TINGGAL BERSAMA MERTUA

Hingga beberapa saat lalu saat Satya berangkat ke kantor, aku menghubungi Riana untuk meleburkan kesepian karena sendiri di rumah dan tidak berselang lama yang dinanti pun telah tiba.

" Assalamu 'alaikum "

terdengar suara Riana disertai suara bel rumah. Aku segera berlari membukakan pintu.

" Wa'alaikum salam, ayo masuk ri, terima kasih ya tiap aku panggil, kamu selalu ada waktu untuk datang "

" Woi... santai aja, gue ini kan sahabat elo "

" kamu memang sahabatku yang paling baik " ucapku seraya mencubit lembut kedua pipi Riana.

" Terus gimana kabar hubungan elo sama suami es elo itu ? " tanya Riana.

" Suami es dari mana ? Satya itu romantis sekali ri, tidak seperti yang kamu kira dan hubungan kami baik-baik saja, kami sudah saling mencintai dan menerima satu sama lain "

" Cie... yang lagi jatuh cinta pasti semua dirasa manis, gue ngalah aja deh "

" memang benar ri, aku tidak bohong kalo Satya itu romantis banget "

Riana terdiam.

Riana melongo keheranan.

" Hati-hati tuch mulut nanti kemasukan lalat, ya udah kalo tidak percaya, yuk kita nonton film aja " ajakku pada Riana yang berdiri mematung.

" Ok... Ok... " ucap Riana seraya mengikuti langkah kakiku menuju ruang kerja Satya.

Sejam berlalu, tiba-tiba dadaku berdebar kencang. Aku teringat kembali dengan ucapan Satya yang akan membawaku untuk bertemu dengan keluarganya. Kurasakan dadaku disesaki dengan perasaan takut.

" Kenapa dengan muka elo la ? " Riana bertanya.

" Emang kenapa dengan wajahku " Aku balik bertanya.

" Wajah elo tiba-tiba pucat, elo sakit ? "

" Aku baik-baik aja ri, aku cuma merasa sangat takut "

" Takut kenapa ? "

" Jadi tadi pagi itu, Satya bilang kalo dia akan segera mengajakku ke rumah orang tuanya, aku takut ri... orang tuanya tidak menyukaiku "

" Ya ampun.... gue kira apaan, elo tidak usah takut, elo bukan orang jahat dan ada Satya yang selalu bersama elo, gue yakin orang tua Satya pasti akan terima elo "

" Elo tiap hari sholat nggak ? "

Tiba-tiba pertanyaan Riana seperti sebuah cambuk yang menghantam seluruh tubuhku. Aku menggeleng. Aku sadar selama ini, aku jarang sekali mengingat Allah.

" Aku masih sering lalai ri " ucapku dengan suara bergetar.

Riana menghela nafasnya.

" Mulai sekarang, elo jangan tinggalin sholat lima waktu lagi ya. Mohon petunjuk kepada Allah semoga semua urusan elo dimudahkan dan keluarga elo diberi kebahagiaan "

" Astagfirullah... terima kasih telah mengingatkanku ri.. " ucapku sambil memeluk Riana dengan mata berkaca-kaca.

Adakah rasa gelisah dan ketakutan ini dikarenakan selama ini aku melupakan_MU ya Allah ? kenapa disaat kecemasan melandaku, aku tidak segera menghadap_MU ?

Ampunilah aku...

Aku memohon jangan biarkan rasa takut ini mengguncang jiwaku. Nasib buruk telah menimpa keluargaku sebelumnya, tolong jangan biarkan nasib yang tidak baik kembali menyapaku.

Aku mohon ampunan_MU ya Allah.. berikan kebahagiaan untuk keluarga kami, semoga orang tua Satya bisa menerimaku sebagai menantu mereka. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ketidakberdayaanku jika tiba-tiba suatu keburukan akan terjadi, membayangkannya saja aku tidak sanggup.

...****************...

Tidak terasa seminggu telah berlalu dan esok saatnya Satya akan berangkat ke luar kota. Kini hatiku lebih tenang setelah beberapa hari ini dilanda kegelisahan. Betul kata Riana bahwa aku harus lebih mendekatkan diri kepada Allah dan ternyata dengan sholat kita akan merasa bahagia.

Kuusap wajahku dan kulipat kembali sajadahku lalu kulepaskan mukenah dan menaruhnya ke tempat semula kemudian aku beranjak ke pembaringan dan merebahkan diri di atas kasur.

