Adakah orang yang mengerti perasaanku saat ini ?. Hatiku begitu gelisah, aku bahkan tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hati yang menderaku. Kaki dan tanganku gemetar dan wajahku terlihat sangat pucat.
" Nona terlihat sangat gugup, kegelisahan nona itu wajar terjadi, setiap gadis yang akan melepas masa lajangnya pasti akan merasakan hal ini. Kita selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya dan bagaimana menghadapinya ? Nona tenang saja ya... tidak perlu memikirkan hal itu. Semua kekhawatiran nona akan hilang saat nona telah resmi menjadi istri dari orang yang nona cintai dan juga mencintai nona. Nona tidak akan sendiri, ada yang akan menemani melewati masa senang dan juga masa sedih, nona pasti akan bahagia. Ayo kita mulai nona.. saya akan merias wajah nona secantik mungkin dan nona akan menjadi pengantin wanita yang tercantik " ucapan perias MUA spontan membuatku sedih.
Andaikan dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Andai dia tahu, hatiku kini merintih pilu. Bahagia ??? Apa aku akan bahagia ?? Apa benar masih ada kebahagiaan yang tersisa untukku ??. Semua tidak seindah yang dibayangkan, aku bahkan akan menikah dengan orang yang tidak mencintaiku dan aku pun tidak mencintainya. Tidak ada cinta di dalam hatiku untuk Satya. Aku gelisah karena aku akan menikah dengan orang asing yang bahkan telah lebih dulu merenggut kehormatanku.
Ah.. sudahlah, apa pun itu, aku hanya bisa pasrah menjalaninya. Kini kulihat perias MUA itu tersenyum ke arahku.
" Bisa kita mulai nona ? " Dia bertanya padaku.
Aku hanya menganggukkan kepala pertanda setuju. Aku mulai memejamkan mata, sentuhan demi sentuhan terasa di wajahku. Hingga sejam lamanya dalam posisi yang bagiku tidak nyaman dan itu membuat tubuhku terasa kaku. Setelah kurasakan tidak ada lagi pergerakan di sekitar wajahku, aku pun mulai membuka mata. Kulihat bibi Maya, Delia juga Riana telah berada di dalam kamar.
" Bibi... Delia... Riana, sejak kapan kalian ada di sini ? " tanyaku, seraya menatap mereka satu persatu dengan penuh rasa bahagia.
" Sejak nak Lula mulai didandani dan lihatlah nak Lula begitu cantik sekali " Kata bibi Maya disertai senyuman yang merekah.
" Iya kak Lula cantik sekali " sahut Delia.
" Sumpah... elo cantik banget la, seperti bidadari yang turun dari kahyangan " tambah Riana.
" Maafin Lula karena tidak bilang kalian kalo Lula akan menikah, ini begitu mendadak " ucapku dengan suara yang terdengar serak, air mata pun lolos jatuh dari sudut mataku.
" Jangan nangis sayang nanti make up nya luntur, kami sudah ada di sini jadi jangan bersedih lagi ya, ini hari bahagia nak Lula, jadi tersenyumlah "
" Terima kasih bibi.. terima kasih Delia dan Riana, aku sayang sama kalian " aku lalu memeluk mereka.
" Sama-sama sayang, ayo kita keluar, yang lain sudah menunggu " ajak bibi Maya.
Aku hanya mengangguk.
...****************...
Kuhembuskan nafas kuat-kuat, seiring langkah kakiku keluar dari kamar. Ketika kami hampir sampai di meja akad nikah, tubuhku terasa bergetar. Aku berhenti tepat di sebelah Satya yang sudah duduk di sana. Kulihat di sekeliling ternyata telah duduk orang-orang yang aku tidak tahu siapa saja mereka ? yang aku kenal hanya Angga juga Paman Syam. Semua menatap ke arahku seakan begitu takjub melihatku. Aku hanya menundukkan kepala.
" Bagaimana tuan Satya, apa bisa kita mulai acara akad nikahnya ? " Seseorang bertanya dan dia adalah penghulu yang akan menikahkan kami.
" Iya pak, mari kita mulai " jawab Satya.
Kulihat pak penghulu mengulurkan tangan dan dijabat oleh Satya dan dengan suara lantang ijab qobul pun dilafalkan.
" Saudara Satya Wijaya binti Wijaya, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan seorang gadis yang bernama Lula Anggita binti Surya dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat serta 1 stel perhiasan emas dibayar tunai "
"Saya terima nikah dan kawinnya Lula Anggita binti Surya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai "
Kudengar semua orang mengucapkan kata Sah, aku sudah resmi menjadi istri dari Satya Wijaya. Satya menatap ke arahku, diraihnya jemari tanganku dan disematkannya cincin di sana dan selanjutnya aku pun melakukan hal yang sama dan terakhir kami saling berjabat tangan. Aku menundukkan kepala lalu mencium punggung tangan Satya dan Satya pun mengecup keningku layaknya sepasang suami istri yang lain yang baru saja melangsungkan akad nikah.
Satya tersenyum ke arahku.
Aku menarik nafas dalam-dalam. Kulihat Satya memperhatikanku dengan begitu seksama dan sepertinya dia tahu kalau aku sedang menggelisahkan sesuatu hal. Aku menebarkan pandangan ke sekeliling mencari orang tua atau keluarga Satya dan sepertinya Satya tahu apa yang ada di dalam fikiranku.
Satya menoleh ke arahku dan berkata,
"Maafkan aku karena keluargaku tidak ada yang hadir, aku belum memberitahukan orang tuaku mengenai pernikahan kita. Aku masih menunggu waktu yang tepat tapi aku janji akan membawamu untuk bertemu mereka jika waktunya sudah tiba "
Aku hanya diam.
Semakin dalam gelisah yang kurasakan, semakin dalam pula Satya menatapku. Seolah dia mengerti tentang perasaanku saat ini.
"Tenanglah.. kamu memiliki aku sebagai suamimu sekarang, kamu tidak sendiri lagi, aku akan selalu berada di sisimu dan aku janji akan segera memperkenalkan dirimu dengan keluargaku "
Satya menggenggam tanganku, ucapannya sedikit membuat hatiku tenang. Tapi tetap saja aku merasa sedih, aku tak kuasa menahan air mataku. Aku merindukan orang tuaku. Paman Syam yang melihatku menangis, mendekat ke arahku.
"Nak Lula.. tolong jangan menangis, berbahagialah bersama tuan Satya, sekarang nak Lula tidak sendiri lagi "
"Paman... aku sangat merindukan mama dan papa ? apa aku akan bahagia paman ? apa masih ada kebahagiaan yang tersisa untukku ? hiks..hiks..hiks.. " tangisanku seketika pecah.
"Pasti nak Lula akan bahagia, percayalah.. Allah akan memberikan kebahagiaan untuk nak Lula " ucap paman Syam seraya mengelus punggungku.
"Tolong jaga nak Lula dengan baik, dia sudah seperti putriku sendiri. Jika suatu hari tuan Satya tidak mampu menjaganya lagi, tolong katakan pada saya, saya akan menjemputnya untuk pulang ke rumah " ucap paman Syam lagi kepada Satya.
"Baik paman, paman jangan panggil aku dengan sebutan tuan lagi. Aku kini sama seperti Lula, anak bagi paman"
"Tapi tuan.."
"Sudahlah paman, tidak ada tapi tapi lagi, panggil dengan Satya saja. Dan paman harus percaya padaku, ini memang mendadak bahkan kami belum terlalu mengenal satu sama lain tapi aku yakin yang terjadi hari ini adalah kehendak Tuhan, Lula adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku dan aku akan selalu menjaganya"
"Baiklah nak Satya, semoga kalian bahagia selalu"
"Tentu paman, kami pasti akan bahagia". Kata Satya.
Aku tercenung, semakin keras otakku berfikir, orang seperti apa sebenarnya Satya ini ? kenapa hari ini dia begitu berbeda dengan sebelumnya ? apa dia berpura-pura bersikap seperti ini di hadapan semua orang ?. Dalam diamku, tiba-tiba bibi Maya, Delia juga Riana mengejutkanku.
"Nak Lula, kenapa melamun ?? "
Aku tersenyum.
"Tidak apa-apa bibi "
Lalu, Riana berdehem-dehem sebentar kemudian menggodaku.
"Pasti elo sedang mikirin apa yang akan terjadi setelah ini, so sweettt... semangat la, sebentar malam akan menjadi malam pertama yang panjang buat elo "
Aku hanya menunduk dan semakin menunduk.
Melihatku terdiam, Satya pun segera berkata, "Semuanya ! sepertinya Lula sudah terlihat lelah, mari kita berfoto dulu sebelum dia kembali ke kamar untuk istirahat "
"Iya, nak Satya benar " Paman Syam mengiyakan.
Lagi-lagi Satya seakan mengerti perasaanku saat ini. Dia berusaha mencegah Riana agar tidak menggodaku lagi. Karena sebenarnya tidak akan ada malam pertama yang terjadi setelah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments