...Pertahankan dia, dia sudah cukup rapuh untuk masa lalunya.....
...Buat masa depannya lebih berwarna.....
...-...
...-...
...Seruan untuk Imam Pengganti...
****
"Ka sarapan." Ucap Rina dari meja makan, Ridwan yang kebetulan baru keluar dari kamar menggunakan kaos santai, ia akan ke kantor kalau mau.
"Hm."
Rina tersenyum-senyum akan kejadian tadi sambil menaruh nasi goreng dan telur mata sapi ke piring Ridwan,
"Dia kenapa? gak jelas banget." Batin Ridwan menatap malas.
"Lagi ka?" Tanya Rina sudah lima kali tapi Ridwan masih menatapnya. Kalau begini pipinya sudah merah merona.
"Ehem ka." Ucap Rina mengigit bibir bawahnya.
"Kenapa?" Tanya Ridwan tanpa ekspresi belum beralih dari tatapan tadi. Ish kalau gini Rina jadi kesel sendiri.
"Nambah lagi?" Tanya Rina sesabar-sabarnya sedari tadi posisi piring Ridwan masih mengadah. Ridwan yang tersadar langsung menurunkan ke meja.
"Gak."
****
Rina sudah hendak berangkat bekerja, ia memang tidak dilarang oleh Ridwan. Toh juga suaminya belum menerima sepenuhnya, kaki Rina melangkah sofa yang Ridwan duduk i.
"Ka?" Panggil Rina, sedangkan Ridwan mendongak tanpa ekspresi.
"Aa-ku izin berangkat." Ucap Rina gugup.
"Hm." Deheman Ridwan lalu kembali mentap layar laptop. Kalau sudah begini Rina jadi merinding kedinginan.
"Ka?" Panggil Rina lagi.
"Hm."
"Ka Ridwan." Lirih Rina, membuat Ridwan dengan malas menatap Rina tajam sedangkan yang ditatap tercengir kikuk dan menjulurkan tangan.
"Aku berangkat, Assalamu'alaikum." Ucap Rina mencium punggung tangan Ridwan.
Bukan jawaban yang Rina dapatkan melainkan tatapan entahlah, sementara Ridwan menetralkan perasaannya sebelum akhirnya tersadar jika Rina sudah sampai pintu luar.
"Wa'alaikumussalam."
"Rina." Panggil Ridwan.
Deg
Rina menghentikkan langkahnya, ia menutup mata dan memutar tubuh nya menghadap suaminya. Benarkah Ridwan memanggilnya? hatinya berbunga-bunga.
"Hati-hati." Dua kata meluncur dari mulut Ridwan ya ya meskipun dengan tatapan datar.
Rina membuka matanya binar-binar sikap yang selama ini tersembunyi dalam dirinya, ingin rasanya ia bercerita tentang masa-masa dirinya tanpa manja dan selalu mandiri. Itu sudah terbiasa bagi sosok Rina.
Dia Arina Anjani, sifat lemah lembut dan pekerja keras tidak mengenal manja. Almarhumah Ibunya yang dulu sakit keras membuatnya ikut bekerja membantu bapaknya di ladang. Roda pasti berputar pada masanya.
Di SMK ia mendapat juara dua, impian untuk melanjutkan pendidikannya harus ia buang jauh-jauh, ia tak mau merepotkan bapak yang harus banting tulang demi dirinya. Namun segala sesuatu terjadi atas izin Allah.
Syifa yang juara pertama tidak mengambil beasiswa tapi memilih langsung terjun ke lapangan kerja bersama Ridwan, walhasil beasiswa dialihkan untuk Rina, atas izin Allah. Rina melanjutkan pendidikannya dan meraih cita-citanya sebagai pengajar.
Rina mengangguk cepat, masih tak percaya dan ia yakin sikap datar dan dinginnya Ridwan perlahan akan menghangat, semoga Allah mengabulkan.
*****
Kini Ridwan berada di rumah Fauzi, ia gemas dengan Annisa putri Syifa dan Fauzi yang aktif kemana-mana membuat orang tua kewalahan.
Flashback on kemarin.
"Bang Ridwan nggak pulang udah hampir jam sebelas." Ucap Syifa mengintro.
"Nanti aja." Jawab Ridwan.
"Bang Ridwan mau tidur sini ya, kasihan istrinya di tinggal malam-malam gini." Ucap Fauzi.
"Hm."
Seseorang tolong pentung kepala babang dengan raket nyamuk biar cepet sadar. Astaghfirullah Syifa dan Fauzi selalu sabar dan sabar lagi.
"Atau jangan-jangan bang Ridwan belum menerima Rina ya?" Selidik Syifa sebagai sahabat ia tidak mau sahabatnya itu tertekan dan bersedih.
"Syifa, mereka punya privasi." Ucap lembut Fauzi mengingatkan istri tercintanya agar tidak mengurusi rumah tangga orang lain.
