Hari Pernikahan (2)

"Sakit..." lirih Ariana dengan air matanya yang hampir menetes.

"Cih!" Reykhel mendecih sembari membuang pandangannya sekaligus melepaskan cengkeraman tangannya, "Aku, Reykhel Louis Wilson sangat benci dengan wanita cengeng yang hanya bisa menangis!"

Bukan keinginanku untuk menikah, bukankah kau juga ikut andil? Jika saja kalian tidak mengakuisisi saham perusahaan papa, apakah pernikahan ini akan tetap terjadi?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 08.35 waktu setempat, mereka pun sampai di gedung Bell-Swiss di mana para reporter tv sudah menunggu di luar.

Kilatan-kilatan dari flash kamera yang mengabadikan photo-photo mereka sangat mengganggu.

Jackson segera turun untuk membukakan pintu mobil Tuan muda, begitupun juga dengan mobil pengaman, mereka sudah bersiap di posisi untuk menjaga agar tidak ada reporter yang menerobos masuk.

Papa dan Sena baru saja turun dari mobil, mereka mengembangkan senyum elegannya. Dan, sesekali Sena berusaha melirik ke arah depan untuk melihat wajah Reykhel.

Namun yang ia lihat hanya tubuh bagian belakangnya saja, pria itu bertubuh tegap dan kekar, tinggi, menggunakan pakaian super mewah edisi terbatas dan hanya ada satu, khusus di buat untuk tuan muda Reykhel saja.

Kedua mempelai itu pun masuk dengan bergandengan tangan, bukanlah hal yang sulit bagi Reykhel untuk bersandiwara.

Dia bisa melakukannya dengan paripurna.

"Nona, Tuan muda, lihatlah kearah sini sebentar," seru reporter wanita yang ingin mengambil photo mereka.

Reykhel pun menghentikan langkah kakinya, dan berbisik kepada Ariana, "Perlihatkan senyuman mu, jangan membuat image ku rusak dengan tatapan matamu yang menjijikkan itu!"

Ariana pun melakukan apa yang baru saja di katakan oleh Reykhel, dia mengangkat pandangannya ke arah kamera itu dan berpose dengan senyuman yang begitu manis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam gedung, sebuah Altar telah menyambut mereka, keduanya tengah berdiri di hadapan para tamu undangan.

Saling berjanji sehidup semati, dalam keadaan susah maupun senang.

"Sekarang kalian sudah resmi menjadi pasangan suami dan istri, pakailah cincin pernikahan kalian," seru seorang pria paruh baya yang berperawakan sedikit gemuk itu.

Di kursi bawah, Sena menatap tak percaya pada sosok Reykhel, dia adalah pria dengan sosok yang sangat tampan dan penuh kharisma.

Garis matanya tajam, rahang tegas, hidung mancung, sorot mata yang tajam, serta bibirnya yang merah.

Bukankah itu tipe ideal setiap wanita?

Tangannya terkepal erat dengan geram, dia merasa menyesal karena telah berhubungan badan dengan Andreas.

Sekarang, pikirannya hanya di penuhi dengan wajah Reykhel.

"Kalian boleh berciuman," seru pria paruh baya itu lagi.

Jantung Ariana berdegup kencang, tangannya sudah sangat dingin dan dia juga gugup.

Reykhel secara mendadak meraih pinggang ramping istrinya, dan membuat Ariana hampir kehilangan napas.

Lembut, Reykhel mencium bibirnya, lalu menggigit kecil bibir bawahnya hingga meninggalkan bekas merah.

Ciuman itu pun terlepas, Reykhel menyeringai saat mendapati wajah Ariana yang merona merah samar.

Ini adalah ciuman pertama untuk keduanya.

Lalu Reykhel mendekatkan bibirnya di telinga Ariana, seolah sedang memeluknya, "Kau pasti menyukainya bukan? Telah mendapatkan ciuman dari ku dan membuatmu langsung merasa menjadi nyonya Louis! Menjijikkan!"

Lagi-lagi Ariana mendapatkan hinaan telak dari suaminya, "Sadari batasanmu! Jangan besar kepala, aku tidak suka dengan wanita-wanita yang seperti itu, terutama dirimu!"

Ariana memilih untuk diam, tidak mendebatkan hal itu ataupun menyangkal, intinya dia hanya ingin kejadian hari ini berakhir dengan lebih cepat tanpa menambah masalah baru lagi.