Setelah menghabiskan makan malam Albert dan Dara langsung masuk ke dalam kamar, Dara duduk di bibir kasur sedangkan Albert nampak sedang mencari sesuatu di dalam tas miliknya.
Lalu lelaki itu duduk di atas sofa setelah mendapat barang yang ia cari.
"Sayang kemarilah" Albert menepuk sofa di sebelahnya.
Dara yang sedari diam langsung menuruti perintah Albert untuk duduk di samping pria itu.
Setelah duduk Dara tak menanyakan apapun, ia hanya diam menunggu Albert berbicara.
"Sayang ini handphone baru untuk mu" Albert menyodorkan kotak handphone yang sudah dibuka sebelumnya, sudah bisa dilihat dari kotaknya saja bahwa itu adalah handphone terbaru yang harganya sangatlah fantastic.
"Handphone baru?" Dara menaikan alisnya tanda bingung, kenapa Albert tiba-tiba memberinya handphone baru?
"Iya, ini untuk mu. Ambillah"
Dara pun dengan ragu mengambil kotak tersebut dan menatapnya penuh kebingungan.
"Kenapa membelikanku handphone baru?" Yang kini menatap pada Albert.
"Tadi sewaktu aku mau menelpon mu aku baru sadar jika aku tidak punya nomor ponselmu, jadi aku belikan saja handphone baru beserta nomor yang sudah dimasukkan didalamnya. Disana sudah ada nomor ponsel ku juga" Jelas Albert.
Dara menatap handphone barunya dan mencari nomor Albert disana, tertera nama 'my love' di sana. Hanya nama itu yang ada dalam kontak, tak ada nomor lainnya.
"Mulai sekarang pakai handphone ini, jangan pakai handphone mu"
Dara mengangguk paham.
"Baik" Jawab Dara dengan singkat.
"Kemarilah" Albert menarik lengan Dara dan menduduki Dara di pangkuannya.
Dara mulai merona saat dirinya sudah berada di atas paha Albert, Dara hanya bisa menyembunyikan wajah merahnya dengan menundukkan kepala.
"Sayang lihat aku" Albert mengangkat dagu Dara agar wanita itu menatap wajahnya.
"Aku tau ini berat bagimu, tapi bagaimana jika aku menginginkan mu sekarang?"
Dara menatap Albert dengan tatapan sendu, matanya bahkan sudah sedikit berkaca kaca.
Ia belum siap untuk kehilangan mahkota yang begitu berharga dalam hidupnya, apalagi bukan kepada suaminya.
"K-kau pasti tau ji-jika aku tidak pernah menginginkan hal ini"
Albert diam menatap pada gadis cantik yang mulai menangis dengan begitu pedih.
"Tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa.... Di-dia sudah membuangku.... Jadi la-lakukanlah apa yang kau mau..... K-kau juga sudah membayar mahal bukan... Hiks " Ucap dara sembari menangis tersedu sedu, ia tidak bisa menahan tangisannya kali ini, air matanya juga tidak mau berhenti saat ia berbicara.
Sedangkan Albert menatap pedih wanita 25 tahun tersebut, diraihnya tubuh Dara dalam dekapannya, membiarkan wanita itu menangis untuk mengeluarkan rasa sakit yang ia rasakan.
Dara semakin menangis kencang di pelukan Albert.
Ini yang dara butuhkan sekarang, tubuh seseorang yang membiarkan dirinya mengeluarkan seluruh keluh kesah yang ia rasakan.
"Menangislah, keluarkan semua yang saat ini kau rasakan" Albert mengelus punggung Dara dengan lembut, membuat Dara semakin menangis tersedu sedu.
"Kenapa.... Apa salahku selama ini.... Ini terlalu berat.... Hiks... Aku lelah.... Aku lelah Al.... " Dara mengadu semua yang ia rasakan pada Albert, Dara tak pernah merasakan hangatnya pelukan kedua orang tua saat ia menangis, tak pernah merasakan belaian saat ia sakit, tak pernah mendapat tempat untuk ia mengadu, semua Dara pendam dalam dalam seakan Dara dipaksa untuk selalu kuat dalam segala ujian.
"Aku disini sayang, kau tidak perlu takut, aku juga tidak akan melakukannya sekarang jika kau belum siap" Ujar Albert yang kini mengusap rambut hitam panjang milik Dara.
