"Ayla... Ayla..." teriak Xenia ketika mereka sudah berada di dalam.
"Bu, itu pasti kamarnya. Kita langsung masuk saja, sepertinya Ayla masih tidur."
Rocky pun langsung membuka pintu kamar Ayla. Betapa terkejutnya dia mendapatkan sepasang kepala berada di ranjang yang sama.
"Aylaa..." teriak Rocky dan Xenia hampir berbarengan.
"Bangun kalian! Sedang apa kalian berdua?" Rocky membuka selimutnya. Dan,
"Astaga, Ayla..." jerit Xenia yang melihat anak perempuannya sedang dipeluk erat oleh seorang laki-laki yang bertelanjang dada.
Ayla yang hafal dengan suara ibunya langsung merancau, "Ibu. Ada apa, Bu?" rancau Ayla yang baru saja terbangun dari tidurnya, dia menguap dan menggeliat. Sedangkan lelaki disebelahnya masih tidak bergeming.
Xenia menitikan air mata melihatnya, Rocky merasa kecewa, sedangkan Carry dia berlari keluar ruangan. Dia tidak mau mengotori matanya dengan melihat kejadian yang tak semestinya dia lihat dan juga dia tidak ingin mendengar urusan tetangganya.
"Aaaaaa.." teriak Ayla yang baru saja sadar ada laki-laki asing disebelahnya.
"Kalian semua menggangu tidurku," ucapnya merasa tak berdosa dan bahkan tetap tidur tanpa membuka kedua matanya.
"Hei, hei siapa kamu?" teriak Ayla sambil menggoyangkan tangan lelaki disebelahnya.
Lelaki itu membuka matanya, memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing, efek minuman itu masih sedikit mempengaruhinya. Namun saat setelah dirinya sadar, dia tak kalah terbelalaknya dari orang-orang disekitarnya.
"Nyet..."
"Nyu.."
Teriak mereka berdua hampir bersamaan.
"Kenapa kamu ada disini??" tanya Ayla setengah berbisik.
"Kamu yang kenapa ada di kamarku?" jawabnya juga sambil berbisik. Brio menggunakan kembali kacamatanya. Dia sudah mengingat identitasnya sebagai Brio yang culun.
"Hei, apa kamu sudah mabuk? Ini kamarku bisakah kamu membedakan?" batinnya sambil melototi Brio.
"Apa?" Brio baru menyadari dan sedang mencoba kembali mengingat apa yang terjadi kepadanya semalam.
"Jadi, aku salah kamar," gumamnya. Namun mereka semua tidak mendengar gumamannya itu. Dia menarik selimutnya dan menutupi kembali tubuhnya itu.
"Ayla, bapak sudah simpan kepercayaan kepada dirimu dan membiarkan kamu tinggal sendirian dikota sebesar ini. Tapi kamu malah mengkhianati kepercayaan bapak. Bapak kecewa sama kamu." Pikiran Rocky sudah meleber kemana-mana saat melihat mereka tidur bersama.
"Pak, dengarkan Ayla dulu." Ayla bangkit dari kasurnya, meraih tangan ayahnya, "Pak, semua yang Bapak lihat hanya kesalahpahaman. Ayla tidak berbuat apa-apa."
"Seharusnya kami tidak mengizinkanmu untuk kuliah. Apalagi sampai menjual diri seperti ini..." Ibunya sudah menangis melihat kenyataan pahit di depan matanya. Ini yang selama ini dia khawatirkan, Ayla menjual kehormatannya.
"Bu, aku tidak menjual diriku," sanggah Ayla.
"Bagaimana kami akan mempercayaimu? Sedangkan kami melihat dengan mata kepala kami sendiri," sungut Rocky.
"Aku sudah tidak sanggup Pak, melihat putri semata wayang kita seperti ini, huhuhu.." Xenia menangis meraung-raung.
"Bu, dengarkan penjelasan kami dulu. Aku memang kenal dirinya, tapi aku benar-benar tidak sekamar dengannya."
"Lalu bagaimana caranya dia masuk, Ayla??" Ayla tidak bisa menjawab pertanyaan itu, dia masih berpikir keras untuk menunjukan bahwa dirinya tidak salah.
"Bapak sudah kecewa sama kamu, Nak!" tegas Rocky. Siapa yang tidak kecewa melihat anaknya dengan sangat nyaman dipeluk oleh seorang laki-laki diatas ranjang.
"Ayo Pak! Kita pulang saja, ibu sudah tidak bisa menanggung aib sebesar ini.." lirih Xenia hendak menggandeng suaminya. Ibu mana yang sudi melihat anaknya seperti ini.
"Bu.. Bu.. jangan pergi dulu, Bu.." tahan Ayla. "Hey, Nyu, katakan sesuatu..!" titah Ayla.
"Maaf semuanya bisakah kita membicarakannya dengan kepala dingin," ucap Brio yang sedari tadi hanya memperhatikan keributan keluarga Ayla. Sebenarnya dia masih dalam keadaan bingung, mengapa dirinya bisa masuk dan berada dalam situasi seperti itu?
***
Saat ini mereka sudah berada diruang santai milik Ayla. Ruang itu berada di antara dapur kecilnya dan disamping kamar Ayla.
"Begini, Om. Saya, saya mengaku salah, tapi saya tidak melakukan apapun," jelas Brio.
"Setelah kamu meniduri anak saya kamu bilang kamu tidak melakukan apapun. Apa kamu tidak ingin bertanggung jawab kepada putri saya? Apa kamu akan habis manis sepah dibuang??"
"Bapak," teriak Ayla.
"Ayla, kamu adalah pihak yang dirugikan disini."
"Tapi kami memang tidak berbuat apa-apa," terang Ayla.
"Tidak berbuat apa-apa, bagaimana? Jelas aku, Ibumu, dan juga Carry kami memergokimu sedang tidur berpelukan diatas ranjang yang sama. Cuma satu hal yang akan di lakukan diatas ranjang yang sama, Ayla. Yaitu bercinta," ungkap ayahnya sambil menekan kata terakhir.
"Pak.." bentak Ayla dia sudah tidak tahan dengan tuduhan yang di layangkan kepadanya.
Plaaak, Rocky menampar Ayla.
"Apa ini didikan yang kamu dapatkan selama kamu berkuliah disini, hah?" bentaknya, Rocky mulai naik pitam. "Membentak kami, tidur dengan siapapun, dan tidak mengakui kesalahan. Kita orang miskin, Nak! Tapi jangan lupakan harga diri kita. Mau ditaruh dimana muka bapakmu ini , jika kelakuanmu saja seperti ini."
"Tapi aku tidak melakukan apapun." Mata Ayla sudah berkaca-kaca. "Hai ban*i! Jelaskan pada keluargaku jangan diam saja.." sungut Ayla sambil menahan tangisnya.
"Benar Om, kami tidak melakukan apapun.."
"Aku tidak percaya pada kalian. Terlebih kamu," ucapnya sambil menunjuk Brio. "Tidak mungkin di antara kalian tidak terjadi sesuatu disaat kalian berada diruang yang sama. Aku tidak percaya, dan sebelum aib ini besar dan kalian berzina dimana-mana, maka sebaiknya kamu nikahi saja anakku.."
"Apa.." Semua orang yang berada disana tidak ada satupun yang tidak terkejut dengan keinginan Rocky.
"Tapi Pak.." sanggah Ayla tentu saja dia tidak menginginkan hal itu terjadi.
"Om.." ucap Brio yang tak kalah terkejutnya.
"Aku akan mempercayai kalian jika kalian berdua menikah. Aku sudah malu, malu sekali."
"Tapi Pak.." ulang Ayla lagi.
"Benar, Nak! Kami selalu dicibir di kampung saat semua tau kamu kuliah dikota sendiri. Semua tetangga selalu mengguncingkan kamu. Maka dari itu, kami jauh-jauh dari kampung datang kesini hanya untuk membuktikan bahwa kamu tidak seperti apa yang dikatakan mereka. Namun kami malah melihat kejadian memalukan seperti ini."
"Tapi Pak, aku tidak mencintainya. Bu, aku tidak suka padanya, aku tidak ingin menikah dengannya..." lirih Ayla.
"Ayo Bu, kita pulang saja! Kita sudah tidak punya anak disini.." Rocky yang sudah terlanjur kecewa kepada anaknya sudah tidak ingin menginjakan kakinya disana lagi.
"Pak, Bu.." Ayla menahan langkah kaki mereka, air matanya sudah mengalir deras membentuk sungai kecil dipipinya. Orang tuanya bahkan tidak mempercayainya sedikitpun.
Brio yang merasa bersalah atas kebodohannya, dia berpikir cepat agar dirinya dan Ayla berada di posisi aman.
"Tunggu, Om! Baik saya akan menikahinya," ungkap Brio dengan lantang.
Ayla menatapnya heran, bagaimana bisa dia dengan gampang dan ringannya mengatakan bahwa dia akan menikahinya?
"Apa yang kamu katakan benar?"
"Iya Om, Tante. Saya akan menikahinya tapi bukan karena saya sudah berhubungan intim dengannya, melainkan saya memang sudah bersalah." Entah sadar atau tidak dia mengatakan semua itu yang pasti dia tidak ingin di cap sebagai laki-laki yang tak bertanggung jawab. Bagaimanapun semua ini salahnya yang langsung masuk saja tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Ini juga salahnya yang terlalu percaya pada March sehingga dirinya mabuk.
"Dimana orang tuamu?" tanya Rocky.
"Mm.. Jika aku mengatakannya maka aku akan tamat hari ini, kebohonganku akan segera terbongkar," batinnya.
"Mereka tinggal di kampung yang sangat jauh, Om." Bohongnya.
"Sekarang sudah canggih, Nak. Kamu bisa menelponnya!"
"Tapi mereka tidak mempunyai ponsel, Om..." bohongnya lagi.
Rocky dan semuanya mengerutkan alisnya masing-masing, heran mendengar penuturan yang di ungkapkan Brio. Tidak punya ponsel? orang macam apa didunia ini yang tidak memiliki ponsel? Bahkan Rocky dan Xenia pun memilikinya meski sekedar ponsel jadul.
Brio yang sudah memahami arti kerutan alis itu langsung memperjelas keadaanya.
"Saya bukanlah orang kaya, Om. Orang tua saya tidak mampu membeli ponsel, terlebih di kampung kami jaringannya kurang memadai." Dia mengolah kata-kata agar tidak di curigai sedikitpun oleh keluarga Ayla.
"Pak, bagaimana ini?" tanya Xenia pada suaminya.
"Ya sudah, Bu. Tidak apa -apa. Dia seorang laki-laki dia mampu menikah sendiri tanpa wali."
"Kami tidak mempermasalahkan. Mari kita ke KUA sekarang untuk segera menikahkan kalian."
CNP
Mohon dukungannya. Karena dukungan kalian adalah penyemangatku. Untuk dukungannya bisa berupa Like, komentar, share, vote, rate 5, dsn jangan lupa untuk mem-faforitkan novel ini. Terima kasih !!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
🎱ℳ𝒷𝒶𝓀 𝒩𝒶𝓎❀
kereeeeennnn
semangat Thor 😊
2021-03-22
0
zien
aku hadir disini 👍😘 semangat terus 💪😊 semoga sukses selalu 😀😘 salam dari JODOHKU YANG LUAR BIASA 😊😘❤️
2021-03-16
0
Ende Setiani
bom like kaka . jangan lupa manpir ke karya baruku "Ansell the Rental Girl
2021-03-05
1