Selepas acara, semua orang telah pamit kembali ke rumah masing-masing. Kini tinggal aku dan Satya yang masih terdiam dan bingung hendak melakukan apa. Satya menatap lekat ke arahku dan ini adalah pemandangan yang tidak biasa terjadi. Aku merasa malu juga takut akan terjadi sesuatu, dengan langkah cepat aku berjalan menuju kamarku.
Di dalam kamar aku berfikir keras. Bagaimana memulai hubungan ini ? apa yang harus aku lakukan ?. Aku merasa bingung, dan dalam kebingunganku tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkanku.
tok...tok...tok..
" Lula.. " terdengar suara Satya memanggilku.
" Ya tuan " jawabku seraya membuka pintu.
Satya menatapku lagi.
" Sedang apa kamu di sini ? mulai malam ini kita akan tidur sekamar, bersihkan dirimu dan segeralah menemuiku, aku menunggumu di kamarku " ucap Satya.
" Tapi tuan... saya akan tidur di sini saja "
" Lula.. jangan membantahku, kita telah menikah, kamu adalah istriku sekarang, apa sepasang suami istri tidur berpisah ? berdosa kamu jika terus membantah suami, paham ?? " kata Satya lagi.
" Baiklah tuan, aku akan ke sana setelah membersihkan diri " jawabku
Bukannya pergi, Satya malah mendekatiku. Kedua tangannya memegang kedua bahuku, lalu wajahnya didekatkan ke arah wajahku hingga tak berjarak. Aroma nafasnya menyeruak masuk ke dalam rongga hidungku. Dia pun berbisik pelan.
" Lula.. berhenti memanggilku dengan sebutan tuan, aku bukan majikanmu lagi, panggil suamimu dengan sebutan yang pantas seperti mas.. sayangku.. atau suamiku, jika tidak aku akan memberimu hukuman "
Satya pun berlalu pergi sedangkan aku semakin bingung dan takut dibuatnya. Kalimat yang diucapkannya masuk ke dalam relung-relung hatiku, menggetarkan jiwaku dan mengguncang perasaanku.
Aku pun segera berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku mandi di sana. Kemudian aku kenakan salah satu baju tidur yang ada dalam lemari. Kini, aku telah siap melangkahkan kaki menuju kamar Satya. Dengan tangan sedikit bergetar, aku ketuk pintu kamarnya.
" Masuk " terdengar suara Satya dari dalam kamar.
Aku membuka pintu, kulihat Satya tersenyum ke arahku. Dia melambaikan tangan dan memintaku untuk ikut berbaring di kasurnya.
Aku menghentikan langkah, bayangan saat Satya merenggut kehormatanku muncul seketika. Dadaku tiba-tiba terasa sesak dan aku tak kuasa menahan tangis. Melihatku menangis Satya bergegas memelukku.
" Tenanglah, jangan menangis. Lupakan kejadian buruk yang pernah terjadi sebelumnya. Tolong maafkan aku dan beri aku kesempatan. Mari kita memulai hidup baru bersama, ijinkan aku mencintaimu istriku " Satya semakin erat memelukku, kemudian satu kecupan mendarat di keningku.
" Ayo kita tidur, kamu pasti sangat lelah " ucap Satya lagi seraya menuntun langkahku menuju tempat tidur.
Waktu terus berjalan, Selimut malam semakin erat memeluk langit. Aku belum bisa memejamkan mata, entah mengapa kegelisahan masih saja menghantuiku. Berkali-kali aku merubah posisi tidurku tapi tetap saja aku merasa tidak nyaman.
" Tidurlah, jangan bergerak lagi karena itu sangat menggangu, aku juga mau tidur " Ucap Satya seraya memeluk tubuhku dari belakang.
Spontan saja aku tidak bisa bergerak lagi. Tubuhku sudah terkunci. Aku berusaha mengatur nafas dan debaran jantungku agar tidak memburu. Semoga saja Satya tidak mendengar dan merasakannya. Sementara Satya dengan sengaja semakin memperat pelukannya dan terus menciumi pucuk kepalaku.
"Rambutmu wangi sekali, ini begitu menenangkan, aku menyukainya, tidurlah.. selamat malam istriku " ucapnya dengan senyuman licik penuh kemenangan.
