Naynay pulang ke rumah dalam keadaan yang menyedihkan. Tapi dia berusaha agar tampak baik-baik saja di depan orang tuanya. Memperbaiki sedikit pakaiannya yang kusut dan menampilkan wajah ceria seperti biasanya.
"Nay, kamu darimana? Kenapa baru pulang? Kamu nggak apa-apa kan?" Yasmin yang melihat putrinya pulang langsung memberondong anaknya itu dengan banyak pertanyaan. Dia dan Hendrayan begitu cemas dan panik ketika tidak mendapati Naynay di rumah kemaren sore.
"Naynay baik-baik aja kok, Ma. Kemaren habis sekolah, Nay pergi ke panti. Karena kesorean, jadi ibu panti saranin buat nginap. Hp Nay mati, jadi nggak bisa hubungin orang rumah." Naynay susah payah menahan air matanya, dia telah berbohong kepada kedua orang tuanya.
Hendrayan dan Yasmin mengangguk percaya, karena mereka tahu kalau anaknya itu sering ke panti asuhan untuk menjenguk anak-anak di sana.
"Apa Papa bilang, lebih baik kamu bawa mobil saja ke sekolah. Diantar sopir juga tidak masalah, agar kalau kamu mau ke panti lagi nggak perlu nginap!" Hendrayan sudah berulang kali menyuruh Naynay membawa mobil ke sekolah, tapi putrinya itu lebih memilih untuk naik bis atau taxi.
Alasannya selalu sama jika ditanya, "Nay lebih suka naik angkutan umum karena lebih menyenangkan, Pa!" Nah kan, langsung dijawab begitu.
Hendrayan sudah lelah merayu, akhirnya dia diam dan mencubit pipi Naynay lumayan keras.
"Aaa, sakit, Pa!" Naynay mengusap pipinya yang sudah memerah dan panas karena dicubit papanya.
"Kamu mandi, ya! Abis itu kita sarapan bersama," ucap Yasmin melerai anak dan suaminya itu, karena kalau dibiarkan akan menghabiskan waktu yang lama, baru berhenti.
"Mama sama Papa belum sarapan? Ini bahkan udah mau siang."
"Mana bisa kami makan tanpa kamu, Nay." Hendrayan tersenyum dan mengacak rambut putrinya.
"Yasudah, Nay bakalan mandi kilat deh. Mama sama Papa pasti udah lapar."
Naynay segera pergi ke kamarnya dan membersihkan diri. Kembali dia menangis di bawah kucuran air shower mengingat bahwa dia bukan lagi seorang gadis. Dia bahkan tidak tahu siapa laki-laki yang tidur bersamanya semalam. Tidak berniat mencari tahu siapa dan tidak mau tahu siapa laki-laki itu.
Setelah mandi, Naynay melihat pantulan tubuhnya yang dipenuhi tanda kemerahan di cermin. Dengan kasar, dia menggosok bagian-bagian itu. Jijik, pasti dia merasa begitu dengan dirinya.
Matanya melihat foundation di atas meja rias. Akhirnya, Naynay memakainya untuk menutupi tanda menjijikan itu. Setelah itu dia turun untuk makan siang berkedok sarapan itu bersama orang tuanya.
"Nay, kenapa nggak dimakan?" tanya Yasmin yang melihat putrinya hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Hmm, Nay cuman kepikiran tentang sekolah, Ma." Naynay menjawab sedikit gugup.
"Papa sudah menginformasikan kepada pihak sekolah kalau kamu tidak bisa hadir hari ini. Kamu kan baru pulang menjelang siang, jadi kami langsung izin ke sekolahmu pagi tadi," jelas Hendrayan.
"Maaf, ya. Nay pasti buat Papa sama Mama khawatir." Naynay menunduk, dalam hatinya dia begitu menyesal telah membohongi orang tuanya. Tapi menurutnya, ini yang terbaik. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi papa dan mamanya jika mengetahui hal ini nanti.
"Sudah, sudah. Ayo makan, kasihan perutnya belum diisi!" Yasmin menepuk-nepuk pelan kepala Naynay.
Naynay memakan makanannya tanpa selera, terasa hambar. Tapi dia tetap menghabiskannya, karena mubazir itu tidak baik. Karena di luar sana banyak yang tidak bisa makan, dan kita tidak seharusnya membuang-buang makanan.
Setelah makanannya habis, Naynay kembali ke kamarnya. Biasanya dia akan menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya, tapi dia benar-benar ingin sendiri sekarang.
Naynay tidak ingin berlarut-larut dalam luka. Dia sudah kelas tiga SMA, dan selalu disibukkan dengan ujian sampai lulus nanti. Jika dia terus-terusan seperti ini, maka nilainya akan turun.
"Oke, kamu bisa, Nay. Jangan larut dalam kesedihan, Tuhan benci dengan umat-Nya yang lemah!" gumam Naynay menyemangati dirinya.
Kemudian dia menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran agar pikirannya teralihkan dari kejadian kemaren. Naynay juga memutar lagu kesukaannya, karena itu membantunya semangat dalam belajar.
Karena kelelahan, Naynay sampai tertidur. Untunglah, dia membaca sambil tiduran di atas tempat tidurnya. Untuk sesaat, tidur ini benar-benar membuatnya lupa akan kejadian itu. Kebiasaannya ketika tidur adalah mengepalkan tangan dan jempolnya berada di depan bibirnya. Jika dia tidur tanpa melakukan itu, berarti tidurnya tidak nyenyak sama sekali.
*****
Di tempat lain, Afif baru saja sampai di rumahnya. Ryan membukakan pintu mobil dan sang CEO keluar dengan wajah datarnya. Tidak ada seorang pun penghuni rumah besar ini yang berani menatapnya. Mereka semua menunduk sampai tuan mereka dan sekretarisnya hilang dari pandangan.
Afif berjalan menuju ruaang kerjanya, dia akan memberikan tugas baru kepada sekretarisnya ini.
Setelah masuk dan duduk di sofa, dia langsung menghadiahi Ryan tatapan tajamnya. Biasanya Ryan akan tenang-tenang saja, tapi kali ini dia menyadari kalau ini adalah salahnya.
"Bodoh! Kenapa ini sampai terjadi?" bentak Afif marah.
"Maaf, Tuan Muda. Mereka bekerja sama untuk menjatuhkan Anda." Ryan menundukkan tubuhnya.
"Mereka sudah berani ternyata, apa mereka tidak takut perusahaan mereka hancur?" Afif tertawa remeh dan melempar gelas kaca yang ada di atas meja. Pecahannya tersebar ke mana-mana.
"Mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, Tuan Muda. Bodyguard sudah mengetahui rencana mereka, tapi terlambat karena Anda sudah meminum minuman itu."
Afif menendang meja sampai terbalik. Dia tidak akan membiarkan orang-orang itu lepas begitu saja.
"Kau tahu, bukan, apa yang harus kau lakukan?" Afif menatap Ryan kembali.
"Iya, Tuan Muda!" jawab Ryan.
"Setelah itu, cari gadis SMA yang ada di kamarku semalam. Periksa CCTV hotel!" perintahnya kepada Ryan.
"Kami sudah melihat semua rekaman CCTV, tapi wajah gadis itu tidak terlihat, Tuan Muda. Dia menunduk sampai berada jauh dari hotel."
"Aku tidak mau tahu, cari dia sampai dapat. Aku beri kau waktu satu bulan, jika tidak dapat, aku akan membuangmu ke Kutub Utara sana!" Tidak bisa dibantah, Ryan hanya mengeluh dalam hati menghadapi laki-laki di depannya ini.
"Baik, Tuan Muda. Tapi, bisakah anda menjelaskan cari-ciri gadis itu?"
"Dia biasa saja, tidak, dia cantik! Tahilalat di atas dadanya, di pundak sebelah kanan, bahu sebelah kiri, di atas betis sebelah kiri, dan bekas luka kecil di perutnya!" Afif menjelaskan dengan semangat.
Ryan menganga tak percaya, bagaimana dia bisa mencari gadis dengan informasi jeroan(bukan organ dalam) seperti itu. Tahilalat dan luka di tubuh gadis itu, bagaimana dia bisa tahu?
"Kerahkan semua orang-orangmu untuk mencarinya!" Afif kaluar dari ruang kerjanya, meninggalkan Ryan sendiri.
"Kau boleh pulang." Berkata sebelum benar-benar pergi dari sana
'Merepotkan!' batin Ryan kesal.
Ryan mengambil hp di dalam sakunya dan menghubungi seseorang.
"Cari gadis di CCTV dengan tahilalat di atas dadanya, di pundak sebelah kanan, bahu sebelah kiri, di atas betis sebelah kiri, dan bekas luka kecil di perutnya! Temukan bagaimanapun caranya!"
Orang di seberang telepon pun dibuat menganga mendengar ciri-ciri yang disebutkan Ryan.
Ryan mematikan sambungan telepon tanpa mendengar balasan dari orang tersebut. Dia keluar dan pergi ke perusahaan untuk menggantikan Tuan Mudanya.
Tapi sebelum pergi, dia memerintahkan pelayan untuk membersihkan pecahan gelas di ruang kerja Afif terlebih dahulu. Selain menjadi sekretaris, dia juga merangkap menjadi penjamin kenyamanan hidup bagi Afif. Dia punya hak dalam mengatur orang-orang dalam rumah bak istana ini.
>>>Pastikan kalian sudah like setiap chapter dan rate yaa!!♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Nurwana
gmn mo tdk menganga, cri cri yg disebutkan membangunkan.🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2023-02-22
0
sitimusthoharoh
gimana mo cari cwe dengan ciri2 model gitu afif?????
omg ni si afif........
2022-08-20
1
Yuni MamaRizky
komplit deh ciri2 nya
2021-10-19
0