MALJUM😘
Udah baca Al-kahfi?
kalau belum, baca dulu sana hehe ntar balik lagi ke sini😅..
Typo bertebaran😴
________________
...Nggak semuanya harus pakai perasaan, tapi Logika juga harus ada perannya......
...-...
...-...
...SUIP...
****
Ridwan menatap luar jendela ada rasa ingin mengetahui segalanya tentang wanita itu namun ada perasaan enggan yang hinggap dalam logikanya. Sementara sekretarisnya tengah asyik menatap lampu merah tak kunjung hijau.
Rian tadi menjemput Ridwan ke rumah Syifa, dan kini motor sport Ridwan masih berada di sana.
"Sekali murahan ya tetap murahan." Maki Ridwan dalam hatinya, tepatnya di depan gerbang terdapat sosok perempuan bersama laki-laki.
"Istrimu bos." Ucap Rian menunjuk luar jendela sengaja menggoda Ridwan.
"Hm."
"Loh loh itu kok bareng laki-laki sih?" Ucap Rian menekankan, "Istrimu di godain bos." Imbuhnya.
Mobil hitam itu berhenti agak jauh dari gerbang sekolah, tapi jelas perempuan itu istrinya, Rina.
Ridwan tak menggubris apa yang dikatakan oleh Rian percaya tidaknya kini perasaan Ridwan kesal.
"Biar." Ucap Ridwan menatap lurus kedepan, masih banyak mobil yang menghalangi jalannya.
"Yah si bos mah, kalau saya ya udah ku gebug tu laki-laki tampan, yaya walaupun masih tampanan si bos." Ucap Rian masih berusaha.
"Yakin bos gak mau turun, itu tuh istrimu bisa berpaling nanti." Peringatan dari Rian, namun Ridwan tetaplah si tampang telenan datar ia menulikan pendengarannya.
"Terserah!"
"Nah itu istrimu tersenyum manis, padahal kalo sama bos gak pernah ya? ya iyalah secara bos itu tembok ya kalik mau senyum sama tembok yang ada dikira gila." Ucap Rian sengaja jadi kompor sembari kaki menancap gas.
Mobil Rian berjalan perlahan-lahan saat melewati depan gerbang sekolah, Ridwan menatap kedua manusia yang ia perbincangkan tadi. Entah kenapa ada perasaan tak suka dalam dirinya, tapi Ridwan menepis semua rasa itu.
Tidak mungkin kan Ridwan cemburu?
"Cari tau siapa lelaki itu!"
Rian tersenyum puas dengan ekspresi tak sukanya Ridwan walaupun datar, "Laksanakan bos!" Ucap Rian senang.
****
Sementara di tempat lain,
Rina terus menolak apa yang ditawarkan oleh Aldo. Ia sibuk dan ingin segera ke pesantren untuk mengajar materi tambahan, tangannya senantiasa membawa setumpuk buku untuk ia cicil di apatermen.
"Gapapa, biar saya yang bawakan." Tawar Aldo masih berusaha mengambil buku itu.
"Gak usah Pak, saya masih mampu." Tolak halus Rina dan tersenyum menatap Aldo pertanda ia tak mau di bantu.
"Ini yang bikin saya ingin mendapatkam kamu." Aldo terpaku akan senyum lebar Rina, dan itu mirip seseorang yang singgah di hatinya.
"Oo niat saya baik Bu, ke pesantren kemarin lagi to? saya juga mau ke sana ada urusan." Tawarnya lagi, sebenarnya hanya akal-akalannya saja dengan dalih ada keperluan di pesantren.
"Maaf Pak Aldo, saya tidak bisa karena kami bukan mahrom dan maaf sekali, saya tidak nyaman dengan kejadian kemarin." Ucap Rina tak memudarkan senyum agar Aldo tak tersinggung.
Sebenarnya kemarin saat Rina diantar Aldo ada beberapa pasang mata yang menatap Rina, terlebih lagi ia dikira suami atau calonnya dan muncul banyak pertanyaan yang menghujaninya kemarin. Dan itu semua tidak nyaman bagi Rina.
"Beneran ini, gapapa?" Tanya Aldo lagi, tatapannya mengarah senyum gadis itu, demi apa Rina menjadi risih dan tidak nyaman.
Rina mengangguk dan tersenyum, ia menaiki ojek yang baru saja datang. Lain dengan Aldo yang menatapnya sampai hilang pandangan.
"Saya menyesal telah menyia-nyiakan kamu, senyum itu selalu mengingatkan padanya...Dan saya berjanji akan mendapatkan kamu. Lagi." Batin Aldo sendu.
Flashback on
Pria yang baru saja kabur saat acara akad akan berlangsung itu duduk di samping nisan bertulisan Marsha, yah almarhumah istrinya yang segalanya bagi hidupnya.
"Sayang, walaupun kamu memintaku untuk menikah lagi, tapi aku takkan bisa melupakanmu.. Dan hanya kamu satu-satunya di hatiku." Lirih Aldo mengelus nama nisan itu, sesekali punggung tangannya mengusap air matanya.
"Aku pamit ya."
*****
Sesampainya di rumah kediaman Gunawan, pria paruh baya menatap tajam putra semata wayangnya dengan tatapan elangnya.
"Puas kamu bikin malu calon istrimu," Ucap Gunawan keras.
"Bukan istri dad, istri aldo hanya marsha." Ucap Aldo keras kepala, Gunawan memijit pelipisnya pening dengan kerasnya hati Aldo.
"Sampai kapan?" Tanya Gunawan pasrah yang kesal dengan sikapnya Aldo. sedangkan Aldo hanya mengidkkan bahu, ia sendiri akan tetap setia pada istrinya! beruntung marsha.
Gunawan menggelengkan kepalanya, "Daddy binggung dengan sikap kamu." Ucap Gunawan duduk di sofa menarik nafas dalam-dalam.
"Kamu tahu alasan Daddy menikahkan kamu dengan Rina?" Tanya Gunawan menatap sekilas putranya. Aldo menggeleng. "Rina mirip dengan istrimu, marsha.." Imbuhnya.
Aldo menatap Gunawan, penuh tanda tanya dalam pikirannya. Apa maksud dari yang Daddy nya bilang?
"Dia pekerja keras seperti marsha, walaupun Daddy tau kalau dia adalah Rina, tapi senyum itu mirip dengan marsha. Jangan menyesali apa yang menjadi keputusan mu." Sesaat Gunawan menatap Aldo kemudian beranjak menaiki tangga.
****
Keesokan harinya, dimana ia melihat sosok gadis yang tergelincir membuat Aldo spontan menangkapnya, dan yah ia terkejut dengan wajah gadis itu. Seseorang yang kemarin ia tinggalkan dalam acara sakral.
Aldo menatap intes Rina, benarkah apa yang di katakan Daddynya? pikir Aldo. Tanpa sadar jika sosok berkuasa lewat di hadapan mereka.
"Terimakasih," Ucap Rina tersenyum menatap Aldo dan bergegas pergi.
Aldo memaku di tempat, "Senyum itu?"
Flashback Off
"Aku akan dapatkan kamu, Rina" Gumam Aldo, ia belum tahu jika Rina sudah menikah dengan orang lain.
****
Sosok pemimpin perusahaan RMI berjalan dengan penuh wibawanya semua karyawan menunduk hormat. Rian dan Ridwan berjalan menuju ruang presdir, mereka menggunakan lift khusus.
Saat di dalam lift, Rian menatap Ridwan selidik, sebenarnya otaknya bos itu isinya apaan sih? pikir Rian.
"Ngapain lihatin saya." Cetus Ridwan bergidik dipandang sosok adam seperti Rian.
"Saya heran, kenapa ya ada orang seperti anda?" Ucap Rian mengetuk-ngetuk dagunya, ia tak tahu bahwa Ridwan tengah menahan geram, bolehkan ia pukul asistennya dengan durian?
"Mau gaji bulan ini?" Tanya Ridwan tersenyum miring dan...Dingin.
"Ii-iya dong bos hehee, istri dan anak saya mau makan apa kalau saya gak gajian." Ucap Rian memelas.
"Hm."
Sabar Ya Allah, sabar hanya kata itu yang mampu mewakili batin Rian.
Ting!
Ridwan berjalan menuju ruangannya masih di ikuti oleh asisten sekaligus sekretarisnya. "Em Bos?" Panggil Rian.
"Hm."
"Bos beneran?" Tanya Rian sudah terbiasa dengan 'hm' bosnya. Ridwan yang hendak duduk kini berbalik mengangkat alisnya.
"Kau gak ada perasaan cemburu gitu, atau rasa, em rasaa, rasa sakit hati atau apa gitu?" Tanya Rian yang penasaran.
"Cemburu?" Tanya Ridwan, sedangkan Rian mengangguk.
"Saudara siapa lagi yang kau bahas?" Tanya Ridwan dengan tampang polos dan datar. Ya Allah! itu otaknya Ridwan isinya apa sihh, geram Rian. Sabar
"Lo gak ada rasa sakit hati atau sesek gitu liat istri lo sama orang lain." Tanya Rian serius rupanya.
"Gak semua harus pake rasa dan di rasa. Saya lebih suka pake otak." Tutur Ridwan.
"Pantesan gak tau cinta."
"Tapi, gak semuanya itu pake Logika...Tidak ada salahnya kita mengenal Rasa, rasa-rasa untuk peka dengan perasaannya." Tutur Rian bijak.
"Rasa apa?" Tanya Ridwan polos seperti baru umur 5 tahunan, yang ingin belajar rumus ipa.
Rian kesal akan bosnya ini. "Rasa manis, asin, pahit, atau asem sekalian." Ucap Rian capek dia buat ngertiin bosnya.
-
😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, salam dari Jacob and Alesha: Mafia Acted, semangat 😊
2021-01-23
0
Nureti
3 like tertinggal
2021-01-03
0
triana 13
semangat kak 😉
salam hangat dari Zahra Anak Yang Tak Berdosa
2021-01-01
2