Dara merasakan hangat pelukan yang Albert berikan padanya, merasakan lembutnya belaian itu, semua yang sedari dulu dara butuhkan kini sedang Dara rasakan.
Semakin lama tangis Dara mulai reda, tapi gadis itu masih memeluk erat tubuh Albert menyandarkan kepalanya pada dada bidang lelaki itu.
Albert memegang kedua lengan Dara seraya menjauhkan sedikit tubuh Dara yang masih memeluknya, Albert menghapus air mata dipipi mulus tersebut.
"Mulai saat ini aku ingin kau menceritakan semua yang kau rasakan, aku ingin kau mengadu semua rasa sakit itu padaku, jangan ada lagi yang kau pendam sendiri. Dengar Dara, mungkin bagimu aku bukan siapa-siapa... Tapi mulai saat ini anggaplah aku seperti bagian dari hidupmu, kau bisa menganggap diriku sebagai temanmu, sahabatmu, kakakmu, bahkan kekasihmu sekalipun. Kau adalah wanitaku, aku tak akan pernah mau melihat wanita ku tersakiti seperti ini. Kau mengerti?"
Dara menatap haru pada Albert, dirinya tidak menyangka jika Albert yang notabene nya hanya orang lain justru begitu peduli padanya, air mata Dara mengalir lagi, tapi kali ini air mata nya menandai bahwa dia begitu bahagia.
"Sayang apa kau mengerti?" Tanya Albert sekali lagi.
"Iya aku mengerti"
Dara tersenyum lalu tanpa diduga dara memeluk Albert kembali.
"Terima kasih" Ucap Dara dalam pelukannya tersebut.
Albert juga tersenyum, kini dara terlihat begitu bahagia, ia juga ikut senang bisa melihat Dara yang tersenyum sungguh membuatnya cantik berkali-kali lipat.
Kini Dara adalah wanitanya, tidak ada yang boleh menyakiti wanitanya apalagi sampai membuat dia menangis seperti tadi.
Siapapun yang berani menyakiti Dara maka orang itu harus berurusan dengan dirinya langsung!
***
Keesokan harinya di perusahaan Gentara Group semua orang nampak sibuk dengan pekerjaannya masing masing termasuk sang CEO baru mereka siapa lagi jika bukan Gio.
Di ruangan miliknya Gio tengah berbincang dengan sekertaris dan juga asistennya perihal masalah pekerjaan.
"Jadi kapan kau menerima laporan kerja sama dari perusahaan AK Group?" tanya Gio pada Asistennya itu.
"Kemarin boss, saya mendapat email dari perusahaan AK Group bahwa mereka mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita" ujar asisten tersebut yang bernama Aska.
"Bukankah itu sangat bagus boss? Perusahaan AK Group adalah perusahaan raksasa, tidak mudah untuk bekerja sama dengan perusahaan itu sekalipun perusahaan kita juga perusahaan yang besar" ucap sekertaris Gio kali ini.
"Ya kau benar, tapi kenapa mereka tiba-tiba mengajukan kerja sama pada perusahaan kita boss?" tanya Aska.
Gio terdiam, ia tidak mungkin menjawab pertanyaan tersebut, tidak mungkin Gio memberitahu mereka bahwa dia menyewakan istrinya pada pemilik perusahaan AK Group, karna mereka berdua tidak tau jika dia sudah menikah.
"Aku dan pemilik perusahaan itu saling mengenal" jawab Gio dengan singkat.
"Oh... Pantas saja mereka mau bekerja sama, ini suatu keuntungan besar bagi perusahaan kita"
"Mereka juga menanyakan kapan kita bisa bertemu dan membicarakan perihal kerja sama ini boss"
Gio menghela nafas berat, sejujurnya ia belum siap bertatap muka lagi dengan lelaki itu, Gio juga sedikit malu jika mengingat Albert adalah lelaki yang menyewa istrinya.
"Kau atur saja schedule ku, jika aku punya waktu kosong maka kita bisa bertemu dengan mereka" ucap Gio pada sekertaris nya.
"Baik boss"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Em Mooney
gio... buat menyesal smp sakit tak berdarah
2024-01-05
1
Ikha Ranni
caileee...📸
2023-10-19
0
putri wijaya
kalo baca menyewakan istri ku,,, kaya aneh gitu. ada ya istri di sewa. cuma suami gila aja yang begitu
2023-08-29
0