" Kamu dari mana sayang ? " tanya Satya

" Aku habis sholat tahajjud mas, kenapa mas bangun lagi ? "

" Aku mencarimu, ayo kita tidur lagi, besok pagi aku akan ke luar kota jadi malam ini aku harus puas memelukmu " ucap Satya seraya memeluk tubuhku dengan erat.

Aku merasa lega dengan senyuman yang tersungging di bibirku. Rasanya nyaman sekali berada dalam pelukan Satya. Hingga subuh menyapa aku masih betah dalam hangatnya dekapannya. Ingin rasanya tetap berlama-lama di sana namun pagi ini aku harus bangun lebih awal untuk menyiapkan segala keperluannya.

Aku bangkit dari pembaringan menuju kamar mandi, aku mandi dan sekalian mengambil air wudhu lalu kemudian melaksanakan sholat subuh. Tidak lupa pagi ini aku siapkan sarapan untuk kami berdua.

" Selamat pagi sayang " suara dan pelukan Satya mengejutkanku.

" Selamat pagi mas " jawabku.

Aku berbalik seraya meletakkan sarapan di atas meja.

" Yuk kita sarapan dulu mas "

" Terima kasih sayang "

" Sama-sama mas "

...****************...

Usai sarapan kami menuju ke rumah orang tua Satya. Dalam perjalanan Satya terus menggenggam erat jemariku seolah ikut merasakan kegelisahan di dalam hatiku dan berusaha menenangkan perasaanku. Hingga beberapa saat kemudian kami pun telah tiba.

" Assalamu 'alaikum, ma... pa... Satya baru bisa pulang, ini kenalin istrinya Satya namanya Lula Anggita , Satya minta maaf karena tidak sempat memberitahu mama dan papa saat kami menikah " Kata Satya.

" Apa ?? kamu sudah menikah dan tidak memberitahu mama ?? " pekik mama Hasti, mamanya Satya.

Aku hanya terdiam.

" Satya minta maaf ma, situasinya sangat mendadak, tolong mama jangan marah " ucap Satya lagi.

" Mendadak kamu bilang, apa kamu tidak bisa menghargai kami sebagai orang tuamu ?? kami telah bersusah payah melakukan yang terbaik untuk masa depanmu dan ini balasan kamu ?? " mama Hasti semakin marah.

" Satya minta maaf ma, tolong jangan marah lagi, ada menantu mama di sini " Satya terus membujuk mamanya.

" Iya ma.. tidak ada gunanya mama marah, sekarang sudah ada menantu kita di sini, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik buat mereka berdua, mari sini nak... kenalin saya papa Wijaya, papanya Satya dan papa kamu juga, nama kamu siapa ? " Sahut papa Wijaya seraya meraih kedua tanganku dan membawaku duduk di kursi sebelahnya.

" Namaku Lula om " jawabku sambil mencium punggung tangan papa Wijaya.

" Eh.. jangan panggil om tapi papa, saya adalah papa kamu juga dan ini adalah mama Hasti, mamanya Satya, mama kamu juga " kata papa Wijaya lagi sambil menunjuk ke arah mama Hasti.

Dengan cepat aku jabat tangan mama Hasti lalu menciumnya dan mama Hasti membalas dengan pelukan. Kami pun berbincang seolah semua baik-baik saja namun ternyata siapa yang mengira kalau mama Hasti memendam kekecewaan terhadap Satya dan kebencian yang mendalam terhadapku. Dia berpura-pura baik di hadapan papa Wijaya dan Satya karena tidak mau menyakiti hati putra semata wayangnya.

" Ma.. Pa.. kalo gitu Satya pamit dulu ya, Satya titip Lula selama sepekan, nanti Satya akan jemput lagi setelah kembali dari luar kota " ucap Satya.

" Tentu sayang dengan senang hati, kamu hati-hati ya " jawab mama Hasti.

" Terima kasih ma "

Mama Hasti mengangguk sambil tetap tersenyum.

Kini Satya menatapku seakan dia tahu kalau aku sedang berusaha menutupi kegelisahanku.

" Aku berangkat dulu ya sayang, kamu tidak usah khawatir karena mama akan menjagamu di sini, kamu jaga diri baik-baik ya, kalau ada waktu luang pasti aku akan telpon "

" Iya mas, hati-hati di jalan "

" Iya sayang " jawab Satya kemudian berlalu pergi.

Aku kembali terdiam karena bingung hendak melakukan apa, sementara mama Hasti menatap tajam ke arahku. Raut wajahnya menyiratkan kemarahan besar yang siap ditumpahkan kepadaku. Entah bagaimana aku menjalani waktu sepekan tinggal bersama mertua ?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!