Rose POV
Akhirnya aku bisa pulang ke hotel setelah kemarin dirawat selama 1 hari. Wen mengantarku sampai ke hotel. Aku masih belum menceritakan tentang mimpiku siang itu. Jika aku menceritakan itu, dia pasti akan takut dan khawatir berlebihan.
Ah, yeah!
Tadi di perjalanan ke hotel, kami sempat berbicara mengenai kelanjutan perusahaan Firstin yang kehilangan 2 orang penting yaitu, CEO dan asisten pribadinya.
Revon tidak pernah memiliki siapapun yang dekat dengannya. Tapi semua manager tidak ingin jika merekrut CEO baru karena itu sangat tidak mungkin, butuh surat resmi dari CEO sebelumnya yang berisi penyerahan jabatan.
Aku juga sudah mengatakan kepada Wen kalau aku ingin resign besok. Disini aku memiliki terlalu banyak kenangan tentang Revon dan juga ada lelaki berbahaya itu yang bisa mendatangiku kapan saja. Lebih baik aku kembali ke kota asalku New York agar bisa sedikit menenangkan jiwaku.
Wen tidak setuju dengan keputusanku ini, karena aku sudah membangun karier yang bagus disini.
"Untuk apa karier bagus kalau jiwaku hampa?" Itu yang aku katakan kepada Wen.
Kekasihku sudah mati dan ... aku ... aku membunuhnya. Tidak! Itu bukan aku. Aku ....
Aku tidak sanggup memikirkannya lagi, air mataku mengalir dengan sendirinya. Beribu kata maaf aku ucapkan. Tapi itu tidak merubah segalanya.
Kenapa semuanya menjadi seperti ini. Dan Erica, aku tidak pernah melihat wanita itu lagi sejak aku pingsan di hotel.
Kemana dia? Apa hilangnya dia ada hubungannya dengan kejadian semua ini? Apa aku harus mencari dia? Tapi aku sudah coba menelponnya dan selalu tidak tersambung.
Pikiranku kalut akan semua pertanyaan yang masih belum terpecahkan. Hingga tanpa sadar aku tertidur.
•••
Firstin Entertainment and Modeling, Inc.
Pagi ini Rose mengantar surat resign ke manager yang mengurus tentang kontrak kerja. Namun saat Rose baru memasuki lobby, seketika dia berhenti dan bersembunyi di balik dinding. Disana lelaki misterius yang pernah menemuinya di hotel.
"Apa yang dia lakukan disini?" ujar Rose cemas.
Mereka naik ke elevator dan menuju ke lantai 60. Itu adalah lantai tempat kantor CEO. Rose merasa penasaran dan iku naik ke lantai 60 setelahnya.
Ketika di dalam elevator dia sambil memikirkan berbagai kemungkinan di kepalanya. Selang beberapa menit pintu elevator terbuka dan dia melangkah pelan-pelan melalui koridor.
Saat melalui ruang meeting yang sisinya terbuat dari kaca tebal transparan, Rose melihat lelaki itu berbicara sesuatu dengan manager. Tapi dia tidak mendengar percakapan mereka.
Hingga tiba-tiba lelaki itu menoleh ke arah dia. Lelaki itu tersenyum smirk dan menghampirinya di luar ruangan.
"Masuk!" perintah lelaki itu sambil membuka pintu untuknya.
Rose merasa enggan untuk masuk. Dia takut apa yang akan lelaki itu lakukan nanti jika dia masuk.
"Masuk, Rose! Jangan sampai aku yang menyeretmu masuk," ujar lelaki itu dengan tatapan tajam.
Dengan terpaksa, Rose pun masuk ke ruang meeting itu. Setelah melihat ke meja, ternyata manager itu sedang mengetik sesuatu. Semakin mendekat, semakin terlihat apa yang sedang dia ketik. Rose seketika kaget dan matanya terbuka lebar.
"Surat penyerahan jabatan?" gumamnya lirih namun terdengar jelas oleh lelaki tadi.
"Perusahaan ini akan memiliki CEO baru," ujar lelaki itu dengan tenang.
"Apa maksud kamu? Ini tidak benar. Kamu! kamu membuat surat palsu," ujar Rose marah.
Lelaki di depannya tersenyum smirk dan menyandarkan tubuhnya ke dinding.
"Ms. Hill, anda harus menghentikan ini semua. Anda bisa terjerat hukum atas tindakan yang sekarang anda lakukan. Ms. Hill?! Anda mendengar saya?" ujar Rose mencoba membuat manager itu berhenti mengetik, tapi dia terlihat fokus ke laptop dan tidak menghiraukan perkataannya.
Wanita itu mencoba melambaikan tangannya di depan wajah manager itu, dan fokusnya tetap sama yaitu ke laptop itu.
"Percuma. Dia hanya mendengar perkataanku. Benarkan, Ms. Hill?" ujar lelaki itu dengan tenang.
Ms. Hill menoleh dan menganggukkan kepalanya.
What the ****! Apa yang sudah lelaki itu lakukan? Ms. Hill bukanlah orang yang bisa disuruh-suruh. Malah dia yang biasanya menyuruh orang. Pikir Rose.
Dia mencoba memikirkan cara lain untuk menghentikan semua ini. Karena Ms. Hill sedang berada dikendali lelaki itu. Berarti hanya ada satu cara. Merusak laptopnya.
Setidaknya akan butuh waktu untuk mencari laptop lain. Dan saat lelaki itu pergi, dia akan membawa Ms. Hill keluar dari gedung ini.
Dengan gerakan cepat Rose mengambil laptop di meja dan sekuat tenaga melemparnya ke dinding hingga laptop itu retak dan layarnya pecah.
Melihat tindakan Rose membuat lelaki itu naik pitam.
"Kamu mencari masalah denganku, hah?" ujar lelaki itu dan mendorong tubuh Rose dengan keras ke dinding.
Dia menarik rambut wanita itu dengan kasar dan membuat wajah mereka bertatapan. Rose dapat melihat warna mata lelaki itu berubah dari coklat menjadi keemasan.
"Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga. Tapi itu tidak menyenangkan kalau kamu mati terlalu cepat. Aku ingin kamu masuk ke dalam rencanaku," bisik lelaki itu di depan wajah Rose.
"Aku tahu kamu masih memimpikan Revon bukan? Aku bisa membuatmu lupa dengannya. Bagaimana, huh?" ujar lelaki itu sambil memberikan open kiss ke leher Rose.
Air mata perlahan jatuh membasahi pipi Rose. Andai saja Revon ada disini, pasti dia tidak akan tinggal diam melihatnya seperti ini.
Saat pandangannya melihat ke arah sudut ruangan menuju kantor CEO. Disana dia melihat punggung lelaki yang dia kenal. Dia sedang berjalan ke arah ruangan itu.
Tidak mungkin?! Apa ini benar-benar nyata? Apa itu benar Revon? Pikir Rose.
Rose sekuat tenaga mendorong lelaki di depannya dan berlari ke arah ruangan CEO. Jantungnya berdetak cepat. Dia bisa merasakan darah dalam tubuhnya mengalir dengan cepat. Perasaannya campur aduk.
Sampai di depan pintu, dia mendorongnya dengan kuat dan segera masuk ke dalam. Rose mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tapi tidak ada siapapun disana.
"Revon? Apa kamu disini? Revon! Tolong jangan main-main dan keluar sekarang," teriak Rose sambil berkeliling ruangan.
Namun tidak ada jawaban dan hanya keheningan yang dia dengar. Dia berhenti di meja besar tepat di tengah ruangan.
Aku tadi melihat dia masuk ke sini. Postur tubuhnya bahkan rambutnya sangat aku kenal. Aku melihat Revon. Tapi bagaimana bisa sekarang tidak ada siapapun? Apa aku hanya berkhayal? Apa aku mulai gila?
Pikir Rose tak henti-hentinya bekerja mencari jawaban.
"Hahaha. Apa kamu sudah gila Rose?" tawa lelaki tadi yang entah sejak kapan sudah berada di dalam ruangan bersamanya.
"Keluar! Keluar dari sini!" usir Rose dengan teriak. Saat ini dia tidak ingin seseorang melihatnya seperti ini.
Lelaki itu terlihat terhibur melihat Rose sekarang. Kali ini dia menuruti permintaan wanita itu dan pergi keluar ruangan.
"Ini semakin menarik." gumam lelaki itu sambil tersenyum smirk.
•••
Hai readers👋
Jangan lupa dukung author dengan tekan tombol rating bintang 5 dan vote.
Tinggalkan like dan comment juga agar author tahu keberadaanmu😊
Dukungan kamu sangat berharga untuk author. 😉
Selamat membaca....
Salam hangat,
Author
Affxxvi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ida Rachmalida
msh mencerna, knp n siapa ?
2021-06-09
1
Karningsih Juhardi
yang msih bngung kt Stu
2021-06-04
0
Yoona Ariana Stefhanie Lee
Kasar amat sih 😌😌🙄
2021-05-11
1