...----------------...
Hingga malam telah berganti pagi. Aku membuka mata, kulihat tangan Satya masih setia melingkar di pinggangku. Perlahan aku melepaskannya kemudian bergegas bangun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Sarapan telah siap, namun Satya belum juga keluar dari kamarnya. Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku dan bersiap untuk ke kampus. Beberapa saat kemudian aku telah siap, saat keluar kamar kulihat Satya telah duduk di meja makan.
" Kamu lama sekali, aku menunggumu, ayo kita sarapan " Kata Satya.
" Baiklah " jawabku lalu ikut duduk di kursi yang ada di depan Satya.
Kami mulai sarapan, namun entah mengapa pagi ini aku tidak berselera untuk sarapan. Melihat tingkahku yang hanya mengaduk makanan di piring, Satya lalu bangkit dari duduknya, mendadak dia mencium bibirku lalu menggigitnya hingga aku membuka mulut dan dengan cepat ia memasukkan makanan yang ada di dalam mulutnya ke dalam mulutku.
" Uhuk..Uhuk.." Aku tersedak, dengan cepat Satya meraih segelas air putih, diteguknya kemudian diminumkannya lagi kepadaku melalui mulutnya. Seketika aku menelan makanan serta air yang telah masuk ke dalam mulutku. Aku membulatkan mata, begitu terkejutnya aku akan sikap Satya.
" Jika kamu tidak mendengarkan perintah, aku akan memberikan hukuman seperti ini " ucap Satya.
" Tapi apa salah saya tuan ? " tanyaku.
" Aku tadi memintamu untuk sarapan tapi kamu tidak sarapan "
" Aku tidak berselera tuan, aku belum lapar nanti aku akan makan di kampus "
Satya lalu mencium kembali bibirku, ********** dan terus menghisapnya. Aku berusaha melepaskan diri.
" Hentikan, kenapa terus menciumiku tanpa ijin ? " teriakku.
" Itu hukuman karena kamu terus saja memanggilku dengan sebutan tuan "
" Ah.. " Aku menghembuskan nafas kasar.
Kulihat Satya hanya tersenyum tanpa merasa bersalah sedikit pun. Dia kembali melanjutkan sarapannya dengan tenang.
" Aku sudah selesai, aku akan menunggu di mobil, cepatlah " ucapnya sesaat kemudian dan berlalu pergi.
" Menyebalkan sekali dia " gerutuku.
Aku pun membereskan meja makan, belum selesai aku membilas piring bekas sarapan Satya, terdengar suara klakson mobil berturut-turut dari luar.
tit...tit...tit...tit....
Aku segera berlari keluar.
" Lula... buruan " teriak Satya lagi.
" Iya.. iya " jawabku lalu segera masuk ke mobil.
" Apa begini sifat aslinya ?? menjengkelkan sekali " batinku, aku kembali diam.
Satya menoleh ke arahku sambil tersenyum.
" Kamu cantik kalo lagi cemberut begini " ucapnya.
Aku tetap diam, hingga beberapa saat kemudian kami telah sampai di halaman kampus.
" Tunggu sebentar " Satya menarik tanganku saat aku hendak turun dari mobil.
" Nanti aku jemput ya, kita akan makan siang bersama, kuliah yang benar ya istriku " ucapnya lagi sambil mengelus pucuk kepalaku kemudian satu cium mendarat di bibirku.
" Ih... berhenti mencuri ciuman dariku " ucapku dengan kesal sambil mendorong dengan kuat badan Satya agar menjauh dariku.
" Aduh.... sakit sayang " Satya semakin menggodaku, aku pun turun dari mobil kemudian menutup pintu mobil dengan kuat.
Satya hanya tersenyum, ia lalu melajukan mobilnya meninggalkanku dengan terlebih dulu membunyikan klakson mobilnya. Aku berjalan masuk menyusuri koridor kampus. Bayangan bahwa Satya betul-betul telah menjadi pendamping hidupku terus menari-nari dalam fikiranku. Wajahnya selalu muncul di pelupuk mataku. Seperti apa dia sebenarnya ? kenapa dia selalu melakukan hal-hal yang mengejutkan ?
" Ah.. Sial... kenapa aku terus memikirkannya ? " gumamku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments