Para pembaca sekalian,
sebelum lanjut membaca, jangan lupa like, komentar dan vote ya, agar author bisa tetap semangat untuk berkarya.
terima kasih 🙏🙏
..
..
Kita lanjut lagi ya ceritanya 😊
👇
👇
Dua minggu adalah waktu yang cukup lama untuk menahan rindu. Getar-getar asmara terus memenuhi relung hatiku. Aku jatuh cinta pada suamiku. Aku merasa gelisah, gelisah ingin bertemu dengannya. Aku harus berusaha tetap tenang dan tidak boleh gugup saat Satya tiba di rumah.
Aku terperangah mendengar suara bel rumah berbunyi. Sejenak, aku menghela nafas lalu melepaskannya pelan, kemudian aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Kulihat Satya tersenyum ke arahku dan aku pun membalas senyumannya.
" Mas sudah pulang, sini aku bantu bawa tasnya "
Aku meraih tas milik Satya lalu membawanya masuk ke dalam kamar, Satya mengikutiku dari belakang.
" Lula " terdengar Satya memanggilku.
" Ya mas.. mas mau makan dulu atau mau.. " belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Satya tiba-tiba menarik tanganku dan membawaku ke dalam pelukannya.
" Aku tidak butuh apa-apa, aku hanya ingin memelukmu " kata Satya.
Aku menelan ludah.
Jantungku berdegup kencang.
Namun aku tersentak karena sesaat kurasakan hawa panas dari tubuh Satya.
" Kamu sakit mas ?? badanmu panas sekali, ganti pakaianmu dulu mas " kataku seraya berusaha melepaskan pelukan dari Satya.
" Aku tidak sakit sayang, aku hanya merindukanmu " Satya semakin mempererat pelukannya.
" Tolong jangan begini mas, kamu harus ganti baju terus makan dan minum obat "
" Aku tidak mau... aku menginginkanmu Lula, kali ini tolong jangan menolaknya lagi "
" Tapi mas, kamu sedang sakit, kita bisa melakukannya nanti "
" Tidak sayang... aku sakit karena terlalu lama menahan hasrat dalam diriku, setelah dilepaskan, aku akan sembuh kembali "
" Tapi mas... "
" Sayang... aku mohon... kali ini mari kita lakukan " Satya semakin memohon dan kali ini aku betul-betul merasa kasihan padanya.
Dengan berat hati, aku pun menuruti kemauannya.
" Baiklah mas " ucapku.
Tidak menunggu lama, Satya langsung menyerangku dengan ciuman. Aku memejamkan mata merasakan bibir Satya yang terasa panas sekali. Dia terus menciumi bibirku dan sesekali menggigitnya agar aku membuka mulut dan dia bebas memainkan lidahnya di dalam sana.
Usai berciuman, kini Satya membawaku ke kasur dan kali ini bukit kembarku yang jadi sasarannya. Entah sejak kapan dia membuka pakaianku, yang jelasnya saat ini aku sudah benar-benar polos tanpa sehelai benang pun. Satya melakukannya dengan begitu lembut agar traumaku tidak muncul lagi dan benar saja, aku begitu menikmatinya.
Kurasakan sensasi yang begitu berbeda saat bibir Satya menyentuh ****** susuku. Dia menghisapnya satu persatu, hawa panas seakan menjalar ke seluruh tubuhku. Rasanya sungguh nikmat.
" Ahh... mas... " aku mendesah.
" Nikmatilah sayang "
Satya terus memainkan tiap inci tubuhku tanpa cela.
" Sudah siap ? " tanya Satya kemudian dan aku hanya bisa mengangguk.
Dengan pelan, Satya mulai melesatkan senjata miliknya ke lembah milikku dan lagi-lagi kurasakan sensasi yang berbeda. Ada hawa panas yang membuat organ intimku bergetar dan mengcengkram kuat senjata milik Satya.
" Aahhh... Ini nikmat sekali sayang, sempit sekali milikmu " desahan dari bibir Satya pun ikut keluar.
Satya semakin melajukan gerakan pinggulnya.
" Aah... mas.... Aahh " kini aku yang terus mendesah karena merasakan nikmat yang luar biasa.
Hingga beberapa saat kemudian tubuh kami menggelinjang, kami sama-sama mencapai klimaks. Kurasakan cairan panas menyembur dan masuk ke dalam rahimku dan kini Satya terkulai dengan tubuh yang dibasahi keringat.
" Kamu tidak apa-apa mas ? " tanyaku seraya menempelkan punggung tanganku di kening Satya.
Satya tersenyum.
" Aku baik-baik saja, terima kasih sayang " Satya kemudian memelukku, kurasakan suhu badannya sudah tidak panas lagi.
" Apa benar dia sakit karena terlalu lama menahan hasratnya padaku ? " tanyaku dalam hati.
