Saat keluar dari ruangan milik Revon. Lelaki tadi dan manager itu sudah tidak ada di tempat semula. Rose pergi dari kantor sesegera mungkin. Dia tidak bisa berlama-lama disana.
Dia berjalan sambil bergumam dan tanpa sadar menabrak Wen yang baru saja datang.
"Rose, kamu tidak apa? Wajahmu pucat sekali," tanya Wen.
"Wen. Apa aku sudah gila?" ujar Rose dengan menatap Wen.
"Apa maksudmu? Rose, lebih baik kamu pulang dan istirahat. Aku akan mengantarmu," ujar Wen lalu mengajak Rose ke parkiran basement.
Dengan badan yang gemetaran, Rose mengikuti Wen. Mereka masuk ke mobil dan mulai meninggalkan kantor.
Ditengah perjalanan Wen bertanya lagi kepada wanita disampingnya. Dia masih penasaran dengan penyebab Rose seperti ini.
"Katakan padaku. Apa yang terjadi?" ujar Wen sedikit menoleh ke arah Rose.
Beberapa detik hanya keheningan, tidak ada jawaban dari mulutnya. Saat Wen ingin bertanya lagi, Rose seketika menjawab, "Aku melihat dia di kantor," ujar Rose sambil menatap ke jalan.
"Dia? Dia siapa?" tanya Wen tidak mengerti.
"Revon," jawab Rose sambil menatap Wen dengan mata yang berkaca-kaca.
•••
Ruangan Manager Ms. Hill
Stevan Hallagar POV
"Kamu buat tanda tangan yang sama persis dengan tanda tangan Revon. Lalu tanda tangani semua berkas ini," ujar Stevan kepada Ms. Hill.
Tanpa membantah, Ms. Hill segera melakukan perintah lelaki itu. Dia tersenyum lebar melihat berkas yang akan selesai dibuat. Hanya tinggal sentuhan akhir dan setelahnya dia akan mengadakan rapat dengan para manager.
"Sebentar lagi aku akan menjadi CEO Firstin Entertainment and Modeling, Inc. Mengambil semua properti miliknya dan wanita itu … aku akan bermain-main sebentar dengannya," ujar Stevan dengan tersenyum lebar.
•••
Kamar hotel Rose
Rose menceritakan semua kejadian pagi ini di kantor. Dari bertemu dengan lelaki misterius dan manager yang mengurus surat penyerahan jabatan hingga melihat seseorang yang mirip dengan Revon.
"Siapa lelaki yang menyuruh Ms. Hill membuat surat itu? Aku akan menemuinya nanti," ujar Wen dengan kesal.
"No, don't do that. Jangan menemuinya. Kalau bisa jangan sampai bertemu dengannya. Dia sangat berbahaya, Wen. Dia bisa mempengaruhi pikiran Ms. Hill dengan mudah. Berarti dia juga bisa melakukan hal lain yang lebih berbahaya, kan?" ujar Rose.
Ya, dia bisa melakukan hal yang berbahaya. Seperti tadi pagi yang aku alami dan.. Tunggu! Apa mungkin dia juga mempengaruhi pikiranku saat itu? Saat membunuh Revon? Pikir Rose.
"Rose? Apa kamu mendengarku?" ujar Wen yang mencoba menyadarkan Rose.
"Wen. Sementara aku akan tetap tinggal disini. Ada sesuatu yang harus aku cari tahu. Aku harus mendekati lelaki itu," ujar Rose.
"Bukannya kamu bilang dia berbahaya? Kenapa kamu ingin mendekatinya?" tanya Wen.
"Dia ada hubungannya dengan menghilangnya Revon," ujar Rose.
Dan kemungkinan dia yang mempengaruhi pikiranku untuk membunuh Revon. Maaf Wen, aku tidak bisa mengatakan ini kepadamu. Pikir Rose merasa bersalah karena telah menyimpan rahasia ini.
"Baiklah. Kalau kamu butuh apapun, katakan kepadaku. Okay?" ujar Wen dengan serius.
"Aku butuh makanan manis," ujar Rose dengan tersenyum.
Mendengar itu Wen menjadi sangat senang dan langsung menyebutkan semua makanan manis. Dia senang melihat Rose sudah mau makan lagi.
Mereka pun memesan chocolate mousse kesukaan Rose dan bersama-sama memakannya. Sesekali Wen bercerita hal menggelikan yang dulu mereka alami saat bekerja.
Tidak terasa hari sudah sore. Wen pun harus pulang kembali ke rumahnya.
"Aku pulang dulu. Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Aku yakin bos tampan kita pasti akan kembali dan menghajar lelaki yang mencoba merebut perusahaan," ujar Wen dengan bangga.
"Hahaha. Yeah. Dia pasti akan melakukan hal itu," ujar Rose dengan tertawa kecil.
Namun seketika dia teringat akan sesuatu.
Bagaimana kalau dia membalas dendam kepadaku karena sudah membunuhnya? Pikirnya dengan cemas.
"Hey! Aku belum pulang tapi kamu sudah melamun lagi. Oh my god, Roseline! Stop overthinking," ujar Wen dengan teriak.
"Okay okay. Stop! Jangan teriak-teriak. Sekarang lebih baik kamu segera pulang sebelum malam," jawab Rose dengan mendorong wanita itu keluar dari kamar hotelnya.
"Alright. Bye Rose. Jaga kesehatanmu," ujar Wen dan memeluknya.
"Hmm. Yes mom! Hati-hati dijalan. Bye," ujar Rose sambil membalas pelukan.
Mereka berdua tersenyum dan kemudian Wen melepas pelukan lebih dulu. Wanita itu berjalan menjauh dan menghilang dibalik elevator.
•••
Rose POV
Aku berlari di kegelapan hutan. Melewati banyaknya pohon yang tinggi menjulang. Setiap bayangan pohon terlihat mengerikan, seperti ada seseorang yang sedang bersembunyi di sana.
Nafasku mulai sesak, tapi aku tidak bisa berhenti berlari. Entah mengapa tubuhku seakan bergerak sendiri dan berlari secepat mungkin. Kakiku terasa perih karena goresan dari ranting-ranting pohon yang kering.
"Rose ... lari ... lari sejauh-jauhnya. Jangan pernah menoleh ke belakang," ujar suara lelaki di dalam pikiranku.
Suara ini, suara yang aku kenal. Suara lelaki yang aku rindukan. Revon!
"Revon! Revon! Dimana kamu?" teriakku mencoba menemukan keberadaanya.
Namun tidak ada jawaban, hanya ada suara dedaunan yang tertiup angin. Karena aku tidak melihat langkah kakiku, aku pun terjatuh dengan keras.
Bruk!!
Tiba-tiba ada seseorang yang mengulurkan tanganya di depanku. Tanpa membuang waktu aku pun menerima uluran tangannya dan perlahan bangkit. Penasaran dengan siapa yang telah menolongku, aku pun menaikkan pandanganku perlahan-lahan.
Nafasku tercekat ketika melihat tubuhnya. Darah mengalir deras dari luka tusukan di beberapa bagian vitalnya.
Semakin naik pandanganku semakin kabur karena air mata.
Aku kenal postur tubuh ini, dia … Revon.
Tangisku semakin pecah ketika melihat wajahnya. Dia terlihat kecewa dan air mata menetes di pipinya. Satu pertanyaan keluar dari mulutnya yang membuat jantungku berhenti berdetak.
"Kenapa kamu membunuhku, bae?" ujar Revon.
...¤¤¤¤¤...
Aku terbangun dari mimpiku dengan tangisan. Hatiku terasa sakit mendengar pertanyaan dia. Revon ....
"Kenapa? Kenapa aku membunuhmu? Aku juga tidak tahu bagaimana bisa aku melakukan hal mengerikan itu!" teriakku di sela-sela tangisan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Duchess RahmaDika
mng ni gegara penyihir kampang
2021-06-11
0
Inyhhlstryyy
Karyamu Menarik Smgt Trs Thor😚😀😀
2021-05-12
1
Four.
Daebak👍🤩 semangat terus thor, salam dari
- City full love
- Memory [ingatan]
🙏🤗
2021-05-04
0