"Ish kang suami aku cuma ingin tahu aja kok." Ucap Syifa mengerucutkan bibir. Fauzi menatap gemas istrinya, kalau saja Abang ipar tidak di sini ia sudah ehem.
"Iya tapi tidak semua, sayang." Fauzi mengusap lembut kepala Syifa berlapis hijab, oh mereka melupakan Abangnya.
"Sudah?" Tanya Ridwan dengan tampang temboknya.
Fauzi dan Syifa hanya menunduk malu-malu. Jalan rumah tangga tidak semulus jalan tol, ada saatnya ujian atau cek cok masalah sepele. Tapi dengan itu keluarga semakin harmonis serta menumbuhkan cinta di dalamnya.
"Abang ikut bahagia melihatmu bahagia dek." Batin Ridwan ia tidak tahu apa yang akan ia bangun untuk rumah tangganya di kedepan hari.
"Bang Ridwan jangan pernah kecewain Rina ya, Syifa ingin dia merasakan kasih sayang lebih." Ucap Syifa serius, baiklah Ridwan dan Fauzi ikut serius.
"Tapi besok aja ya, kasihan Rina sendirian, besok Abang ke sini." Ucap Syifa.
Fauzi selesai urusan dengan Ridwan, dan Ridwan segera undur diri karena waktu sudah malam.
Sebenarnya siapa Rina?
Flashback Off
*****
Di taman belakang rumah dekat pesantren, kakak beradik tengah berbicara empat mata. Semerbuk bau bunga yang harum dan juga hawa dingin melengkapi perasaan keduanya.
"Jadi?" Ucap Ridwan mengawali, dilihatnya Syifa menarik nafas dalam.
"Abang tau kan, Syifa punya tiga sahabat." Ridwan mengangguk dan mendengarkan.
"Diantara kami berempat menurut Syifa ada gadis yang pekerja keras, Syifa tau abang anggap Syifa ini sempurna tapi lihatlah Rina dia sahabat paling sempurna diantara kami." Ucap Syifa menatap bunga-bunga.
Ridwan belum paham arah bicara adiknya, "Bicara saja jangan berbelit-belit." Ucap Ridwan mulai pening dengan gaya bahasa Syifa.
"Dia Arina Anjani, sosok yang selalu membuat kami tidak jadi bertingkah nakal dengan nasihatnya yang sederhana...Sosok gadis pemalu dan kalem kadang menunjukkan sifat konyolnya yang membuat kami ingin tertawa." Ucap Syifa tersenyum.
"Lalu?" Ucap Ridwan mulai tertarik.
"Hem, dia gadis mandiri ternyata mempunyai ribuan kisah yang membuatnya tegar di setiap hal. Jadi tolong jangan buat dia semakin rapuh,"
Ridwan diam menunggu adiknya berucap.
"Aku pikir dia gadis yang bahagia, tapi akhir tahun ajaran saat kami SMK, kita baru tahu jika Rina kerap bekerja setelah sekolah, ia bercita-cita menjadi ustadzah tapi merasa belum mampu akhirnya memilih menjadi Guru,"
...Menyampaikan ilmu yang baik termasuk amal jariyah hingga ia semangat dalam belajar, tapi sayangnya Rina mendapat juara dua, hingga aku memilih untuk tidak mengambil beasiswa karena ia lebih membutuhkan itu." Ucap Syifa.
"Ibunya sakit keras, Ayahnya juga syok ketika ada salah satu pegawai yang berhasil korupsi hasil panen dan merampasnya, dan Rina bekerja keras saat itu, ayahnya hanya seorang buruh tani penghasilan pun tak pasti."
"Ibunya lebih disayang sama Allah, hingga membuat Ayahnya syok dan mengindap penyakit jantung. Bahkan kedua orang tuanya masih banyak hutang hiks, Rina bukan sosok matre." Ucap Syifa sukses membuat Ridwan terkejut bagaimana adiknya bisa tau, tentang ini.
"Abang mukanya biasa aja, aku ini tau semuanya. Kecuali satu." Ucap Syifa santai.
"Apa?." Balas Ridwan menunduk, ia sendiri miris dengan masalalu Rina.
"Dia pernah mencintai seseorang, tapi Syifa gak tau." Ucap Syifa.
Ridwan berfikir keras, siapa sosok orang yang istrinya cinta? perlahan Ridwan tersentuh akan cerita Syifa tapi kenapa mendadak ada perasaan tersayat saat mendengar bahwa istrinya mencintai seseorang.
.
.
salam dariku
si pemalas sejuta impian
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, salam dari Jacob and Alesha: Mafia Acted, semangat 😊
2021-01-20
1
Vika Fadlah
next lanjut ya
2020-12-31
1
HeniNurr (IG_heninurr88)
Like... like... like😍
2020-12-31
1