...Bencilah sewajarnya, cintailah sekadarnya sebagai manusia. Jangan menyamakan!! cintamu tidak sama dengan cinta tuhan kepadamu...
...Jelas itu berbeda adanya....
...-...
...Seruan untuk imam Pengganti...
...(Safira)...
****
Perlahan ia menempelkan hidungnya dan hidung istrinya, dan...
"Assalamu'....ASTAGHFIRULLAH." Teriak seseorang dengan suara cemprengnya. Ridwan dan Rina membenarkan posisi mereka masing-masing. Kikuk, Ridwan tidak tahu ada apa dengan dirinya?
"HUAAA KAKAK,, ABANG NGAPAIN KAKAK IPARRR." Teriak anak itu melangkah mundur.
Syifa yang mendengar Rizky berteriak melepas tangan suami yang menggandengnya, ia segera menghampiri Rizky.
"Dek ada apa?" Tanya Syifa diikuti Fauzi.
"Abang nakal." Ucap Rizky, sudah bocil abu jahil dan penganggu momen ehem, Syifa setuju kali ini Rizky suka memergoki dirinya yang tertutup sorban bersama Fauzi. Untung otaknya belum paham.
Ridwan dan Rina sudah menjauhkan wajahnya dan berjaga jarak, namun ia melupakan merah-merah yang tercetak jelas di pipi masing-masing.
"Bang kenapa Rizky teriak?" Tanya Syifa pada Ridwan. Rina menunduk saja.
Fauzi dan Syifa menatap keduanya selidik, baru kali ini Ridwan merasa kikuk dihadapan adik adiknya, mana woy tampang temboknya?? jerit hati Ridwan.
"Merah-merah." Batin Syifa dan Fauzi saat keduanya menyadari, namanya juga jodoh pasti sudah telepati dong, membatin pun bersamaan.
"Ya Allah, itu pipi kalian kenapa merah-merah gitu?" Tanya Syifa sok polos.
"Syifa." Lirih Fauzi minta istrinya agar tidak menggoda.
"Kalian alergi atau masuk angin." Ucap Syifa lagi dengan tampang sok seriusnya.
"Ih sampai merah-merah gitu." Lagi dan lagi.
Ridwan mengumpat habis nama Syifa yang super ngeselin, kenapa adiknya suka menggodanya ia benar-benar malu seumur-umur.
"Kamu buatin kita teh ya." Ucap Ridwan ke Rina.
"Iya."
*****
Rizky masih menatap takut ke arah Ridwan, sebenarnya kenapa ni bocah?
"Abang tadi mau makan mulut kak Rina." Spontan Rizky beringsut ke tengah-tengah Syifa dan Fauzi.
"Huusstt mereka lagi masuk angin ky, pipinya merah-merah." Bisik Syifa keras. Rizky polos yang bener-bener masih polos itu melangkah ke arah Ridwan. Ia letakkan punggung tangannya ke dahi Abang.
"Gak panas."
Syifa tersenyum kemenangan sengaja membuat Abangnya kesal, jarang kan bisa seperti ini.
"Udah Ky duduk sini." Lerai Fauzi ia ini takut dengan Ridwan si Abang ipar garangnya.
Ridwan memangku Rizky pertanda agar Rizky tak beranjak dari sana. Tatapan Ridwan masih datar. Rina sudah datang membawa teh dan cemilan meletakkannya di atas meja.
"Bang Ridwan dan Kak Rina sehat?" Tanya Rizky khawatir, sebenarnya pendidikan Pesantren membuat Rizky menjadi pribadi yang peduli sekitar, walaupun polos.
Rina dan Ridwan saling pandang sekilas, sedangkan Syifa cekikikan gak jelas. "Mungkin mereka demam dek, tuh pipinya bekas merah-merah." Ucap Syifa tanpa ada rasa dosanya.
"Haduw Istriku bener-bener cari masalah dengan Abang ipar." Batin Fauzi meronta.
Rina yang masih tak paham hanya diam memilih mendengarkan, sesekali Rizky menatap Ridwan dan Rina bergantian membuat keduanya benar-benar kikuk.
"Oalah, jadi Abang tadi sedang demam, terus kenapa gak beli obat, mmm Abang udah makan?" Tanya Rizky membuat kedua kakaknya tersenyum bangga, setidaknya tidak ada sifat kejam dalam diri Rizky.
"Udah."
"Ooo." Mangguk-mangguk. "Terus kenapa tadi mau makan mulutnya kak Rina?" Tanya Rizky polos. "Kan kasihan, ntar kalau mulut kak Rina hilang gimana." Imbuhnya mendongak menatap Ridwan yang tinggi.
"Hahahahh." Tawa siapa kalau bukan Syifa, sedangkan Fauzi menunduk-nunduk.
"Adek." Panggil Ridwan terdengar menyuruh Rizky untuk diam.
"Atau jangan-jangan Abang sejenis omnivora." Terka Rizky, yang ingat bahwa omnivora pemakan segalanya termasuk manusia, ada-ada aja bocah!
Ridwan menatap datar Rizky, tak ada minat untuk menjawab walau sebatas deheman ala Ridwan. Ia kesal dengan tingkah adik-adiknya yang hanya diam, serasa ingin menggebrak meja juga tuh jiwa.
"Em kalau Rizky sering, liat Gus Fauzi dan Kak Syifa ngapain?" Tanya Ridwan tersenyum devil ke arah Syifa, sedangkan Rina tersenyum karena Ridwan tidak sedingin bersamanya, walaupun senyumnya bukan karenanya.
Rizky mengingat-ingat. "Oh, Rizky setiap mau ke rumah kakak, sering liat kak Syifa dan kak Gus tertutup sorban." Ucap Rizky santai kayak di pantai.
"Skakmat."
Kini giliran Fauzi dan Syifa yang memerah, jujur Rina sebagai sahabatnya ingin ketawa tapi ia tahan. Ridwan? tersenyum puas berani menantang dirinya? ck ck ck sama saja menggali lubang untuk dirinya sendiri.
"Nah tuh siapa sekarang yang merah-merah." Ucap Ridwan, spontan Syifa mendelik tajam ke arah Abangnya, tapi juga bahagia karena Ridwan tersenyum. Segala hal konyol akan ia lakukan untuk Ridwan.
"Kakak sama Kak Gus mendadak demam?"
*****
Syifa, Fauzi dan rizky mendadak berkunjung untuk memastikan bahwa Abangnya baik-baik saja sekaligus membawa kabar bahwa kedua orang tuanya akan terbang ke Amerika. Tapi juga melihat perkembangan hubungan keduanya.
"Teh nya di minum." Ucap Rina, mereka semua mengangguk.
Ridwan mengambil secangkir teh itu, dia memang tidak terlalu suka kopi..Walaupun banyak yang mengfilosofikan kopi tapi bagi Ridwan itu tidak masuk ke logikanya. Apa ada kopi di samakan dengan rasa manusia? jelas itu beda, akal tak menganggap hidup semudah minum secangkir kopi, katanya.
"Yasudah kita pamit ya, cepet bikin momongan he..he." Ucap Syifa tercengir kuda.
"Kami pulang dulu bang. Assalamu'alaikum." Ucap Fauzi.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Ridwan dan Rina.
"Eh Fa, Rizky masih di dalam kalian gak nunggu?" Tanya Rina, ia baru ingat kalau Rizky sempat ke kamar mandi tadi.
"Aku tunggu dekat lift."
****
"Kang, terimakasih." Ucap Syifa menghentikan langkah Fauzi yang masih setia mengenggam tangan istrinya.
"Untuk?"
"Terimakasih sudah datang di hidup Syifa, sudah membawa keluar Syifa dari dunia gelap, dan terimakasih sampai saat ini masih sabar dengan sikap Syifa yang kekanak-kanakan." Ucap Syifa menatap manik teduh Fauzi,
Ia tak pernah bosan untuk bersyukur kepada perencana sekenario, yang menakdirkan dirinya bersama kang santri se bijak Fauzi. Rumah tangganya yang ternilai nyaris tanpa kekurangan, karena keduanya mau saling melengkapi.
Fauzi tersenyum, ia usap air mata Syifa yang mengalir kebahagiaan. Justru disini Fauzi yang sangat bahagia, Allah mengabulkan doanya.
"Aku yang terimakasih karena kamu sedia menantiku, lewat koin seribu." Ujarnya terkekeh, ia menarik Syifa ke dekapannya. Bersama Syifa ia bahagia setiap masalah Syifa selalu ada untuknya.
Ia beruntung mendapat istri seperti, Syifa. Seseorang tidak di nilai dari masalalunya, tetapi masa depannya. seperti kalimat ini, Lebih baik mantan kufur dari pada mantan alim. Bahkan amal pun tergantung akhirnya.
Maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan
"Ana ukhibukki fillah, Zaujati." Ucap Fauzi mengecup lembut ujung kepala Syifa.
"Ana ukhibukka fillah, kang santri." Ucap Syifa memeluk erat kang santri yang sekarang menjadi kang suami.
"Ekheemm, uhuk uhuk." Seseorang tolong mata anak kecil itu lagi-lagi ternoda, sepasang suami istri itu membenarkan posisi masing-masing dan salting.
...-...
...-...
^^^Okee tata🤗^^^
^^^SALAM DARIKU^^^
^^^SI PEMALAS SEJUTA IMPIAN^^^
^^^(ig:Sfrarska018)^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, salam dari Jacob and Alesha: Mafia Acted, semangat 😊
2021-01-26
0
HeniNurr (IG_heninurr88)
Aq dtg lagi bwa like... cemungut 😍😍
2021-01-10
1
Eka (Ira) Senja Comel
seru thorr... syifa dan fauzi kena skak mak...
ngakak thor...
semangat up thor..
2021-01-09
1