pikir gadis itu.

Itu Pak versi englishnya,

Ping

Isinya juga english kan?

Bukunya udah dicetak belum?

Ping,

Iya Pak, wait saya kirim gambar sinopsisnya.

Ping,

Berapa halaman?

Ping,

370 halaman, Pak.

Rencana mau minta jual juga di akun Bapak. Soalnya JJS pada banyak minat bukunya.

Ping,

Wah, kalau jual harus ada izin ke management.

Karena novelnya kan tentang Harris J.

Ping

Gitu yah, bagaimana caranya?

Ping

Nanti saya tanya dulu yah.

Kalau gitu kamu kirim novelnya ke kantor aja yah, versi english dan Indonesia.

Nanti pas Harris ke Indonesia akan saya kasih dan vidiokan buat kamu.

Masih belum yakin dengan alamat yang diberikan tahun lalu, syukur bisa mengumpulkan banyak niat dalam DM admin tersebut.

Jujur, selama chat dengan Pak Hafiz ingin mencak sangat dalam untuk melemparkan kekesalan karena sejak pertama DM telah menjelasakan tujuan untuk mengirim chat.

Dapat akun reall admin JJS Ina tanpa terduga lewat mereka yang ngebet ingin memamerkan isi chat dengan admin itu.

Bercampur haru, saat tahu alamat masih yang lalu. Namun, nomor itu memang sudah diganti baru.

Senang bukan main, ketika..

Jangan kasih ke siapa-siapa.

Amanah diberikan oleh orang terpenting Harris J.

Ditambah tak menyangka selama chat dengan admin itu adalah orang sama, sempat tak menerka kalau admin JJS Ina adalah Pak Hafiz.

Tak bisa mengelak, kalau hari itu sangat sumringah.

To : Adinda Novelis...

Assalamualaikum, Adinda Novelis... :)

Saya tidak mengerti ini sebuah keajaiban atau apa, yang jelas saya penasaran ingin lihat sebuah novel yang dibicarakan Kak Lefan di London. Dia selalu menceritakan kisahmu begitu indah dan menarik perhatianku untuk bisa mendekap novel itu, Din. Yang dimana kisahku telah kau rangkum dengan indah.

Kak Lefan masih belum mengklarifikasikan tentang kenapa kamu buat novel itu untuk saya. Pokoknya buku itu harus ada di tanganku!

Surat masih rapi tersimpan.

"Ris..hari ini aku kirim novel yang kamu minta kan?" Ucap Adinda sendiri, sambil tersenyum getir.

Oh, benar juga mengingat kota London hampir terkelupas mengenai Lefan bin menyebalkan.

Apa masih di Jepang atau kembali ke london buka cireng? Loh, kok dia tertawa geli sih memikirkan hal ini? []

Terpopuler

Comments

Sakura

Sakura

sudah subscribe yah

2024-06-23

0

🔴pacarku 😜Peak_Fam😜

🔴pacarku 😜Peak_Fam😜

mampir, semngat yaa

2024-06-23

0

Ningsih Ndraha

Ningsih Ndraha

semangat 💪 thorrr 😊

2021-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!