DIPERLAKUKAN KASAR

Malam yang sepi telah berganti pagi, cahaya matahari mulai masuk menembus celah-celah tirai jendela. Aku belum sepenuhnya membuka mata namun tiba-tiba guyuran air menghujani wajah dan seluruh tubuhku.

" Bangun.. !!! mulai bermalas-malasan kamu ya, dasar tidak tahu malu " umpat mama Hasti

" maafkan aku nyonya, aku akan segera mandi lalu mengerjakan semua pekerjaanku " ucapku lalu segera bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Seakan-akan kesedihan menggulung di dalam hatiku, air mataku tumpah bersama dengan derasnya air yang mengalir dari shower.

" Mas Satya... aku merindukanmu " lirihku

Aku terus menangis menumpahkan segala kesedihanku.

" Sedang apa kamu, kenapa lama sekali mandinya ? " teriak mama Hasti lagi dari balik pintu kamar mandi.

Mendengar itu, aku semakin mempercepat proses mandi lalu bergegas keluar.

Kulihat mama Hasti masih menunggu di dalam kamar, aku segera berganti pakaian lalu mengikutinya keluar kamar.

" Hari ini kamu bersihkan seluruh rumah, kamu cuci semua pakaian yang ada di belakang, abis itu kamu masak, saya akan keluar sebentar dan saat saya kembali semuanya sudah harus selesai, paham ? " ucap mama Hasti.

" Paham nyonya " jawabku.

" Bagus... saya pergi dulu, ingat kamu jangan sampai mengadu pada Satya atau saya tidak segan untuk menyakitimu "

" Baik nyonya " jawabku seraya menganggukkan kepala.

Kudengar langkah kaki mama Hasti berjalan keluar rumah. Aku pun segera mengerjakan pekerjaanku satu persatu. Aku tidak ingin bermalas-malasan dan harus segera menyelesaikannya sebelum mama Hasti kembali.

Sementara di tempat lain mama Hasti ternyata pergi menemui Melisa, gadis yang sebelumnya akan dijodohkan dengan Satya.

" Maafin tante ya kerena pagi-pagi sudah datang menemui kamu, mama bosan sekali di rumah semenjak perempuan sialan itu tinggal di rumah "

" Tidak apa-apa tante, Melisa justru senang jika tante sering berkunjung kemari, siapa maksud tante perempuan sialan ? "

mama Hasti membuang nafasnya kasar.

" Perempuan sialan yang telah dinikahi Satya "

" Satya sudah menikah ?? " Melisa bertanya, wajahnya terlihat sedih.

" Iya, anak itu nikah tanpa sepengetahuan tante dan om, tapi tenang saja sayang, tante akan buat mereka berpisah "

Melisa tertegun sejenak.

" Kalau Satya sudah menikah, kenapa tante ingin mereka berpisah ? " tanya Melisa kemudian.

" Karena tante hanya ingin kamu yang jadi menantu tante bukan perempuan jalang itu "

Melisa terdiam kembali lalu duduk di hadapan mama Hasti sambil menggenggam tangan wanita paruh baya itu.

" Tante... Melisa sangat senang dengan segala niat baik tante, tapi Satya kini sudah menikah dan biarkan dia bahagia dengan pilihannya, Melisa tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain apalagi Satya adalah sahabat kecil Melisa, Melisa tidak mau persahabatan kami rusak " tutur Melisa.

" Tapi Melisa... tante tahu kamu juga mencintai Satya kan ? kenapa kamu tidak memperjuangkannya ? "

" Iya tante, Melisa juga menyukai Satya tapi cinta itu tidak bisa dipaksakan, Melisa hanya ingin Satya bahagia tante "

" Tante tidak mengira kamu akan seputus asa ini, tante kira kamu akan mendukung tante untuk memisahkan mereka dan mengejar cintamu tapi kamu malah.... "

" Sudahlah tante... Melisa tidak mau melakukan apapun dan Melisa mohon tante jangan berbuat sesuatu yang akan tante sesali nantinya, biarkan Satya bahagia "

Meski di dalam hati Melisa begitu kecewa karena cintanya tidak bisa dia dapatkan tapi dia berusaha mengikhlaskannya. Dia sangat mengenal Satya, Satya tidak mudah dalam bertindak, tidak mungkin Satya mengambil keputusan untuk menikah jika Satya tidak mencintai istrinya. Karena alasan inilah, Melisa tidak ingin merusak kebahagiaan sahabatnya.

" Sekarang tante istirahat dulu ya, Melisa akan menyiapkan makanan untuk tante " kata Melisa kemudian.

" Tidak usah nak Melisa, tante harus kembali sekarang, sampai jumpa sayang " jawab mama Hasti sambil berjalan keluar rumah.

" Baiklah tante "

...****************...

Semua pekerjaanku telah selesai, kini aku sedang duduk sejenak di kursi meja makan sambil menikmati secangkir teh. Aku tidak menyadari kehadiran mama Hasti, ternyata sepasang mata elangnya telah mengawasi ku sedari tadi. Dengan kasar mama Hasti meraih cangkir di tangan ku .

" Berani-beraninya kamu duduk manis di sini, apa kamu fikir rumah ini adalah tempatmu untuk bersantai ? " Bentak mama Hasti.

Aku tercenung.

Aku menghela nafas dalam-dalam. Kupejamkan mata dan setitik air pun menetes di ujung mataku.

" Kenapa kamu nangis ? apa kamu sudah menyesali keputusanmu menikah dengan anak saya ? "

" Maafkan aku nyonya, aku salah " ucapku lirih.

" Kamu memang salah, Satya menikahimu itu adalah sebuah kesalahan besar, saya muak melihat wajahmu, pergi kamu dari hadapan saya !!! " teriak mama Hasti seraya mendorong tubuhku kasar.

Aku tersungkur di lantai dan bukannya mengiba, mama Hasti justru semakin tidak bisa mengendalikan diri, tangan mungilku jadi sasaran pijakan kakinya. Aku berteriak kesakitan namun mama Hasti seakan tidak perduli.

" Ampun nyonya... ampun... tolong maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi, ssakitt nyonya... !! " teriakku memohon ampun.

Mama Hasti akhirnya melepaskan pijakan kakinya kemudian menarik rambutku kasar untuk berdiri.

" Kembali ke kamarmu dan jangan pernah muncul di hadapanku saat aku tidak membutuhkanmu, paham ??? " ucap mama Hasti lagi.

" Iya nyonya.. " jawabku seraya berlari menuju kamar.

Di atas kasur, aku menangis sejadi-jadinya. Ingin rasanya aku meninggalkan rumah orang tua Satya karena merasa tidak sanggup lagi diperlakukan kasar. Tapi aku tidak bisa pergi tanpa ijin dari Satya.

" Cepat pulang mas, aku mohon cepatlah kembali " ucapku lirih sambil menatap potret Satya yang ada di layar ponsel.

Tiba-tiba ponselku berdering, Satya menelpon. Aku mengusap air mataku dan coba kuatasi kesedihanku.

" Assalamu 'alaikum mas " aku menjawab telpon.

" Wa'alaikum salam, kamu lagi ngapain ? "

" Aku lagi istirahat di kamar mas, mas tidak lagi sibuk kan ? "

" Tidak kok, ini baru aja selesai meeting, pertemuanku dengan klien ada yang dibatalkan jadi aku akan pulang cepat, kemungkinan besok aku sudah kembali "

" oh iya mas " jawabku singkat.

" Kok jawabnya cuma begitu ? kamu tidak senang aku pulang cepat ? "

" Bukan begitu mas.. aku senang mas akan pulang cepat " jawabku lagi.

" Aku tidak sabar untuk sampai di rumah karena aku sangat merindukanmu sayang, apa kamu juga merindukanku ? "

Aku terdiam sedih, kurasakan ketulusan cinta dari Satya namun di sisi lain aku merasakan siksaan dari mama Hasti.

" Lula... kamu masih di sana ? halo... halo sayang.. "

" Iya mas.. aku masih di sini, maaf mas aku ada urusan sebentar, nanti kita lanjut lagi ya, Assalamu 'alaikum " ucapku dan dengan cepat mematikan telpon karena khawatir Satya akan mendengar suara tangisanku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!