"Jadi, bagaimana. Apa Layla bisa menjadi pembantu di rumah ini?" tanya Boni ketika Zahid akhirnya pulang.
"Yah. Lagipula, aku tidak sering pulang. Jadi, terserah kau saja" jawabnya lalu pergi ke kamar di lantai 2.
Zahid kembali mengingat beberapa kejadian tidak menyenangkan yang berhubungan dengan para pembantunya. Semua perempuan bahkan laki-laki yang pernah menjadi asisten rumahnya memiliki kecenderungan untuk melihat Zahid dengan sinar mata yang lain. Dan itu tidak ditemukannya di Layla.
Layla seperti ... seseorang yang tidak akan mudah tergoda oleh wajah tampan dan harta. Saat Boni memperlihatkan segala isi rumah serta koleksi mobil Zahid, Layla hanya mengangguk biasa dan sama sekali tidak kagum. Sial, kenapa Zahid memikirkan pembantu yang tidak jelas itu? Padahal tubuhnya sangat kurus dan tinggi. Rambutnya terlihat halus, panjang serta wajahnya cantik alami. Zahid memukul kepalanya sendiri, berusaha menyadarkan dirinya bahwa perempuan itu hanyalah pembantunya. Tidak lebih.
Besoknya, Zahid beserta tim-nya berangkat ke provinsi lain untuk pengambilan gambar. Mereka akan berada disana sekitar satu bulan untuk menyelesaikan rama yang sedang dikerjakan.
"Kita sudah siap berangkat. Fans-mu menggila diluar bandara, lebih baik kita segera berangkat" kata Boni sedikit khawatir.
Zahid melihat kumpulan Fans yang masih meneriakkan namanya. Seperti itulah seharusnya semua perempuan yang melihatnya. Mereka harus menggila dan ingin berdekatan serta berbicara dengan Zahid. Setelah melambaikan tangan ke para penggemarnya, Zahid mengikuti langkah Boni dan timnya masuk ke dalam pesawat.
Satu minggu kemudian, Zahid masih harus melakukan pengambilan gambar di tengah dinginnya pagi Dia hanya bisa tidur sekitar empat jam saat giliran aktor lain syuting. Dia merasa seperti melupakan sesuatu yang harusnya terjadi hari ini.
"Layla sudah masuk ke rumah kemarin petang. Dan pagi ini, dia menanyakan apakah semua hadiah dari penggemarmu perlu dibereskan" lapor Boni membuatnya ingat. Benar, prempuan itu resmi menjadi asistenj rumahnya hari ini.
"Apa dia cemburu karena melihat semua hadiah itu dan ingin membuangnya?' tanyanya, membuat Boni tertawa.
"Hahaha. Zahid ... dia bukan salah satu penggemarmu. Apa kamu masih belum bisa merelakannya?"
Sial ... sial.
Disaat dia belum tidur puas, Boni membuat perasaannya buruk.
"Berikan nomornya!"
"Siapa?"
"Siapa lagi?! Aku harus memeriksanya" paksa Zahid lalu merebut ponsel Boni begitu saja. Untunglah, sutradara memanggilnya dan membuatnya batal menghubungi Layla.
Di rumah Zahid, Layla memulai pekerjaannya. Kemarin sore, Layla berangkat dari rumah sewanya dengan bantua Raya. Layla perlu banyak bersyukur karena Raya mengembalikan semua uangnya dengan alasan belum membayar ke pemilik rumah. Raya juga tidak terlalu banyak bertanya ketika Layla mengatakan akan pindah untuk menjadi pembantu. Raya hanya berpesan agar dia selalu berhati-hati. Karena Layla bukanlah perempuan yang sering menghadapi dunia luar.
Karena pemilik rumah tidak akan ada di rumahnya selama satu bullan ke depan, sepertinya tugas Layla akan sangat mudah. Ternyata tidak. Karena rumah ini sangat berantakan. Dari dini hari, Layla disibukkan dengan beres-beres kamar utama, ruang kerja dan sekarang kamar tempat menyimpan hadiah dari penggemar.
'Mengidolakan seseorang ternyata tidaklah murah' pikir Layla.
Dia tidak mengerti, kenapa ada orang yang mau mengeluarkan uang untuk laki-laki narsis seperti pemilik rumahnya.
Pak Boni telah menginstruksikan untuk menempatkan semua hadiah tersebt dalam lemari kayu yang mengelilingi kamar besar ini. Layla terkejut lagi setelah megetahui bahwa semua lemari di kamar ini terisi dengan hadiah penggemar.
Setelah bekerja keras selama lebih dari tiga jam untuk membereskan semua hadiah penggemar, Layla akhirnya bisa beristirahat di sofa panjang depan televisi seukuran dinding. Layla baru sadar kalau dia belum makan apapun sejak semalam. Perlahan, dia membuka lemari es dan tidak ada apapun di dalamnya selain air putih dingin. Saat Layla menghela napas karena kesal bercampur sedih, ponselnya berbunyi.
"Apa yang kau lakukan dengan hadiah para fans-ku? Apa kau membakarnya karena cemburu?"
Layla melihat ponselnya dan tidak mengenal nomor yang menghubunginya. Tapi dia pernah mendengar suara ini. Seperti suara pemilik rumah.
"Maaf, apa ini pak Zahid?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja, memangya kau pikir siapa?" Suara di seberang telepon terkesan marah, apa Layla membuat kesalahan.
"Apa ada sesuatu yang lupa dibawa, Pak? Pak Boni tadi hanya memerintahkan saya untuk membersihkan ..." Belum selesai Layla berbicara, laki-laki itu menyelanya.
"Apa kau membakar hadiah dari penggemarku karena cemburu?"
Hah?? Sekali lagi, Layla tidak mengerti kenapa laki-laki pemilik rumahnya ini menganggap dirinya sendiri tinggi.
"Saya sudah membereskan semuanya di dalam lemari, Pak. Tidak ada yang saya bakar atau buang sama sekali" jawab Layla dengan kesal.
Tidak ada tanggapan dari raja narsis itu, membuat Layla takut kalau dia berbicara terlalu kasar.
"Pak Zahid. Ada yang harus saya tanyakan"
Hening selama beberapa detik lalu terdengar suara balasan yang lebih halus dari sebelumnya.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Tadi, pak Boni mengatakan kalau saya tidak perlu memasak. Tapi ... apa boleh saya menggunakan peralatan di rumah untuk memasak makanan saya sendiri?"
"Tentu saja. Memasaklah dan jangan lupa makan. Aku harus kembali bekerja"
"Iya, terima kasih, Pak"
Layla menutup telepon dan tersenyum. Akhirnya dia bisa makan. Dengan cepat dia mengunci semua pintu dan jendela lalu keluar rumah menuju supermarket yang dilihatnya kemarin sore dalam perjalanan.
Perjalanan singkat menuju supermarket dan kembali lagi ke rumah telah merubah perasaan Layla. Sekarang, dia setidaknya terhibur dengan melihat keadaan sekitar. Lokasi rumah raja narsis ini berada di wilayah yang sedikit eksklusif. Beberapa rumah di sekitarnya memiliki tipe yang mirip. Kata pak Boni, sebenarnya rumah ini jarang sekali dikunjungi karena pak Zahid memiliki properti lain yang lebih dikenal publik. Jadi, pasti rumah ini lebih aman dari serangan penggemar fanatik raja narsis itu.
Setelah memasak, Layla pergi ke kamarnya untuk makan. Entah kenapa, rasanya rumah ini mirip sekali dengan rumah Layla. Besar dan sepi. Layla mulai membuka laptop dan belajar manajemen bisnis sesuai permintaan ayahnya, juga ilmu ekonomi yang ingin dipelajarinya diam-diam. Tak terasa langit sudah gelap saat Layla selesai mempelajari ilmu yang diinginkannya.
Sebaiknya dia menyalakan semua lampu sesuai perintah pak Boni tadi pagi. Dan tanpa diduga, ada seseorang yang menekan bel rumah. Layla segera pergi ke dekat pintu dan melihat siapa yang datang. malam-malam begini. Seorang ibu yang berumur sekitar enam puluh tahun berdiri di depan pintu gerbang. Layla mulai merasa takut ketika dia sadar kalau sendirian di dalam rumah. Bagaimana kalau ternyata ibu itu salah satu penggemar fanatik raja narsis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
RN
5 like harian mulai hadiah plus favorite rate
feedback totok pembangkit thor
2021-06-16
0
Erniarti Herman
ceritanya menarik nii
2021-05-01
1