GEJOLAK AMARAH

Saat membuka mata ternyata sudah malam hari, mungkin karena pengaruh obat sampai aku tertidur begitu lelapnya. Kuarahkan pandanganku ke sekeliling namun tak kudapati keberadaan Satya. Karena enggan untuk menghubunginya jadi aku putuskan untuk menunggunya saja dan beberapa saat kemudian Satya pun masuk ke dalam kamar. Senyumnya mengembang menatap ke arahku.

" Sudah bangun sayang ? apa kamu menginginkan sesuatu ? " tanya Satya.

Aku hanya menggelengkan kepala.

" Terima kasih karena kamu telah siap mengandung anakku " ucap Satya kemudian.

" Tidak perlu berterima kasih mas karena bayi di dalam sini juga anak aku, dengan kehadirannya nanti aku merasa tidak sendiri lagi " jawabku.

" Sepeninggal mama dan papa, aku tak memiliki siapa-siapa dan tak punya apa-apa lagi, aku kehilangan semuanya " ucapku lagi.

" Sayang... kamu tidak pernah sendiri, ada aku dan kini ada calon bayi kita di sini, kamu jangan bicara seperti itu. Aku janji akan selalu ada untuk kalian " kata Satya seraya mengelus lembut perutku.

" Aku sangat mencintaimu Lula.. tolong maafkan sikapku akhir-akhir ini ya "

" Iya mas " jawabku sedikit ragu.

Debar-debar jantungku berderap kencang kembali karena hatiku teringat nama Amel lagi. Dan bila mengingat nama Amel, maka rasa sakit karena perlakuan Satya pun muncul kembali ke dalam fikiranku.

Entah disengaja atau pun tidak, tetap saja rasa sakit itu masih terasa membekas.

Seperti telah ragu hatiku, Satya berprilaku lembut bagaimana pun rasa takutku juga ikut hadir.

Aku menarik nafas dalam-dalam.

Satya masih setia mengelus lembut perutku yang masih rata.

Beberapa saat kemudian, Satya beralih menatapku. Seolah tau apa yang ada dalam fikiranku, dia lalu berucap.

" Tolong maafkan segala kesalahanku, aku sungguh suami yang buruk karena telah menyakitimu. Ini semua karena masa laluku, Amel adalah orang yang telah menyakitiku dulu, sebelum kembali dari luar kota, aku bertemu dengannya di sana. Aku tidak menyangka akan seperti ini dampaknya setelah bertemu dengannya. Aku sungguh membencinya, Tuhan tidak seharusnya mempertemukan aku dengannya lagi, maafkan aku sayang. Tolong terima segala masa laluku dan bantu aku untuk melupakan semuanya. Mari kita menata masa depan kita dengan baik dan indah. Aku sangat mencintaimu "

Satya lalu mendaratkan pelukannya, dengan lembut kutepuk punggungnya dan kuusap lembut kepalanya. Mendengar ucapannya kali ini mampu menepis segala keraguan di hatiku.

Aku tersenyum juga terharu.

Aku senang karena Amel bukanlah siapa-siapa dan aku sedih karena telah berburuk sangka pada Satya.

" Sudahlah mas... semua orang memiliki masa lalu, aku sudah menerimanya dan telah memaafkanmu. Semoga rumah tangga kita tetap terjaga dan dijauhkan dari masalah. Mari kita fokus pada calon anak kita, semoga kita mampu menjaga amanah yang telah Allah berikan kepada kita, aku juga sangat mencintaimu mas " ucapku.

Satya mendongakkan kepala menatapku lalu ia bangkit kemudian sebuah ciuman mendarat di kening dan turun ke bibirku.

" Terima kasih " ucapnya

" Sama-sama mas " jawabku, kemudian kami melanjutkan kembali aktivitas mesra kami.

...****************...

Tak berapa lama, saat aku dan Satya masih terus berciuman, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Satya mengakhiri aktivitasnya. Dia tersenyum sekilas menatapku kemudian berdiri dari tempatnya.

" Sepertinya di luar ada tamu, aku buka pintu dulu ya " kata Satya lalu segera keluar.

Satya membuka pintu dan ternyata mama Hasti yang datang berkunjung.

" mama " sapa Satya.

" Iya sayang... mama merindukan kalian, mama boleh nginap di sini kan ? " ucap mama Hasti.

Satya terdiam sejenak, sesuatu bergemuruh di dalam hatinya, mungkin ini saatnya untuk mengetahui sifat asli mamanya terhadap istrinya, begitu di dalam fikirannya.

" Boleh dong ma.. ayo masuk, pasti Lula akan senang sekali karena mama datang berkunjung " kata Satya kemudian, seraya menggandeng tangan mama Hasti masuk ke dalam.

" Selamat malam sayang... " sapa mama Hasti saat memasuki kamar.

" mama " teriakku sambil mencoba untuk bangun.

" Jangan bangun dulu sayang, kamu lagi sakit, maaf ma.. Lula sambil baring ya " kata Satya.

" Lula sakit ? " tanya mama Hasti.

" Iya ma, Lula kelelahan dan dehidrasi, tadi sepulang dari rumah mama dia tiba-tiba pingsan dan setelah diperiksa ternyata Lula hamil ma " jelas Satya.

" Apa ? Lula hamil ? " mama Hasti begitu terkejut.

" Iya ma.. Lula sedang mengandung anak Satya, cucu mama, kenapa mama begitu terkejut ? apa mama tidak senang mendengar kabar bahagia ini ? Satya bertanya lagi dan entah mengapa aku merasa aneh mendengar pertanyaannya.

" Apa maksud kamu sayang ? mama sangat bahagia makanya mama terkejut, selamat ya sayang akhirnya kamu sebentar lagi akan jadi seorang ibu, semoga sehat-sehat terus ya " kata mama Hasti seraya menggenggam erat tanganku.

" Terima kasih ma " jawabku dengan pandangan yang masih menatap Satya.

" Mas.. tolong ambilkan minum untuk mama " pintaku pada Satya lagi.

" Baiklah sayang... mama tunggu sebentar ya, Satya ke dapur dulu "

" Iya sayang " jawab mama Hasti.

Satya pun keluar dari kamar, kini tinggal aku bersama dengan mama Hasti. Mama Hasti menatap tajam ke arahku.

" Awas kamu ya, beraninya kamu mengandung anak dari Satya, dasar wanita ******... saya tidak akan membiarkan kamu melahirkan anak itu " ancam mama Hasti.

" Maaf aku ma.. tapi aku dan Satya sudah menikah, kami adalah suami istri " jawabku.

" Apa kamu bilang ??? suami istri ?? saya tidak sudi memiliki menantu seperti kamu "

" Tapi apa salah aku ma ?? "

" Jangan memanggil saya mama.. saya bukan mama kamu !!! kamu hanya pembantu sialan yang beraninya menggoda anak saya, saya tidak akan menyerah.. saya tidak akan membiarkan hidupmu tenang, ingatt itu !! " kata mama Hasti seraya mencengkram kuat tanganku.

Aku menangis.

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, ancaman mama Hasti membuatku tidak nyaman. Aku bukan khawatir pada diriku tapi pada bayi yang tak berdosa yang kini tumbuh di dalam rahimku.

Satya yang sedari tadi menyaksikan pemandangan antara aku dan mama Hasti di luar kamar tetap diam. Sama seperti diriku, dia juga berusaha menahan gejolak amarah di dalam dadanya yang entah kapan akan meledak. Seolah masih ingin memberikan kesempatan kepada mama Hasti, dia memilih untuk berpura-pura tidak tau bahwa betapa kejamnya sikap mama Hasti kepadaku.

Dengan cepat aku menyeka air mata yang masih menetes di ujung mataku saat Satya kembali ke kamar. Mama Hasti juga melepaskan genggaman tangannya dariku.

" Ini minumannya, silahkan diminum ma " Satya menyodorkan minuman ke mama Hasti.

" Terima kasih sayang "

" Kalian sedang ngobrol apa ? kelihatannya serius sekali ? " kemudian Satya bertanya padaku.

" Mama menceritakan saat masa-masa mengandung mas Satya dulu, makannya aku serius mendengarkan " jawabku.

" Iya sayang, biar Lula semakin kuat dan bersemangat menjalani masa kehamilannya " tambah mama Hasti.

Pandangan mata tak bisa menipu. Yang Satya lihat barusan dan yang dia lihat tadi antara aku dan mama Hasti, telah menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi. Satya telah mengetahui kalau kami sedang bersandiwara agar semua terlihat baik-baik saja.

Satya tersenyum, seraya berkata,

" Semoga kamu dan calon bayi kita selalu diberi kesehatan ya dan terima kasih ya ma karena mama sudah datang berkunjung ke rumah kami "

Aku dan mama Hasti mengangguk, lalu kami berpelukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!