" Terima kasih sayang, ayo kita mandi lalu kita makan, tiba-tiba aku merasa lapar sekarang " ucap Satya kemudian dengan cepat dia membawaku masuk ke dalam kamar mandi.
" Turunkan aku mas.. aku bisa jalan sendiri, jangan seperti ini " teriakku namun Satya tidak memperdulikannya.
Dengan hati-hati, Satya menurunkanku ke dalam bathtub. Aku menutup mata karena merasa malu.
" Tidak usah malu sayang, kita ini suami istri, aku telah melihat semuanya dan kamu juga sudah melihat semuanya kan ? "
Aku semakin tersipu malu.
" Ayo kita mandi " ucap Satya lagi.
Aku pun segera melakukan ritual mandi, begitu juga dengan Satya dan 30 menit kemudian kami telah selesai.
...----------------...
Kini kami telah berada di meja makan.
" Silahkan makan mas " ucapku seraya menaruh makanan ke dalam piring Satya.
" Iya sayang "
" ini kamu yang masak semua ? " tanya Satya usai mencicipi semua masakanku.
" Iya mas, apa rasanya tidak enak mas ? " aku bertanya balik.
" Ini tuch rasanya luar biasa sayang, kamu pandai sekali memasak "
" ehm... Enak sekali " ucapnya lagi sambil terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Aku tersenyum.
" Pelan-pelan mas makannya " kataku, saat melihat Satya makan begitu bersemangat.
" Sampai belepotan begini " Kataku lagi, kemudian aku menyeka sisa makanan di sudut bibir Satya.
" Terima kasih sayang, kamu kok tidak makan ? "
" Ini aku lagi mau makan mas " ucapku, lalu ikut makan dan aku pun ikut kagum dengan rasa makanan yang aku masak, rasanya enak sekali.
Usai makan, Satya berdiri lalu mendekat ke arahku. Dia membantuku membersihkan meja makan dan mencuci piring. Aku merasa bahagia sekali. Kehangatan ini sudah lama aku merindukannya. Dulu, aku jarang sekali punya waktu bersama orang tuaku karena mereka sibuk bekerja dan aku juga sibuk dengan urusanku sendiri. Kali ini, aku akan mempergunakan waktu bersama Satya dengan sebaik-baiknya.
" Sayang.. kamu ikut ke ruang kerjaku sebentar ya, ada yang ingin aku bicarakan padamu " kata Satya, sesaat setelah kami selesai mencuci piring.
" Baik mas, nanti saya nyusul "
" Iya sayang " Satya menuju ruang kerjanya.
Sementara aku membuatkan secangkir kopi dan mengambil camilan kemudian mengantarkannya kepada Satya.
" Ini kopinya mas " ucapku sambil meletakkan kopi di atas meja.
" Duduklah di sini " Satya menepuk kedua pahanya dan aku pun duduk di sana.
" Apa harus seperti ini mas ? " tanyaku.
" Sebentar saja sayang, aroma tubuh ini begitu memabukkan, aku ingin menciumnya sebentar " jawab Satya seraya mencium dan meresapi rambut serta leherku.
" Sudah ya, katanya mau bicara sesuatu padaku, ada apa mas ? " tanyaku kemudian.
Satya melepaskan pelukannya dan aku pun berdiri lalu duduk di kursi depan meja kerjanya.
" Lula.. apa kamu pernah punya kekasih sebelumnya ? " Tanya Satya padaku.
Aku menggelengkan kepala.
" Tidak pernah mas " jawabku kemudian.
" Kalo begitu, apa kamu mengenal Aditya Permana ? "
Aku mengerutkan dahi.
" Aditya Permana ? aku baru mendengar namanya mas, siapa dia ? "
Satya menatapku dan memperhatikanku, lalu aku pun membalas tatapannya sambil menunggu jawaban darinya.
" Kalo begitu, coba lihat foto ini, apa kamu tahu siapa dia ? " Satya lalu meraih laptop dan menunjukkan sebuah foto padaku.
Aku terus mengingat, barangkali aku pernah bertemu dengannya tapi sama sekali aku tidak mengenalnya dan lagi-lagi aku menggelengkan kepala.
" Aku tidak tahu siapa dia mas ? ada dia Aditya Permana yang mas bilang tadi ? " aku bertanya kembali.
" Ya sudah, kalo gitu ayo kita kembali ke kamar sayang "
" Tapi mas.... "
" Kamu tidak perlu menanyakan tentang Aditya lagi sayang "
" Bukan itu mas... tadi aku mau bilang kopinya belum diminum "
" Oh Iya.. aku sampai lupa " Satya lalu menyeruput kopinya.
Kulihat wajah Satya menyiratkan sesuatu. Saat hendak bertanya, sepertinya Satya tidak ingin aku mengetahuinya dan itu membuatku semakin penasaran.
" Siapa sebenarnya Aditya Permana itu ? Apa Satya sedang menyembunyikan sesuatu dariku ? " batinku, aku terus saja bertanya-tanya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments