Sekitar sebulan yang lalu, Satya Wijaya pindah dari rumah utama dan memilih untuk tinggal sendiri. Dia kesal karena mamanya selalu memintanya untuk membawa calon istri ke rumahnya. Jangankan calon istri, Satya bahkan belum memiliki kekasih. Dulu dia pernah mencintai seorang gadis namun gadis yang dicintainya telah menikah dengan pria lain. Sejak saat itulah dia fokus bekerja dan memilih untuk tidak dekat dengan seorang gadis, dia lebih senang menghabiskan waktu dengan wanita-wanita di tempat hiburan malam.
Hari itu Satya pulang lebih awal, aku menyambutnya.
" Selamat malam tuan, tuan sudah pulang ? ". Sapaku saat Satya memasuki rumah.
" Siapkan makanan untukku, aku mau mandi dulu ". Jawab Satya kemudian berlalu ke kamarnya.
Aku pun masuk menuju dapur dan menyiapkan makanan untuk Satya. Aku memang anak tunggal tapi aku bukan seorang gadis yang manja, dulu waktu mama masih hidup kami sering melewati waktu bersama untuk memasak dan beliau juga telah mengajariku banyak hal. Ternyata kenangan itu menjadi pengalaman berharga bagiku saat mama telah pergi, aku harus menjadi gadis yang mandiri. Mengingatnya kembali membuat hatiku teriris pedih. Aku tak kuasa menahan bulir-bulir air bening yang menetes membasahi kedua pipiku.
Ketika sedang menata makanan yang telah aku masak di atas meja, Satya datang mendekatiku. Keadaan rumah begitu sepi karena kami hanya tinggal berdua. Satya menarik kursi yang ada di dekatku lalu duduk di sana. Aku menjauhkan diri dan memilih berdiri di samping meja makan sambil menunggu perintah jika Satya membutuhkan sesuatu.
" Kenapa berdiri di sana ?? duduk di situ dan temani aku makan " Satya menatap ke arahku.
" Tapi tuan... aku akan makan setelah tuan selesai makan "
" Jangan membantah perintahku, duduklah.. ayo kita makan "
" Baiklah tuan " aku lalu duduk di kursi berhadapan dengan Satya.
Kami pun makan dalam diam tanpa ada yang bersuara sedikit pun. Beberapa saat kemudian, Satya telah selesai makan.
" Aku sudah selesai. Setelah membereskan dapur, kamu bersihkan kamarku, sebelum itu buatkan aku secangkir kopi lalu antar ke ruang kerjaku " ucap Satya sambil berlalu pergi.
" Baik tuan " jawabku lalu segera membuatkan kopi dan mengantarkannya ke ruang kerja.
Aku mengetuk pintu ruang kerja Satya.
" Masuk " terdengar suara dari dalam dan aku lalu membuka pintu.
" Permisi tuan, ini kopinya "
" Letakkan di atas meja "
Aku lalu meletakkan kopi di atas meja kemudian berjalan keluar meninggalkan Satya yang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya. Aku kembali ke dapur untuk menyelesaikan sisa pekerjaan di sana.
Setengah jam kemudian aku telah selesai membersihkan semuanya, aku kembali ke kamar yang telah ditunjuk menjadi kamarku, kemudian aku membersihkan diri dan mengganti pakaianku terlebih dahulu lalu menuju ke kamar Satya untuk membersihkan kamarnya. Sesaat setelah mengganti seprei tiba-tiba pintu kamar dibuka, Satya berjalan masuk meletakkan laptop di atas nakas sambil menatap lekat ke arahku. Dengan cepat aku merapikan bantal dan guling yang masih berserakan kemudian mengambil seprei yang kotor lalu berjalan hendak keluar. Tetapi, Satya tiba-tiba menarik tanganku. Aku tersentak kaget. Aku berusaha mengendalikan diri dan tetap tenang.
" Tunggu sebentar, tetaplah di sini "
Aku menarik tanganku dan memberanikan diri untuk berbalik menatap Satya.
" Maaf tuan, aku harus kembali ke kamar, pekerjaanku sudah selesai, silahkan tuan istirahat "
" Kamu tidak usah munafik, aku adalah seorang CEO dan semua wanita menginginkanku, termasuk kamu kan ? "
" Apa maksud tuan ? "
" Kamu pasti tahu maksudku "
Aku menggelengkan kepala.
" Maaf tuan, aku tidak mengerti maksud tuan. Maaf aku harus keluar "
Aku mulai berjalan untuk keluar namun lagi-lagi Satya menghentikan langkahku.
" Aku menginginkan tubuhmu Lula "
Mendengar ucapan itu, aku begitu terkejut, sangat tersentak kaget. Aku menelan ludah, tenggorokanku terasa kering dan tercekat.
" Aku bukan gadis seperti itu tuan, tolong biarkan aku keluar, aku di sini untuk bekerja sebagai ART tuan dan aku janji akan bekerja dengan baik "
Aku mulai menitikkan air mata, tapi Satya tidak menghiraukan ucapanku. Dia lalu memeluk tubuhku dan mulai menciumi bibirku. Aku memberontak, sebuah tamparan aku layangkan dengan keras ke wajah Satya.
Plakkk...
" Hentikan tuan, jangan kurang ajar, tuan tidak boleh seperti ini "
" Ha-ha-ha.... Bagus Lula, kamu telah berani melawanku ". Satya memegangi pipinya yang terlihat memerah karena bekas tamparanku.
Satya semakin dibutakan oleh nafsu. Dia menatap tajam ke arahku dan melanjutkan kembali aksinya. Dia mengangkat tubuhku lalu membaringkannya di atas kasur. Sekuat tenaga aku berusaha melepaskan diri.
" Cuihh...Lepaskan tuan, jangan lakukan ini " Aku memberontak sambil meyemburkan ludah ke wajah Satya.
Satya tidak memperdulikannya, dia terus melucuti paksa satu persatu pakaianku hingga aku telah polos tanpa sehelai benang pun. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, tubuhku sudah tidak berdaya dan kehabisan tenaga. Satya semakin liar menciumi tiap inci tubuhku dan bermain di area-area sensitif milikku. Satya mulai mencoba memasukkan senjata miliknya ke lembah milikku. Berkali-kali ia menghentakkan tubuhnya dan saat hentakan yang kesekian kalinya barulah senjata kejantanannya menembus lembah milikku. Aku memekik merasakan sakit yang luar biasa.
" Aahhhh " teriakku, aku menggigit bibir bawahku seraya meremas dan mencakar lengan Satya. Aku memejamkan mata, air mata mengalir deras di kedua ujung mataku. Aku tidak pernah menyangka di hari pertama aku bekerja, justru menjadi malam ketika aku harus merasakan kehormatan yang terenggut paksa.
" Hentikan tuan, tolong hentikan, ini sakit sekali tuan " teriakku lagi.
Satya tidak memperdulikan diriku, dia semakin menggoyangkan pinggulnya dengan cepat dan cepat. Hingga beberapa saat kemudian tubuh Satya bergetar, dia mencapai klimaks. Dia terkulai lemas di sisiku dengan tubuh yang berkeringat. Dia juga merasa menyesal telah melakukannya pada diriku yang ternyata masih perawan.
" Maafkan aku, aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku fikir kamu juga sudah sering melakukannya, tapi ternyata aku salah. Tolong maafkan aku " ucap Satya seraya menyelimuti tubuhku dengan selimut.
Aku membalikkan badan membelakangi Satya, aku terus saja menangis sambil meremas kuat ujung selimut. Tubuhku terasa remuk, sekuat tenaga aku berusaha menahan rasa sakit pada organ intim milikku. Aku bangkit dari tempat tidur memunguti seluruh pakaianku lalu memakainya kembali dan hendak keluar dari kamar. Satya menarik tanganku.
" Tetaplah di sini "
" Tidak tuan, saya harus kembali ke kamar " dengan langkah tertatih-tatih aku lalu berjalan keluar menuju kamarku.
...----------------...
Gemetar tubuhku saat mengingat kembali apa yang baru saja terjadi. Aku begitu bodoh karena tidak bisa mencegahnya. Aku sungguh tidak berdaya. Kini, aku hanya bisa menangisi segala yang terjadi dalam hidupku. Belum sembuh luka dan kesedihan yang mengguncang jiwaku karena kepergian orang tuaku. Kembali lagi hidup mengujiku dengan ujian yang begitu berat. Aku diperkosa, kehormatanku direnggut paksa oleh majikan tempatku bekerja. Aku sudah tidak suci lagi. Hidupku kini bertambah hancur. Aku semakin menangis, entah sudah berapa lama aku berendam dalam bathtub, sudah berkali-kali aku menggosokkan sabun di seluruh tubuhku namun aku masih merasa sangat kotor.
" Aku adalah wanita yang kotor, aku begitu menjijikkan, huh..huh... mama.. papa ... kenapa hidupku begini ?? " bibirku berucap lirih.
Aku terus membasuh tubuhku yang dipenuhi bekas ciuman Satya, aku terus menggosoknya agar tanda itu hilang namun tetap saja tidak bisa. Begitu seterusnya hingga dengan menahan kecewa dan marah aku menyelesaikan ritual mandi kemudian menutupi tubuhku dengan sehelai handuk. Aku melangkah keluar lalu berganti pakaian.
Aku tercenung di atas tempat tidur.
Sejenak aku berusaha melupakan apa yang telah terjadi. Aku menguatkan diri agar bisa tetap bertahan.
" Aku tidak boleh lemah, aku harus tetap bekerja untuk bertahan hidup, aku harus berjuang hingga kuliahku selesai dan aku harus membersihkan nama orangtuaku, aku harus kuat, anggap saja tidak terjadi apa-apa antara aku dan tuan Satya " Gumamku sambil memejamkan mata untuk tidur.
Sementara di kamar berbeda, entah kenapa Satya terlihat begitu gelisah. Dia merasa sangat menyesali perbuatannya. Terbayang di pelupuk matanya, saat aku menangis dan menjerit merasakan sakit akibat perbuatannya. Aku si gadis malang yang terus memintanya untuk berhenti melakukannya namun tidak dihiraukannya.
" Kamu sungguh berbeda, maafkan aku Lula " gumam Satya.
Satya merenung.
" Kenapa aku melakukannya padamu Lula ? kenapa aku tidak bisa menahan hasrat saat melihatmu ? dan sialnya, kamu ternyata masih perawan " batin Satya.
Satya menatap pantulan tubuhnya di depan cermin, beberapa luka bekas cakaranku ada di sana. Dia memejamkan matanya. Dia terlihat sangat frustasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments